Really ???

173 16 0
                                    

Kimi's POV
Aku terbangun dan melihat sekeliling. Putih. Aku baru menyadari jika diriku berada di rumah sakit. Aku mencoba bangkit dan kepala terasa sakit jika teringat insiden.

Aku mencoba melangkahkan kakiku dan membuka tirai. Sinar mentari pagi begitu hangat. Aku menghirup udara segar. Tiba - tiba aku teringat dia. Dia adalah cowo yang menyelamatkan nyawaku. Ya, dia adalah Aru Yamata. Bagaimana keadaannya ya? Aku begitu takut jika terjadi sesuatu dengan dirinya. Aku harus keluar dan mencarinya. Iya harus.

Suara pintu terbuka dan seorang suster masuk. Ia tersenyum padaku dan aku membalasnya.
"Selamat pagi, Miss. Kimi. Sepertinya anda mulai membaik. Apakah anda perlu sesuatu ?"
"Oh, tentu. Apakah anda tahu ada seorang pasien bernama Aru Yamata ?"
"Oh, dia ada di ruangan tepat di sebelah kanan ruangan anda. Apakah anda ingin menjenguknya ?"
"Tentu. Terima kasih"
"Dengan senang hati"

Aku keluar dan melangkahkan kakiku. Berat, rasanya kaki dan hatiku berat menuju ruangan yang ada di sebelahku. Aku mulai membuka pintu dan terlihat dia terbaring lemah. Aku benar - benar merasa bersalah. Andai aku tak menghubungi dia, mungkin dia tak akan terluka.

Aku melihat seorang cowo yang mungkin itu adalah adiknya. Tanpa pikir panjang aku langsung menuju ke Aru. Air mataku dengan mulus jatuh dan tak terhenti. Aku benar - benar menangis dengan tulus.
"Aru, kenapa jadi seperti ini"
"Onee-san"
"Ya"
"Maaf, anda siapa ?"
"Saya temannya. Saya minta maaf. Ini semua kesalahan saya. Karna saya dia seperti ini. Maafkan saya. Saya salah"
"Ini semua bukan kesalahan anda sepenuhnya. Dia juga yang keras kepala untuk pergi padahal sudah dilarang berkali - kali"

Aku menangis sejadinya. Dia mencoba menenangkanku. Aku benar - benar tidak sanggup melihat keadaannya yang cukup parah.

~"~

Hari ini aku sudah boleh pulang. Keadaanku sudah lumayan membaik, hanya saja kepalaku akan sakit mengingat insiden tersebut. Aku tidak langsung pulang. Aku menunggu sampai keadaanya pulih. Aku benar - benar merasa bersalah.
"Aru. Kumohon bangunlah. Aku benar - benar merasa bersalah. Aku minta maaf. Semua gara - gara aku. Seandainya waktu itu aku tidak menghubungimu, kamu tidak akan seperti ini. Aku minta maaf"
"Kumohon bertahanlah"

Author's POV
Kimi memegang erat tangan Aru. Ia berharap semua akan baik - baik saja. Ia benar - benar takut kehilangan dirinya. Entah kenapa Kimi benar - benar takut kehilangan padahal sebelumnya ia lebih menyukai sendiri daripada harus mengkhawatirkan orang lain.

~"~

Kimi berjalan menyusuri lorong - lorong rumah sakit. Ia benar - benar merasa bersalah atas insiden yang terjadi. Ia mengutuk dirinya sendiri.
"Onee-san"

Terdengar suara dan langkah kaki menuju dirinya.
"Ya"
"Anda ingin ke mana?"
"Oh, hanya ingin ke taman. Kenapa ?"
"Tidak. Saya juga ingin ke taman. Bolehkah saya menemani anda?"
"Ya, silahkan"

Cowo tersebut mensejajarkan langkahnya dengan Kimi. Mereka saling diam satu sama lain. Melihat ada tempat duduk, mereka langsung menuju ke sana sebelum ada yang mendudukinya melihat rumah sakit lumayan ramai.

"Onee-san"
"Ya"
"Maaf, kita belum pernah kenal sebelumnya. Aku Raku Yamata. Panggil saja Raku"
"Aku Kimi"
"Senang bertemu anda. Oh iya, bolehkah aku mengetahui sedikit mengenai anda?"
"Tentu. Apa ?"
"Bagaimana anda bisa kenal dengan saudaraku?"
"Oh, kami satu sekolah tapi beda kelas. Hanya ketidaksengajaan saja"
"Ku rasa anda orang yang paling beruntung bisa berkenalan dengan seorang Aru"

Raku langsung bangkit dari duduknya dan meninggalkan Kimi yang masih bengong seperti sapi ompong. Kwkkwkw.
"Hei, tunggu. Maksudmu apa aku beruntung bisa berkenalan dengannya?"

I'm hereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang