Secret Room

290 32 0
                                    

Kimi's POV
Aku berjalan kaki ke sekolah. Sebenarnya sih aku naik sepeda tapi sepedaku rusak dibuat oleh Geng Pinkers. Aku masih mengingat betul di benakku ketika aku mencoba melawan mereka. Tapi apa daya, mereka terlalu kuat sehingga aku kalah.

Seperti biasa aku pergi ke lorong gelap nan sepi yang amat mencekam. Jarang murid ataupun yang lain berlalu lalang. Lorong itu dilewati saat ada keadaan darurat saja. Di sinilah aku menikmati kesendirianku dan tempat fantasi kedua setelah kamarku. Aku menghirup udara segar dan menghembuskannya dengan kuat.

Entah kenapa, sepertinya aku merasa diriku telah berubah. Hati ini tidak terlalu sakit karena aksi semalam yang membuatku benar - benar merasa hidup. Aku seperti tidak terlalu takut dengan siapapun lagi. Aku benar - benar menikmati kesendirianku dengan bahagia dan menyusun rencana pembunuhan selanjutnya.

~"~

Author's POV
Kimi melirik jam tangannya menandakan sebentar lagi ia akan masuk. Saat berjalan dengan santai, tiba - tiba ia ditabrak oleh salah satu murid sampai dirinya terjatuh.
"Lo gak apa - apa ? Ada yang luka ?"
"Ga kok. Ga ada yang luka"
"Sini gue bantu. Sorry ya gue tadi buru - buru. Gue ga sengaja nabrak lo"
"Iya gak apa - apa kok"

Cowok itu berlari seperti orang yang dikejar hantu. Ia berlari kalang kabut. Sementara Kimi memandangnya heran hingga punggung si cowok sudah tak terlihat. Ia menuju kelasnya di lantai 2. Untungnya bel masuk pas berbunyi saat dia masuk kelas.

Hari ini ada pelajaran biologi, lagi - lagi cowok menyebalkan, Kevin meminta tugasnya dengan seenaknya. Lalu menghina Kimi. Ia hanya bisa bersabar menghadapi tingkah dan sifat orang - orang yang mem-bully dirinya.

"You're the next", batin Kimi

Kimi menyeringai ke arah Kevin yang sudah berbalik menuju kursinya. Kimi menyusun strategi untuk membunuhnya. Malam ini, ia harus bisa membunuhnya supaya amarahnya bisa terlampiaskan.

~"~

"Rin, pulang bareng yuk", ajak Yuna
"Yuk", balas Kimi
"Gue mau tantang lo makan sushi nih. Setuju?"
"Siapa takut"

Yuna dan Kimi berjalan menuju restoran dekat sekolah yang katanya sih enak. Mereka berbincang - bincang di sepanjang perjalanan seputar sushi.

"Akhirnya sampai juga. Let's go to the sushi challenge. Yeay", seru Yuna

Mereka berdua memesan sushi dengan porsi besar per orang. Tampak dari wajah Kimi yang sangat gembira ketika mendengar kata sushi.  Yuna yang melihatnya pun senang ketika sahabatnya seperti itu.

Sushi telah dipesan dan tinggal menunggu waktunya saja. Mereka berdua saling bertatapan menandakan bahwa diri mereka pemenangnya. Sushi yang ditunggu datang. Dengan cepat, tangan Kimi menyambar diikuti Yuna. Pelayan yang melihat mereka geleng - geleng kepala.

"Aku menang"
"Ya gue kalah deh. Ok. Pemenang dalam sushi challenge ini adalah Kimi Arina. Selamat..selamat"

Yuna mengangkat tangan Kimi. Semua orang yang ada di sana bertepuk tangan. Wajah Kimi memerah. Ia agak canggung jika dilihat banyak orang. Yuna memanggil pelayan dan meminta bill.

"Karena gue kalah, gue yang bayar"

Mereka berdua keluar dari restoran. Perasaan senang dan bangga ada pada Kimi. Ia tidak perlu susah payah masak di rumah lagi, pastinya ia sudah sangat kenyang. Bahkan bisa bertahan sampai esok pagi. Porsi yang besar benar - benar menyenangkan. Sangat lama ia tidak makan sushi semenjak adiknya lahir. Ia selalu menganggap Renata adalah anak pembawa sial. Keluarga dan dirinya  hancur ketika adiknya lahir. Papanya jarang pulang dan mamanya selalu memperhatikan adiknya. Ia dianggap seolah tak berarti di keluarga itu.

I'm hereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang