Alone

271 26 1
                                    

Mentari pagi bersinar terang menembus jendela kamar. Kimi bangun dan melihat ke arah lemari memikirkan secret room-nya. Beranjak dari tempat tidur lalu mandi adalah rutinitas tiap hari. Ia memakai kaus merah bercorak panda dan celana training. Tak lupa ia menggunakan sepatu sport kesayangannya.

"Berkaca sebentar bukan masalah kan ?", tanya Kimi dalam hati

Setelah selesai, ia turun dan menuju ke dapur. Rumahnya seperti biasa sepi seperti tak berpenghuni. Ia mulai memasak sarapannya sendiri dan menyantapnya.

Kimi melirik jam yang menunjukkan pukul 05:30, segera ia bergegas keluar dan mulai berolahraga seperti biasa. Walau dia psikopat, tapi ia tetap menjalani rutinitasnya seperti orang normal. Ia berlari menuju taman. Merenggangkan otot - ototnya untuk persiapannya dalam membunuh.

Beberapa menit kemudian, ia beristirihat menyadari tubuhnya sudah cukup berkeringat. Ia duduk dengan santai di bangku taman.

Tiba - tiba ada seseorang yang duduk di sampingnya lalu tersenyum dan menyapa. Ia membalasnya.
"Hi, kenalin gue Aru Yamata. Panggil saja Aru"
"Aku Kimi Arina. Kimi"
"Oh iya, gue minta maaf ya sama lo. Waktu itu gue ga sengaja nabrak lo. Bener deh. Waktu itu gue telat bangun sih. Padahal hari pertama sekolah. Gerbang udah mau ditutup. Untung aja anak baru, jadi gue dikasih masuk"
"Iya. Gak apa - apa. Aku tahu"

Aru dan Kimi berbincang layaknya sahabat dekat. Aru membuat candaan yang begitu mengocok perut. Kimi tertawa lepas seakan beban yang lampau telah hilang. Entah kenapa seperti ada chemistry diantara mereka.

"Aku pulang dulu ya"
"Tunggu sebentar"
"Ya?"
"Mau gue antar pulang ?"
"Tidak perlu. Rumahku dekat sini. Bye"

Kimi berlari menuju rumahnya dengan cepat. Aru memperhatikannya dari jauh.

"Cepat sekali dia berlari", kata Aru ketika tidak melihat punggung perempuan tersebut

~"~

Kimi masuk ke dalam rumah dan melihat sebuah keluarga sedang bersantai menonton tv. Mereka sangat akur. Tidak ada yang menyadarinya pulang. Seperti biasa. Selalu saja adiknya yang  dianak-emaskan.
"Ma, pa, aku mau beli hp. Masa teman - teman aku punya. Aku ga punya", kata Renata sambil memperlihatkan wajahnya yang sok imut dan itu membuatnya jijik.
"Iya nanti papa dan mama beliin", kata papa meyakinkan
"Kapan pa ?"
"Kalau sudah gajian"
"Tapi Nata ga mau pa. Nata mau sekarang. Pokoknya sekarang. Nanti Nata diejek sama teman - teman. Nata malu"
"Ok. Hari ini kita beli ya"
"Yeay, asik. Yeyeye...yeay"

Kimi menghampiri mereka yang sedang asik menonton sambil berbincang.
"Pa, ma, Kimi pulang"

Tiada balasan dari mereka termasuk adiknya. Mereka selalu mendengarkan apa yang adiknya katakan.
"Pa, ma, beberapa minggu lagi aku akan ujian dan itu sangat penting. Aku boleh minta uang ujianku supaya aku bisa mengikuti ujian. Besok aku yang akan membayarnya di sekolah"
"Tapi pa, Nata kan mau beli hp. Papa udah janji"
"Iya sayang. Sudahlah, kamu ini buat pusing saja. Inilah itulah. Ujian kan masih lama, nanti tunggu gajian saja"
"Tapi pa, besok harus segera dibayarkan kalau tidak aku tidak bisa mengikuti ujian"
"Sudahlah Kimi. Kamu kan sudah besar, mengalah sedikit pada adikmu ini. Sudahlah aku ingin ke kamar. Pusing mendengar kau bicara"

Papanya bergegas menuju ke kamar diikuti oleh mamanya, sementara adiknya memeletkan lidahnya menyatakan ia menang lagi.

Kimi berlari ke kamar. Ia menangis sejadinya.

I'm hereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang