26

7.4K 602 143
                                    

Umpatan-umpatan kasar terus meluncur dari bibir Jennie. Ia tak habis pikir mengapa ayahnya bekerja pada keluarga Min itu.

Dengan seenak jidat, Yoongi menaruh sampah bekas makanan serta bajunya asal, membuat rasa nyeri di wajah Jennie semakin bertambah.

"Min Yoongi!" Geram Jennie, "lo bisa kan naro sampah di tempat sampah?! Terus baju kotor lo taro di tempat yang bener!"

Yoongi yang sedang memainkan ponselnya sambil berbaring di sofa mendongak, menatap Jennie yang sedang berkacak pinggang dengan rambut di kuncir kuda, celana pendek serta tanktop hitamnya.

"Nggak bisa. Puas?" Jawab Yoongi kembali menatap ponselnya acuh.

Walaupun Jennie tampak seksi dengan pakaian seperti itu namun bagi Yoongi, ia lebih tertarik pada baju tidur bermotif olaf yang dikenakan Seungwan dan bibir merah marunnya.

Tiba-tiba, dering ponsel dari ponsel Jennie berdering. Ketika ia melihat nama si penelpon, raut wajah Jennie menjadi sedikit gugup. Bisa di lihat ketika ia menggigit bibir bawahnya dan memainkan kukunya.

Lalu ia meraih jaket yang ia sampirkan di dekat jendela. "Nanti gue jemput lo, kuliah lo bisa dimulai hari ini."

Yoongi hanya bergumam, tak terlalu menanggapi perkataan Jennie. Ia masih berkutat pada ponselnya, ibunya sudah kembali ke rumahnya yang ada di Korea namun beliau belum bertemu Seungwan.

Padahal Yoongi sudah menitip pesan pada Seungwan agar segera bertemu pada ibunya.

Kebingungannya terhenti ketika seseorang memenekan bel. Ia segera bangkit dengan malas untuk membuka pintu.

Saat ia membuka pintu, terlihat sosok Jaemin dengan sekotak makanan di tangannya.

"Hai." Jaemin tersenyum hangat.

Jujur, sampai saat ini Yoongi masih tidak bisa melupakan senyum itu dan mata itu.

Jaemin mengibas-ibaskan tangannya di depan wajah Yoongi. "Kok bengong?"

Seakan tersadar, Yoongi hanya melenggang masuk dengan Jaemin mengikuti di belakang.

"Kamu masih kayak dulu ya, berantakan." Jaemin mulai bersuara lagi.

Yoongi hanya bergumam dan duduk sembari memainkan lagi ponselnya.

"Ini aku bawain makanan buat kamu." Jaemin mulai membuka kotak makannya. "Kamu masih suka jajangmyun kan? Disini susah lho nyarinya."

Yoongi menoleh ke arah makanan yang menggiurkan tersebut. Benar memang, bahwa makanan tersebut merupakan makanan kesukaanya.

"Jangan diliatin aja, makan dong." Jaemin menyumpitkan makanan itu dan memberikannya pada Yoongi, berniat menyuapinya.

Namun Yoongi menggeleng. "Gue bisa sendiri."

Merasa ditolak, Jaemin mengarahkan sumpitnya ke mulutnya sendiri.

Yoongi mulai memakan makanan tersebut dengan lahap, membuat Jaemin tersenyum menang.

Selesai makan, Yoongi mengambil ponselnya. Berniat mengirimi pesan untuk Seungwan.

Udh mkn blm?

Terdengar bunyi ponsel di ruang tamu milik Yoongi, membuat Yoongi mengernyit bingung.

"HP lo bunyi?"

Jaemin berdeham. "I...iya. Mungkin dari operator."

"Oh iya, makannya udahan kan? Aku mau balik dulu."

Yoongi menangguk tanpa berterima kasih atau berkata apa pun.

Selang beberapa menit setelah kepergian Jaemin, ponsel Yoongi berbunyi. Menandakan balasan dari Seungwan. Tanpa sadar bibirnya terangkat ke atas.

Udah:) aku makan samyang tadi

Yoongi mengernyit, kapan Seungwan menyukai makanan pedas?

---


Bosan mengurung diri di kamar, Yoongi beranjak untuk melangkahkan kakinya menuju kafe terdekat. Ia butuh asupan wifi.

Walaupun ia tak tau letak kafe terdekat, ia urung bertanya pada warga sekitar dan lebih memilih menggunakan aplikasi GPS di ponselnya.

Setelah menemukan kafe terdekat, ia memilih kursi paling pojok agar tak terlalu menjadi pusat perhatian.

Karena selama berada di negeri orang, Yoongi sempat risih karena beberapa orang menatapnya karena wajah Yoongi yang terlihat wajah Asia sekali.

Sembari memandangi jalan, ia tak sengaja melihat sosok Jennie yang di seberang sana sedang beradu mulut dengan seorang wanita.

Ia menatap penasaran, ada seorang lelaki yang sepertinya sedang menengahi mereka.

Yoongi menaikkan alisnya ketika wanita yang tak dikenalinya menampar wajah Jennie. Namun diluar perkiraannya, Jennie hanya terdiam menerima semua perlakuan kasar wanita itu.

Ada sedikit rasa iba pada diri Yoongi, namun pria berkulit pucat itu memilih diam dan hanya menyaksikan tontonan tersebut.

Ia melihat Jennie berusaha menghapus air matanya ketika kedua orang itu pergi meninggalkannya sendirian.

Terlihat Jennie sedang mengambil ponsel dari sakunya dan tiba-tiba ponsel Yoongi berbunyi.

"Gue jemput lo 5 menit lagi."

"Gue di kafe. Lo bisa nengok ke kiri."

Seketika Jennie menolehkan wajahnya ke kiri dan benar saja, terdapat Yoongi disana.

Ia kaget bukan main dan merasa kegelagapan.

"Kalo lo mau tau gue ngeliat semua apa enggak, jawabannya iya, gue ngeliat semuanya."

"Brengsek."

"Buruan kesini, kayaknya lo butuh air dingin buat pipi lo." Yoongi tersenyum meremehkan.

"Terimakasih untuk perhatiannya, tuan muda. Tapi gue nggak butuh." Ucap Jennie berdiri di depan Yoongi, entah sejak kapan Jennie sudah berjalan ke arahnya.

Yang jelas, Yoongi melihat mata tajam Jennie menutupi rasa sedih yang terpancar ketika ia ditinggalkan oleh kedua orang tadi.

Setegar itu kah dia?






---



Janji, abis ini ada part Seungwannya kok..

Awalnya gue meniadakan karakter Jennie, tapi udah terlanjur😭😭 jadi mau ngapusnya gimana lagi?

jadi yg awalnya mau bikin ff ini dengan 20an part mungkin diperpanjang jadi 30an..

Boring ga sih? Komen dong sarannya😭😭😭😭

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 04, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Only OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang