Seungwan menuruni tangga dengan cepat. Jungkook memeluknya namun ia juga yang melepaskannya dengan cepat. Entah mengapa sikapnya membuat Seungwan bingung.
Setelah beberapa saat, Seungwan sampai di UKS. Disana sudah terdapat Yoongi dan teman-temannya. Ia memasuki UKS dengan sedikit rasa canggung.
Yoongi yang melihatnya langsung menghela nafas lega. "Kirain aku kamu kenapa-kenapa."
Seungwan menyunggingkan senyum tipis lalu menggeleng.
Yoongi menatap teman-temannya. "Cabut deh lo semua."
"Yeu si anak setan, ada yang bening dikit kita diusir." Hoseok menyunggut kesal.
Teman-teman Yoongi keluar setelah bersalaman khas genk mereka.
Setelah mereka benar-benar berdua, Yoongi menyuruh Seungwan mendekat. Seungwan hanya menurutinya dan duduk di sebelah Yoongi.
Yoongi menyentuh rambut Seungwan dan menyelipkan rambut Seungwan ke belakang telinganya. "Kenapa telfonnya dimatiin?"
Seungwan tak berani menatap mata Yoongi. "Tadi," Ia menjeda kalimatnya sebentar. "Ada guru."
Kebohongan pertama.
Yoongi menghela nafasnya lagi namun terus memainkan rambut Seungwan.
---
Seungwan
Keesokanya, Yoongi tak masuk sekolah dengan alasan sakit. Dan aku diantar kakakku seperti biasanya. Dia masih menyemberutiku karena tak pulang kemarin malam dan sulit dihubungi. Namun aku berjanji menemaninya membelikan kado untuk Taeyeon agar ia tak marah lagi.
Hari ini terasa seperti biasa, sebelum Yoongi mengubah semuanya.
Namun aku merasa seperti ada yang hilang.
Saat jam pelajaran olahraga, dengan malas aku ke lapangan karena aku memang tak suka olahraga.
Materi baru, tantangan baru. Aku benar-benar tak bisa memasukan bola basket itu ke ring. Mungkin karena faktor tinggi badanku.
Sudah puluhan kali aku mencoba memasukan bola itu, namun tak ada yang berhasil.
Saat yang lainnya sudah beristirahat, aku tetap saja berusaha memasukan bola itu ke ring, sendirian di lapangan ini.
Aku memantulkan lagi bolanya dan mencoba memasukkannya. Tapi, gagal lagi.
Bolanya menggelinding dan sepertinya aku tak ingin menyentuhnya lagi.
Sampai, Jungkook berdiri di depan bola tersebut dan mengambilnya. Lalu ia memantulkan bolanya lalu memasukannya ke ring. Dan berhasil.
Walaupun jaraknya jauh, namun ia bisa memasukannya. Aku memutar bola mataku ketika ia tersenyum dengan sombongnya.
Aku memutar badanku untuk meninggalkannya.
Namun belum sempat aku mengambil langkahku, Jungkook menarik tanganku untuk tidak bergerak.
Aku menghadapnya dan menaikan sebelah alisku, bingung.
"Mau gue ajarin nggak?" Dengan sombongnya dia menyedekapkan kedua tangannya dan mengangkat dagunya.
Dia melemparkan bolanya kepadaku, untung aku penangkap yang baik, jika tidak bola itu akan mengenai wajahku.
"Lo drible dulu." Dia menginstruksiku dan aku melakukan perintahnya walau dengan wajah tertekuk.
"Abis itu lo fokus ke ring. Target lo ring. Ga ada yang lain, fokus."
Aku fokus menatap ke ring. Sampai dia mengalihkan fokusku.
Bagaimana tidak? Dia sekarang di belakangku sambil memegang tanganku dari belakang. Seperti memberi pelukan.
Dagunya terasa menggelitik kepalaku. Dia memegang tanganku dan mulai mengintruksi walaupun aku tak seratus persen mendengarnya. "Lo lempar."
Aku tergagap. "Hm? Le--lempar? Oh lempar."
Dengan bantuan dorongannya, aku melempar tepat ke ring.
Aku yang melihatnya langsung loncat kegirangan hingga membuat badan Jungkook terpental ke belakang.
"Lo liat kan, Kook? Masuk, Kook. Masuk!"
Dia terkekeh. "Berarti traktirnya double."
Aku langsung menekuk wajahku, berpura-pura kesal. "GWS dompet gue." Gumamku.
Dia melangkah maju dan mengacak rambutku, lalu merangkul pundakku. "Ayo masuk."
Aku terus berjalan dengan tangan Jungkook melingkar di pundakku. Dia terus berceloteh sementara aku hanya menanggapinya dan sesekali mencubit perutnya.
Hingga ia melepaskan rangkulannya dan menjauhkan tubuhnya dari tubuhku.
Aku mengikuti arah pandangnya dan melihat Yoongi di depan dengan wajah sulit diartikan.
Bukannya dia bilang tidak masuk sekolah?
Mati. Mati gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Only One
FanfictionMin Yoongi, seorang bad boy yang sangat di segani di sekolahnya. Ia sering membuat ulah setiap hari yang membuat ibunya geram terhadap anaknya sendiri. Dibekali kemampuan bela diri dari sang mendiang ayahnya, ia mampu menghajar siapa saja yang mengh...