Yuna menahan kesakitan yang begitu amat dalam. Tiba - tiba ponselnya berbunyi dan itu berasal dari Aru.
"Oh, ini yang namanya sahabat ya... Setelah putus malah lari ke sahabat. Jahat banget ya kamu. Senang kalian ha? Puas kamu udah ambil semua kebahagiaan aku?"
"Tidak...chan..."Yuna ga sanggup untuk ngomong lebih lanjut.
"Ha? Apa?"Menampar kembali dan membuat darah bermuncratan di mana - mana. Ponsel terus berdering dan dimatikan langsung dengan Kimi.
Aru's POV
Mengapa dia cancel panggilanku? Sepertinya ada sesuatu yang tidak beres. Tapi ga mungkin, aku rasa dia selalu di rumah akhir - akhir ini dan sehat saja. Kenapa perasaan ini jadi aneh ya. Aku harus pergi ke rumahnya sekarang untuk memastikan apakah dia benar baik - baik saja.
Di sepanjang jalan, perasaan aneh dan tidak seperti biasa timbul. Tidak biasanya aku mrasakan hal aneh padamu Yuna. Pesanku juga hanya dibaca tanpa ada balasan darimu Kimi. Apa yang sebenarnya terjadi di antara kalian? Semua seperti tidak bisa dihubungi.
"Yuna chan"
Tidak ada jawaban dan pintunya dikunci. Itu berarti dia sedang di luar. Lalu ke mana dia? Tidak biasanya dia keluar malam - malas seperti ini. Coba kuingat kembali. Ohiya, aku harus ke rumah Kimi sekarang. Tapi....apakah Kimi masih marah padaku apalagi ini sudah malam, dia pasti sudah tidur. Perasaan ini tidak dapat terbendung lagi. Aku harus ke rumahnya sekarang.
Maafkan aku Kimi chan, aku akan sedikit menggangu waktumu untuk malam ini. Ego ku sudah tak terbendung lagi. Aku harus ke rumahnya sekarang.Author's POV
Aru langsung bergegas ke rumah Kimi. Angin malam tidak dihiraukannya lagi. Ia melajukan motornya dengan kecepatan tinggi karna jalanan saat itu sudah sepi. Aru tidak henti memikirkan dua orang penting dalam hidupnya, tidak lain adalah Kimi dan Yuna.
Ketika sampai, Aru langsung menekan bel rumah berharap pemilik rumah ini belum tidur. Tapi kunjung tak ada jawaban. Karna rasa penasarannya, dia membuka pintu rumah dan tidak terkunci?
"Kenapa tidak terkunci? Apa sedang ada tamu?"Aru masuk dan merasakan bulu kuduknya merinding dengan seketika. Sepi senyap rumah ini seperti tidak berpenghuni. Aru memeriksa setiap bagian rumah tapi tidak ditemukan pemiliknya. Aru seperti menangkap kejanggalan aneh ketika melihat pemukul bisbol.
"Seperti ada yang janggal"Ada satu ruangan yang belum diperiksa, kamar Kimi. Ia hendak masuk tapi takut menggangu. Dia berpikir bagaimana kalau dia sedang tertidur lelap atau sedang tidak berpakaian. Plak. Aru memukul kepalanya.
"Tidak seharusnya pikiran mesum itu muncul. Sial!!!"Aru deg - degan ketika ingin membuka pintu lalu dia urungkan kembali.
"Aku harus masuk"Saat memutar gagang pintu, keringat dingin mengucur di seluruh tubuh. Aru masuk ke dalamnya dan melihat sepertinya memang ada sesuatu yang aneh. Melihat ke sekeliling juga tidak ditemukan Kimi.
"Jangan..jangan...ada pencuri atau pembunuh berantai masuk. Oh tidak, itu tidak mungkin"Tiba - tiba saja, salah satu pintu terbuka dan Aru langsung bersembunyi di lemari baju.
"Hahaha senangnya hari ini. Tapi aku belum puas dengan semua itu. Aku akan melanjutkannya setelah ini"Aru mendengar tawa Kimi yang begitu menggelegar seisi ruangan. Melihat Kimi keluar dari kamar, Aru langsung keluar dari tenpat pesembunyiannya. Melihat darah berceceran membuat Aru bergidik ngeri.
"Apa yang sebenarnya terjadi?", batin AruAru yang penasaran lalu membuka pintu rahasia itu. Ia tampak kebingungan dengan pintu aneh itu. Perasaan itu muncul kembali. Ia akhirnya memutuskan untuk turun. Menuruni tangga yang sudah termakan usia. Ia harus hati - hati. Brugg...Aru terjatuh dan sedikit pusing. Ia mendengar suara jeritan perempuan yang ia kenal, tak lain adalah Yuna.
"Tolong aku siapa saja, tolong aku"
"Yuna chan"
"Aru san"
"Apa yang terjadi denganmu? Siapa yang membuatmu hingga seperti ini?"
"Aku sudah tidak tahan lagi. Toling lepaskan aku"
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm here
Horror"Ketika sisi gelapku mulai terlihat, di situlah kalian tahu bagaimana aku sebenarnya. Ketika kesabaran ini telah habis, kau kan melihat betapa hancurnya dirimu melebihi diriku" -Kimi Arina- Rank : 🏅11 ~ Killing 🏅8 ~ By 🏅 1 ~ Grudge