Seungwan
Begitu masuk rumah, aku langsung ke kamar dan membenamkan wajahku di bantal, mengabaikan kakakku yang terus memanggilku.
Aku mengeluarkan rasa takut, marah, dan kecewa yang teramat dalam di bantal ini.
Ku keraskan musik agar dapat meredam suara tangisanku.
Aku memukul-mukul bantal dan mengeluarkan keluh kesahku.
Dering ponsel menyadarkanku, saat kulihat nama si pemanggil aku langsung membuang ponselku entah kemana hingga terdengar bunyi nyaring.
Saat aku sadar apa yang ku perbuat, aku segera berlari menuju ponsel yang ku buang. Aku semakin kencang menangis karena ponselku retak dan tak bisa dihidupkan.
Oke, penyesalan memang datang terlambat.
Pemandangan dari jendela menarik perhatianku, aku mengintip dari jendela dan melihat Yoongi seperti sedang menelpon seseorang dengan wajah khawatir.
Dia mengusap wajahnya kasar, lalu mendongak dan seketika aku langsung bersembunyi ketika ia melihat jendela kamarku.
Aku masih bersembunyi sembari terus menggigit bibir.
Kemudian aku bernafas lega ketika suara mobil terdengar. Aku melihat lagi ke luar dan tak tampak lagi mobil Yoongi.
Banyak pertanyaan yang timbul di benakku.
Kenapa dia tak mengejarku?
Kenapa dia tak masuk ke rumah?
Kenapa dia tak pernah berani masuk ke rumahku?
Kenapa dia pergi setelah melihatku tadi?
Kenapa--
Aku menggelengkan kepalaku saat terasa sangat pusing. Memikirkannya tak ada ujungnya.
---
"Seungwan!"Min Yoongi. Dia terus memanggilku ketika aku baru saja menginjakkan kakiku di gerbang. Aku terus saja menambah kecepatan berjalanku untuk menghiraukannya.
Sampai sebuah tangan menahan jalanku. Tanpa menoleh ke belakang, aku menyentakkan tangannya dan berjalan lebih cepat.
"Son Seungwan."
Suaranya yang serak dan terdengar hampir frustasi hampir membuat langkahku terhenti, namun aku mengurungkan niatku dan terus berjalan cepat ke kelasku.
Kali ini aku mendengar suara sepatu yang lebih cepat. Apa mungkin Yoongi mengejarku?
Dan ku rasakan tanganku di tarik kasar dan seseorang mendorong tubuhku ke tembok hingga punggungku terasa nyeri.
Yoongi menghela nafas kasar. "Kenapa dari dulu kamu nggak bisa dilembutin, sih?!"
Dia mengusap kasar wajahnya. "Sadar atau enggak, kamu yang ngebuat aku bertindak kasar, Seungwan."
Merasa jengah, aku menegakkan lagi badanku dan berniat meninggalkannya.
Namun, dia lagi-lagi menghempaskan tubuhku ke tembok dan membuatku meringis kesakitan.
Sekarang ia mengurungku dengan kedua tangannya. Mata tajamnya seolah menusuk kedua bola mataku.
Aku mencoba mendorong tubuhnya namun ia tak bergeming sedikit pun. "Minggir sunbae."
Dia menggeleng. "Aku mau penjelasan dari kamu."
Aku mengernyit tak mengerti. Sebenarnya siapa yang salah disini? Apa dia tak punya otak?
"Penjelasan?" Aku mendecih tak suka, namun tanganku masih bertengger di dadanya untuk menyingkirkan tubuhnya.
"Kamu ke sekolah nggak lupa bawa otak, kan? Apa kamu emang nggak punya otak?" Aku bicara sarkistis.
Dia semakin menghimpit tubuhku hingga sepatunya menempel dengan sepatuku. "Jungkook. Aku mau kamu jelasin tentang hubungan kamu sama dia."
"Oh jadi kamu pikir, aku yang salah dalam masalah ini. Kamu nggak mikir? Semalem kamu buat aku takut setengah mati dan kamu nganggep aku jalang seperti yang dibilang si Mark itu. Kamu gila atau apa, huh?"
"Aku pikir kamu ngejar aku mau bilang maaf tapi ternyata kamu minta penjelasan. Kamu tau, kamu egois?" Lanjutku.
"Oke, fine. Aku minta maaf. And then, aku mau kamu jauhin Jungkook."
Aku mendorong dadanya sekencang yang aku bisa namun ia tak bergeming sama sekali. "Aku nggak mau. Kalau kamu mau nanya lebih milih kamu atau Jungkook. Jelas, aku pilih Jungkook. Jadi, jauhin aku sekarang juga."
Dia menggertakan giginya dan terlihat murka, namun aku tak peduli sama sekali. Aku terus mendorongnya dan berakhir dia mencengkram tanganku kuat hingga ku yakin meninggalkan bekas disana.
"Seungwan, aku udah ngelakuin apa yang kamu mau. Dan sekarang aku mau kamu ngelakuin apa yang aku mau, jauhin Jungkook."
Kali in iaku menatapnya tajam. "Kamu bahkan minta maaf kalau aku yang minta duluan. Kamu nggak pernah minta maaf secara tulus, Min Yoongi."
Dia semakin menekan cengkramannya di tanganku semakin kuat ketika aku menyebutkan nama lengkapnya.
"Sakit." Kata yang ku tahan sedari tadi akhirnya ku keluarkan. Aku menundukkan kepalaku untuk menyembunyikannya darinya.
Ia akhirnya melepaskan tangannya dan perlahan, seketika wajahnya berubah menjadi bersalah. Seperti dia tak sadar apa yang sedari tadi ia lakukan.
"Oke. Aku bakal jauhin kamu kalau itu yang kamu mau."
---
Sebenernya chapter ini udah selese dari kapan tau tapi sengaja gue lambat publishnya haha
Nunggu vote setiap chapter 50 hehe.✌✌✌✌
Xoxo.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Only One
FanfictionMin Yoongi, seorang bad boy yang sangat di segani di sekolahnya. Ia sering membuat ulah setiap hari yang membuat ibunya geram terhadap anaknya sendiri. Dibekali kemampuan bela diri dari sang mendiang ayahnya, ia mampu menghajar siapa saja yang mengh...