17

4.5K 567 15
                                    

Di dalam mobil, Yoongi terus mengulum senyumnya. Ia terus memperhatikan Seungwan yang sedang memegang-megang lehernya dengan kerutan di dahinya.

Pagi-pagi sekali orang suruhan Yoongi membawa tas berisi tas dan juga baju Yoongi untuk sekolah ke rumah Seungwan. Jadilah mereka berangkat bersama.

"Kok bisa ada biru disini ya." Gumam Seungwan yang berhasil membuat Yoongi terkekeh.

"Digigit nyamuk kali." Yoongi menjawab dengan asal.

"Nyamuk nggak mungkin segede ini."

"Nyamuk yang gigit kamu gede kali."

Yoongi menepikan mobilnya di parkiran yang diperuntukan oleh guru namun ia tak peduli.

Sebelum Seungwan keluar, Yoongi menahannya dan menarik kerahnya sedikit agar dapat menutupi bekas ciumannya tadi malam.

"Kenapa ditutup?"

Yoongi mengecup kedua mata Seungwan sebelum berkata, "Nggak enak kalo di liat orang."

Seungwan terpaku sejenak karena sikap manis Yoongi sebelum mengerutkan keningnya. "Emang kenapa kalo diliatin orang?"

Yoongi memajukan tubuhnya dan mengecup bibir Seungwan sekilas. "Jangan sampe keliatan, Seungwan. Nanti yang ada kamu di cap jelek."

"Kalo kamu nanya lagi, aku cipok disini nih." Lanjutnya.

Seungwan menelan ludahnya susah payah lalu keluar dari mobil dengan terburu-buru yang membuat Yoongi tertawa senang.

Yoongi mengejar Seungwan dan menyamakan jalannya. Ia berdeham. "Aku mau ujian akhir."

"Iya, aku tau."

"Mungkin, aku mau belajar serius. Selesai dari sini, aku mau ngelanjutin ke luar negeri buat belajar ngatur perusahaan ayah."

Seungwan berhenti melangkah dan menatap Yoongi nanar. "Semoga sukses."

Seungwan tersenyum terpaksa dan berusaha terlihat baik-baik saja. "Aku.. aku ke kelas."

Seungwan memasuki kelas dengan perasaan yang tak bisa ia jelaskan.

Bukan kah ia harus senang karena akhirnya terlepas dari si preman Yoongi?

Kenapa ia justru terlihat sedih karena mengatahui bahwa Yoongi akan pergi jauh?

"Lo kenapa? Lesu banget."

Seungwan hanya menggeleng menanggapi Jungkook. Lalu ia menenggelamkan wajahnya di meja.

Ia berjanji pada dirinya sendiri, bahwa mulai hari ini dia tak akan mengganggu atau merusak konsentrasi Yoongi dalam melaksanakan ujian akhirnya.

Itu semua untuk masa depannya, maka Seungwan harus terus berpikir positif.

---

Hari terus berganti dan Yoongi merasa semakin menjauh dari Seungwan. Jangan salahkan Yoongi karena ia akan menjalankan ujian akhir yang menentukan kelulusannya.

Ia mengusap wajahnya kasar ketika mengingat obrolannya dengan ibunya tempo hari lalu.

Ibu Yoongi menyesap kopinya dan menatap Yoongi lembut.

"Yoongi, kamu harus meneruskan perusahan yang ayah kamu bangun." Ibu Yoongi berkata lembut.

"Paman kamu terobsesi dengan perusahaan ayah kamu dan bilang kalau kamu nggak pantes menggantikan posisi dia." Lanjutnya.

Yoongi menghela nafasnya panjang. "Oke, aku bakal buktiin ke paman kalau aku pantes gantiin posisi ayah."

Ibunya tersenyum senang mendengar pernyataan semata wayangnya itu. "Kamu harus belajar yang giat, ya sayang. Dan kamu lanjutin kulahnya di luar negeri. Tapi kalau kamu keberatan, ibu nggak akan maksa."

Yoongi menatap mata sayu ibunya. "Enggak. Aku bakal buktiin kalo aku bisa."

Yoongi menatap lagi layar ponselnya, tertera nama Seungwan disana. Ia hendak menelponnya untuk sedikit menghilangkan rasa rindunya namun ia urungkan.

Selama ini selalu saja Yoongi yang menghubungi Seungwan terlebih dahulu. Sementara Seungwan tak pernah melakukannya.

Dipikirannya, mungkin ia terlalu terobsesi dengan Seungwan hingga tak bisa menyangkal bahwa Seungwan tak mencintainya sama sekali.

Ia meletakkan kembali ponselnya dan kembali fokus pada buku-buku di depannya.

Tak berselang lama, ponselnya berdering dan ia langsung mengambil ponselnya dengan cepat. Ia berharap Seungwan menelponnya, namun yang terjadi tak seperti keinginannya.

Ikan tongkol is calling...

Ia berdecak kesal dan menjawab telepon itu dengan malas.

"Clubbing yuk nyet." Terdengar suara dari seberang sana dan berisiknya suasana di sana.

"Anjing lo. Gue kira yang nelpon pacar gue ternyata lo, si kutu kupret."

Hoseok berdecih. "Seungwan mulu lo. Nongkrong ya entar malem, ditempat biasa."

"Nggak bisa gue. Gue mau fokus buat ujian akhir."

"Ck. Sok-sokan lo, selaw aja kek. Kita nongkrong dulu abis itu mikirin ujian."

"No, thanks."

"Lo Yoongi kan? Min Yoongi? Apa gue salah nomer?"

Yoongi memutar bola matanya malas. "Serah lo dah."

"Pokoknya lo punya utang penjelasan ke gue."

Dengan sengaja, Yoongi mematikan teleponnya sepihak. Ia tak ingin mendengar celotehan Hoseok yang membuat telinganya pengang.

Yoongi menatap ponselnya penuh harap. Ia sangat berharap Seungwan menelponnya atau sekedar mengiriminya pesan.

Namun sepertinya hal itu tak pernah terjadi karena ponselnya tak terdengar nada dering sama sekali hingga ia terlelap di samping buku-buku dan ponselnya.

The Only OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang