Jealous

94 5 6
                                    

Hello readers ku yang setia. Kangen loh sama kalian. Unyu...unyu...unyu... Dah beberapa bulan belakangan ini author sibuk banget nih sama cucian menumpuk alias tugas sekolah. Suer dah, cape nih author. Hehe biasa curhat dikit doang. Okay the readers stay reading aja ya 🤗

"Sepertinya aku teringat beberapa hal"
"Apa itu ?"

Aru mulai menceritakan sedikit mengenai gedung sekolah yang sangat usang dan tua. Ya walau dikatakan usang dan tua, tapi fasilitas di sana jauh lebih lengkap dan elit dibanding dengan fasilitas di sekolahnya sekarang. Hanya karena insiden tertentu, gedung itu ditutup paksa. Gedung tua yang angker dan menyimpan beberapa misteri kelam. Yuna yang mendengar pernyataan itu semakin penasaran.

"Lalu?"
"....."

Aru hanya bergeming dan melanjutkan langkahnya ke gedung tua.

"Hey...jawab pertanyaan ku dulu. Huh..."

Mereka memasuki gedung tua itu dan memulai pencarian ke sekeliling.

Gedung Sekolah Tua...
Suasana begitu mencekam saat mereka memasuki pintu utama. Decit pintu tua memang begitu menakutkan. Hawa dingin menyeruak dalam ruangan.

"Di sini begitu dingin dan...mencekam", kata Yuna sambil menggosok tangannya

Mereka mulai mencari - cari ke sudut, ke ruangan - ruangan lain, tapi tetap saja tidak ditemukan. Tiba - tiba saja...

"Hiks...hiks..", suara rintihan anak kecil

Mata Yuna membelalak tidak mempercayai pendengarannya.

"Apa kamu mendengar suara itu?"
"..."
"Aru, apa kamu dengar suara itu ?"
"..."
"ARU"
"Diam!!! Jangan berisik"
"Baiklah, aku akan menutup mulutku"

"Kejam sekali dia", gumam Yuna

Mereka terus melakukan pencarian. Saat berada di ruangan UKS, muncul sosok anak kecil yang diam menunduk. Anak itu terpaku dan menyudutkan diri. Saat Yuna ingin menghampiri, Aru menariknya dengan kuat.

"Jangan macam - macam"
"Tapi kan..."
"KALAU DIBILANG JANGAN YA JANGAN"
"Gomen nasai..."

Mereka keluar dari ruangan UKS dan tidak mendapati siapapun di sana yang dicari. Hawa dingin semakin mencekam. Rasa takut itu berhasil membuat tubuh mereka gemetar tapi mereka tetap mencari.

Kimi's POV
Sepertinya ada yang datang, tapi siapa ya??? Bukankah tidak ada yang berani masuk gedung ini kecuali aku. Lalu siapa yang lancang masuk ? Apa mungkin penghuni di sini? Tapi tidak mungkin, ini pasti manusia. Ya aku yakin ini pasti manusia, dari derap kakinya mudah dikenali. Aku harus memastikan kalau itu manusia tapi...siapa mereka ? Biar kutebak.

Aku rasa dia...ya pasti dia. Hanya dia seorang yang tau mengenai rahasia gedung ini selain aku. Dia yang paling aku percaya di antara semua. Aku akan keluar.

Author's POV
Kimi keluar dengan senyum khas yang dimilikinya. Ia melenggang keluar pintu dan melihat pemandangan yang tidak disukai.

"Kenapa Yuna hadir juga?"

Aru dan Yuna begitu dekat sampai - sampai mereka tidak tahu bahwa ada yang mengawasi.

Suara decit pintu ruangan begitu keras hingga membuat bulu kuduk merinding. Mereka memasuki tiap ruang dan tidak mendapati sosok yang dicari.

"Untuk apa mereka ke sini? Mencariku? Memangnya aku anak kecil yang harus dicari? Lalu untuk apa Aru mengajak Yuna ? Atau jangan - jangan dia sudah membocorkan rahasia ini? Jika benar berarti dia bukan di pihakku lagi"

Ia melihat mereka dengan tatapan tajam melebihi elang.

Ketika ada tikus yang melintas, sontak membuat Yuna ketakutan lalu memeluk tubuh gagah Aru.
"Ahhhhhhh"
"Hei, tenanglah. Tidak ada apa - apa. Hanya seekor tikus"

"Kenapa dia berubah jadi lembut setelah sesaat dia membentakku? Wajahnya begitu menawan. Eh.tidak - tidak kenapa aku berpikir seperti itu. Dia milik Kimi"

"Gomen, aku hanya terkejut"

Ia melepaskan pelukannya dan Aru mencoba menenangkan kembali.

"Oh jadi mereka ke sini hanya untuk mengumbar kemesraan. Menjijikan sekali. Terlalu dramatis. Kalau mereka ke sini hanya untuk berbuat mesum kenapa harus di sini, tempat lain banyak. Ini adalah istana kedua ku setelah rumah dan mereka begitu kotor"

Kimi langsung memasuki ruangannya kembali. Untungnya Aru tidak pernah tahu sebuah ruangan yang sudah disusun sedemikian rupa, sehingga hanya Kimi sendirilah yang bisa melewati ruangan itu. Ruangan yang begitu rumit bak labirin.

Sekali lagi, kecemburuan yang timbul dalam diri memuncak. Tawa Kimi begitu menggelegar dalam satu gedung sekolah.

"Hei, kamu mendengar suara itu, sepertinya aku begitu mengenali sosok itu"

Aru mencoba menganalisis kembali arah suara itu.

"Aku rasa dari lantai 3 suara itu berasal"
"Tunggu..."
"Apa?"
"Aku begitu lelah dan butuh istirahat. Aku tidak sanggup berjalan lagi"
"Jangan lemah, sebentar lagi kita akan menemukan Kimi. Sudahlah jangan lemah"

Aru tidak tega membiarkan Yuna sendirian, sedangkan ia sendiri harus menemukan Kimi. Tanpa diduga..

"Ahhh"
"Diam"
"Eh, kamu mau apa?"
"Sudahlah, aku ingin mencari Kimi dan tidak mungkin aku meninggalkanmu sendirian. Cepat naik ke punggungku"
"Aku berat dan tidak mungkin.."
"Sudahlah cepat..."

Mereka kembali mencari sosok Kimi. Setelah di lantai 3, Yuna perlahan turun dan jalan kembali. Wajah lelah Aru begitu terlihat. Tiba - tiba pecahan kaca terlempar ke arah mereka. Aru dengan sigap memeluk Yuna dan dirinya yang terkena pecahan kaca.
"Aru"
"Tidak apa. Aku baik - baik saja. Sedikit lagi kita akan menemukannya"
"Tapi kamu terluka"

Aru membersihkan beberapa pecahan kaca yang mengenai dirinya. Sekarang baju sekolah itu penuh dengan noda darah. Saat mereka memasuki ruangan tersebut, tampak seperti labirin yang begitu rumit dan terdapat tulisan, "pergi" atau "mati".
"Sebaiknya kita memilih pergi"
"Tidak"
"Kau cukup terluka"
"Aku bilang tidak ya tidak"
"Dasar kepala batu. Aku yang akan pergi"
"Hei, mau pergi ke mana?"

Aru dengan terpaksa mengikuti Yuna. Ia tidak ingin perempuan itu celaka. Mereka sampai kembali ke lantai dasar.
"Sebaiknya kita ke UKS dan bersihkan dengan benar lukamu. Kalau sampai tetanus bagaimana? Kamu bisa mati"
"Hmmm"

Setelah selesai mereka kembali melanjutkan pencarian, tapi hari mulai gelap. Aru tetap kukuh mencari sosok yang dicintainya. Yuna sendiri sudah mulai lemas dan jalan sempoyongan. Hampir jatuh, lalu ditangkap Aru.
"Bisa ga jalan tuh hati - hati"
"Iya bisa lah, kalau ga niat bantu mending ga usah"

Stay Reading ya readers 🤗
Penasaran dengan cerita selanjutnya???
Next ya...

I'm hereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang