22. D-5

3.5K 517 15
                                    

Untuk kesekian kalinya, Seungwan hanya menuruti perintah Yoongi.

Seperti saat ini, ia duduk di depan Yoongi yang sedang menuangkan minuman beralkohol itu ke gelas mininya. Soju, bukan minuman berat bagi Yoongi namun asing di lidah Seungwan.

Mereka duduk tenang di ruang tengah rumah Yoongi ditemani beberapa botol minuman.

Seungwan mempunyai maksud tersendiri menemani Yoongi minum. Ya, dia akan memanfaatkan keadaan Yoongi yang akan mabuk. Kata orang, orang akan jujur ketika mabuk.

"Kamu cuma ngeliatin aku minum doang?" Tegur Yoongi yang sudah meminum segelas soju.

Seungwan meringis. Kemudian ia mendekatkan gelasnya ke hidungnya dan tercium bau yang asing baginya hingga membuat Yoongi terkekeh.

Yoongi mengangkat gelasnya yang sudah terisi kembali. "Coba aja." Ia menyeringai.

Akhirnya Seungwan meminum cairan itu dan mengerutkan dahinya ketika merasakan sensasi minuman tersebut.

Yoongi terkekeh. "Cukup aku aja yang rusak, kamu jangan."

"Kenapa kamu selalu ngelampiasin semua masalah kamu ke minuman si?" Seungwan mulai mengomel.

Yoongi menenggak lagi minumannya entah untuk keberapa kalinya. "Itu dulu. Sebelum aku ketemu kamu."

Seungwan berdecih. "Tapi sekarang kamu mabuk Min Yoongi. Dan dulu juga kamu mabuk sampe-sampe nginep di rumah aku."

Tanpa sadar ia menghabiskan minuman di gelasnya yang tadi belum sempat ia habiskan. "Pembohong."

"Aku mabuk juga karena kamu." Sanggah Yoongi cepat.

Seungwan mendecakkan lidahnya. "Terus siapa cewek tadi?" Tanyanya mengubah topik pembicaraan.

"Sumber masalah aku."

Seungwan mengernyit bingung. "Maksud kamu?"

"Iya, dia sumber masalah aku."

Dengan sengaja Seungwan menuangkan lagi soju ke gelas Yoongi agar pria bermata sipit itu semakin terjebak dalam perangkapnya. "Lebih detail."

"Dia, adik aku." Yoongi tersenyum miris. "Begonya, aku dulu punya perasaan sama dia."

Seungwan hampir tersedak air liurnya sendiri. Ada perasaan getir dalam hatinya.

"Terus tadi aku liat matanya lagi, hampir aja aku ngelupain kamu. Hampir." Yoongi mulai meracau dan meletakkan kepalanya di meja.

Seungwan menghembuskan nafasnya kasar. "Kenapa?"

"Dia-- dia first kissku. Bisa dibilang, dia pacar pertama aku, yah pokoknya dia pertama dalam segalanya."

Seungwan merasakan hatinya tertusuk ribuan jarum. "Terus aku apa?"

Yoongi mengangkat wajahnya dan menatap Seungwan sayu. Tangannya terangkat membelai lembut wajah Seungwan. "Kamu emang bukan yang pertama, kedua atau ketiga. Tapi bisa aku jamin, kamu yang terakhir."

Tangan Seungwan turut terangkat dan memegang wajah Yoongi. "Tapi kamu, pertama buat aku. Pertama dan terakhir."

Mereka terdiam dan saling memandang satu sama lain, tak lupa tangan mereka masih bertengger manis di wajah keduanya.

Namun, tangan Yoongi yang semula membelai pipi Seungwan teralih menyusup tengkuk Seungwan. Tatapannya tetap pada manik Seungwan.

Ia memajukan badannya dan sedikit berdiri demi menepis jarak diantara mereka.

Ia menyatukan bibir basahnya ke bibir Seungwan dan memulai malam mereka.

Seungwan yang mulai terbiasa, dengan segera membuka bibirnya dan memberikan akses pada lidah Yoongi.

Yoongi menumpukan tangan kirinya di meja yang menghalangi mereka sementara tangan kanannya menekan tengkuk Seungwan.

Setelah sekian menit, mereka melepaskannya karena kehabisan nafas.

Yoongi mulai merasakan pusing mendera kepalanya. Dalam hitungan detik, tubuhnya mulai limbung ke meja.

Seungwan menepuk-nepuk wajah Yoongi. "Sunbae?"

Tak ada tanggapan sama sekali dari Yoongi yang membuat Seungwan memutar kedua bola matanya. "Pasti ketiduran lagi nih." Gumamnya.

"Sunbae," Seungwan menepuk pipi Yoongi lebih keras lagi. "Tidur di atas."

Masih tak ada tanggapan dari Yoongi sama sekali hingga membuat Seungwan frustasi.

Dengan sekuat tenaga, ia mengangkat tubuh Yoongi dengan mengalungkan lengan Yoongi ke bahunya.

Seungwan menahan tubuh Yoongi dan membawa Yoongi ke lantai dua, tempat kamar Yoongi berada.

Nafasnya tersengal karena berusaha mati-matian menahan tubuh Yoongi yang jelas lebih berat dari tubuhnya.

Pintu kamar Yoongi sudah di depan mata, Seungwan menendang pintu kamar Yoongi agar terbuka. Setelah terbuka, ia buru-buru melemparkan tubuh Yoongi ke kasur. Namun Yoongi tak terganggu sama sekali, justru langsung memeluk bantal gulingnya.

Kemudian Seungwan meregangkan bahunya yang terasa ingin copot. Tak lupa ia mengusap keringat yang mengalir deras di wajahnya.

Lalu ia merebahkan dirinya di samping Yoongi karena lelah yang teramat sangat. Tanpa sadar, ia ikut terlelap di samping Yoongi.

The Only OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang