Seungwan
Aku membuka kedua mataku pelan untuk membiasakan dari cahaya lalu menatap langit-langit kamar yang berwarna hitam. Kemudian aku merentangkan kedua tanganku untuk merilekskan tubuhku.
Tunggu.
Hitam?
Seingatku kamarku berwarna biru semua.
Aku kembali terkejut saat tangan seseorang memeluk perutku. Aku langsung beringsut ke dalam selimut lebih jauh lagi.
Nahasnya, orang itu juga ternyata di dalam selimut.
Aku tak berani bergerak sedikit pun karena nafas orang itu sangat terasa di leherku. Jika sedikit saja aku menoleh, dapat ku pastikan aku akan mencium keningnya. Kakinya juga sudah mulai memenjarakanku.
Aku sudah seperti guling baginya.
Dia kembali merapatkan tubuhnya ke tubuhku. Nafasnya yang hangat dan teratur sangat terasa di leherku.
Kemudian aku teringat semalam aku dibawa Yoongi ke studio musik miliknya. Dan dari apa yang aku lihat, semua design interiornya dominan berwarna hitam dan putih.
Aku melirik orang di sebelahku dengan ekor mataku.
Ya. Benar sekali.
Min Yoongi.
Dengan perlahan, aku menyingkirkan tangannya yang bertengger manis di perutku. Jujur, aku takut membangunkannya.
Lebih baik aku keluar dari sini secara diam-diam bukan?
Setelah hampir terlepas, jantungku serasa di pompa lebih kencang saat aku mendengar dia bergumam pelan.
Kemudian tangannya bergerak sendiri dan memeluk perutku lagi. Kali ini ia memelukku sangat erat, bahkan aku bisa merasakan ujung hidungnya tertempel di leherku.
Aku menyerah.
Lalu aku menepuk lengan Yoongi untuk membangunkannya.
Dia justru menggerak-gerakkan wajahnya yang membuatku tepatnya di leherku geli.
Waktu terasa lambat bagiku, sampai dia melonggarkan pelukannya.
"Udah bangun?"
Suaranya sangat menggelitik telingaku. Suara yang terdengar serak dan berat.
Tanpa kuduga, ia mengecup pipi kiriku. "Tidur lagi, ya?"
Aku menoleh ke arahnya. "Jangan. Kita kan sekolah."
Dia tersenyum. Aku baru melihat senyumnya yang terlihat lebih jelas dan tulus sejauh aku mengenalnya.
Lalu dia menyisir rambutku dengan jarinya dan menyelipkan rambut-rambut kecil yang menghalangi wajahku ke belakang telinga.
Tanpa kusadari kakinya sedari tadi terus mengunci kakiku.
Dia mengangkat kepalanya dan bertumpu pada tangan kanannya, sementara tangan kirinya memainkan rambutku. Matanya terus mengunci arah pandangku. Lalu matanya menatap bibirku.
Dia mendekatkan wajahnya ke wajahku, seakan terhipnotis aku diam saja menunggu dia melakukan sesuatu.
Tapi, aku tersadar. Aku menutup mulutku dengan kedua tanganku, mencegah dia mencium bibirku.
Dia tetap mendekat dan bibirnya bersentuhan dengan tanganku. "Kenapa?"
Aku merasakan gerakan bibirnya diatas tanganku yang membuatku merasakan sedikit geli. "Ini salah."
Dia sedikit menjauh dari wajahku dan menatapku lekat. "Salah apanya? Kamu pikir aku mau ngapain kamu?" Dia tersenyum jahil.
"Hanya morning kiss, babe." Lanjutnya.
Kemudian tangannya menurunkan tanganku hingga bibirku bisa diraihnya. Dia hanya menempelkannya diatas bibirku. Jujur, ini membuatku sedikit geram dan tergoda.
Dia masih diam dan menatapku, tak melakukan apapun.
Entah setan darimana, aku yang memulai menciumnya. Dengan kaku, aku mencium bibirnya lembut dan menutup mataku. Bisa kurasakan dia tersenyum di atas bibirku.
Dia mulai mencium dan menghisap kecil bibirku dengan sedikit kasar. Ia juga menggigit bibir bawahku untuk memberi akses lebih. Lidahnya mulai bermain di dalamku.
Kedua tangannya menuntunku memeluk lehernya. Kamar ini hanya terisikan suara-suara kecupan dari kami dan dentingan jarum jam.
Posisi ini terlalu intim bagiku.
Tapi aku menyukainya.
Sampai aku baru tersadar, aku terlalu lama bermain-main dengannya hingga melupakan sekolahku.
Dengan sekuat tenaga aku mendorong tubuhnya untuk menjauh. Aku langsung duduk dengan nafas tersengal-sengal.
Aku langsung mencari dimana ponselku berada. Aku bahkan menyingkap selimut dan bantal yang berada di dekatku.
"Kenapa?" Yoongi duduk menyamaiku.
"HP aku mana?"
Dia menggaruk tengkuknya. "HP kamu?"
Aku mengangguk tak sabaran.
"Aku simpan di laci." Yoongi menunjuk laci lemari kecil di sebelah kasur dengan menggunakan dagunya.
Aku kemudian turun dari kasur dan menuju laci tersebut. Aku kesal bukan main saat ponselku ternyata mati. Baterainya habis, pikirku.
Namun saat aku mencoba menyalakannya, ternyata baterai ponselku masih tersedia walaupun hanya tersisa 43%.
Aku lebih kesal lagi saat ada puluhan bahkah ratusan panggilan tak terjawab. Ada yang dari kakakku dan Jungkook.
Aku menepuk dahiku. Aku lupa bahwa aku mempunyai janji dengan Jungkook untuk hadir di pertunjukan perdananya di sebuah drama musikal.
"Aku matiin HP kamu. Berisik." Katanya santai sambil berjalan menuju pintu.
Aku menarik nafas, dan bersiap meluapkan segala kekesalanku. "Sunbae!!!!!!!!"
---
Yoongi itu emang manis manis bangcattt y.
Tapi anehnya gue makin sayang tuh(;
Xoxo.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Only One
FanfictionMin Yoongi, seorang bad boy yang sangat di segani di sekolahnya. Ia sering membuat ulah setiap hari yang membuat ibunya geram terhadap anaknya sendiri. Dibekali kemampuan bela diri dari sang mendiang ayahnya, ia mampu menghajar siapa saja yang mengh...