"Aku pulang dulu ya"
"Eh, mau gue antarin ga ?"
"Ga usah. Aku bisa pulang sendiri. Lagian rumah aku juga di sekitar sini paling beda blok doang kok"
"Ok. Lo hati - hati di jalan ya. Salam buat keluarga lo ya"Kimi's POV
Aku berjalan ke neraka yang begitu mematikan. Sebenarnya aku tidak ingin pulang. Aku ingin berlama - lama di rumah Yuna. Tapi aku sadar diri. Jujur, hanya di rumahnya aku bisa merasakan kebahagiaan yang begitu terpancar. Kalau aku tidak pulang apalagi tidak tepat waktu, bisa - bisa aku diomeli berjam - jam dan dihajar oleh papa. Aku harus pulang terlebih dahulu.Hari ini begitu menyenangkan bagiku. Aku mempunyai teman, lebih tepatnya sahabat. Aku belum pernah merasakan bagaimana memiliki teman apalagi sahabat. Jujur aku begitu bahagia punya sahabat sepertinya.
Author's POV
Kimi berjalan menuju rumahnya. Ia tidak perlu memberi salam pada siapapun. Di rumah ini tidak ada yang pernah menganggapnya ada, seolah - olah kalau dia adalah orang lain. Walau begitu, jam untuk keluar sangat ketat. Kimi langsung menuju kamarnya dan merebahkan diri sejenak di kasur king size nya. Ia menatap langit - langit dengan penuh keceriaan. Memikirkan hal bahagia dalam hidupnya yang tidak pernah ia dapatkan. Setelah itu, ia mandi.~"~
Malam begitu sunyi. Hanya ada suara jangkrik yang bernyanyi "krik krik" seperti biasa. Kimi memandang keluar jendela dan berharap ada bintang jatuh. Ia ingin meminta sebuah permintaan untuk bahagia. Ia sangat senang hari ini. Memiliki sahabat baru. Tapi sebenarnya, ia sedikit canggung apalagi ia bersahabat dengan orang yang sangat populer di sekolahnya. Ia berkhayal jika ia seperti Yuna, pasti dirinya akan merasa bahagia. Memiliki keluarga yang begitu harmonis, memiliki banyak teman sekaligus fans, dan satu lagi ia memiliki perawakan yang sempurna. Sangat jauh dibanding dirinya. Hidupnya terbalik 180° ketika adiknya lahir.
Kimi dikejutkan oleh bunyi suara seperti panci dan gelas yang sedang beradu. Perlahan - lahan ia keluar dan mendapati kedua orang tuanya sedang berantam. Ia ingin melerai tapi karena ia sudah tidak dihargai dan dianggap maka ia hanya bisa mengurung diri di kamar.
"Kenapa hidupku seperti ini. Memiliki orang tua yang selalu saja berantam. Aku sangat lelah mendengar mereka seperti ini. Bagaimana aku mau fokus belajar kalau aku harus mendengar perkelahian mereka setiap hari", batin Kimi~"~
Kimi's POV
Hari sudah semakin larut. Aku keluar dari kamarku dan menuju ke dapur karena aku belum makan. Lagi - lagi yang terlihat hanya meja yang kosong. Aku harus memasak sendiri. Oh iya, aku juga punya persediaan roti di kamar. Untung saja masih ada persediaan. Aku membuka kulkas dan mendapati bakso dan telur. Segera ku masak telur dan bakso goreng. Ya, walau hanya makan segitu sih yang penting ada makanan yang masuk ke perut. Setelah makan, aku memberanikan diri menuju kamar Yuri, adikku. Tampak pulas tidurnya dan juga mama. Tapi bagaimana dengan papa ? Aku memeriksa di kamar dan papa tidak ada, memeriksa setiap ruangan juga tidak ada, satu ruangan yang belum dicek yaitu garasi. Aku menuju ke sana dan tidak mendapati papaku. Aku berpikir mungkin saja dia kerja. Apa peduliku terhadap semua ini. Keluarga yang tidak pernah menginginkan aku ada. Menganggapku seolah aku orang asing. Persetan dengan semua ini.Aku hampir lelah dengam semua ini. Entah kenapa, pikiran dan hatiku rasanya ingin melakukan suatu yang benar - benar di luar dugaan. Kau akan tahu nantinya. Aku berusaha menahan semua ini. Mengatur napas sekuat - kuatnya tapi tetap saja tidak bisa. Aku benar - benar tidak terkendali saat ini. Rasanya aku ingin sekali membunuh.
Jujur, dulu aku ingin melakukan semua ini tapi karna aku takut akan dosa, aku mengurung niatku. Tapi nadiku, hatiku, pikiranku mulai memberontak dan mendorongku untuk melakukan hal ini. Aku tidak tahan lagi. Aku benar - benar tidak kuat lagi menahan semua nafsu pembunuhan dalam diriku. Aku harus mencari cara untuk melakukan ini.
Oh iya, ada kucing yang melintas. Segera saja ku tarik kucing itu dan membekap mulutnya memakai plastik. Ku banting kucing itu dan melemparnya ke dinding. Perasaan ini semakin bersemangat. Nafsu ini semakin membara untuk melakukan tindakan sadis ini. Aku merasakan jiwa pembunuhku muncul. Aku mengambil linggis dari garasi dan memukul kucing itu berkali - kali hingga tewas. Aku mencium anyir darah kucing. Rasanya itu sudah cukup untuk melampiaskan amarah ini. Ternyata seru juga ya melakukan hal ini. I love it.
~"~
Kimi berjalan mengendap - endap menuju kamarnya. Ia langsung mengunci kamar agar tidak ketahuan bahwa ia baru membunuh kucing kesayangan Renata. Ia membersihkan dirinya yang sedikit terciprat darah bekas melakukan aksi terpendamnya. Ia merasa melampiaskan amarah jauh lebih baik seperti ini dibanding harus menarik kuat napas. Rasanya masih ada sesak jika melakukan hal biasanya. Tapi dengan cara baru, ia benar - benar melampiaskan amarahnya dengan cepat tanpa beban.
Ia memakai piyama dan melompat setinggi - tingginya. Ia merasa senang, amarahnya benar - benar lepas tanpa beban. Akhirnya, ia menemukan cara ini walau memang salah tapi daripada dirinya yang selalu tersiksa. Ia berbaring di tempat tidur menatap langit - langit dan tersenyum seperti orang yang tidak punya beban.
"Aku ingin sekali melakukan ini lagi. Aku benar - benar menyukai hal ini. Rasa beban yang ada telah hilang. Aku senang. Yeay. Tapi masih banyak orang - orang yang menyebalkan di hidupku. Apa sekalian aja aku binasakan satu per satu tapi jangan deh. Untuk saat ini, aku masih ingin bermain - main dengan semua sandiwara ini. Tunggu saja hari H, kalian semua akan menjadi tanah bahkan abu sekalipun. Hahaha. Wait me, i'm here for killing you"
Gimana guys, seru ga ceritanya atau boring ? Ya gue harap lo semua suka sih sama cerita gue. Jangan lupa vote and comment ya guys. Salam Author.
Happy reading guys 📖
🔜
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm here
Horror"Ketika sisi gelapku mulai terlihat, di situlah kalian tahu bagaimana aku sebenarnya. Ketika kesabaran ini telah habis, kau kan melihat betapa hancurnya dirimu melebihi diriku" -Kimi Arina- Rank : 🏅11 ~ Killing 🏅8 ~ By 🏅 1 ~ Grudge