Terlambat

83 7 0
                                    

Minggu, 5 a.m
Kimi sudah mempersiapkan semuanya. Mainan - mainan itu telah diletakkan di bagian - bagian tertentu yang tidak diketahui.

"Apa yang harus aku lakukan lagi ya??? Ini udah, itu udah. Hmmm....oh iya satu mainan lagi, hahaha pisau lipat cadangan yang telah diasah"

Kimi meletakkan pisau lipat itu di lipatan pergelangan tangannya. Ide - ide psycho itu merebak dalam pikirannya.

"Finish", katanya sambil menyeringai kembali

Pukul 7.15 a.m
Kimi sudah bersiap melakukan strategi yang dianggap paling jitu tapi kecil kemungkinan dia akan gagal. Tapi ga salah kan mencoba.

"いつか僕らの上をすれすれに 通り過ぎてったあの飛行機を
不思議なくらいに覚えてる 意味もないのに なぜか
不甲斐なくて泣いた日の夜に ただ強くなりたいと願ってた
そのために必要な勇気を 探し求めていた"

Ponsel Yuna berbunyi. Dia teriak kegirangan, bagaimana bisa dia berantem dan hampir 24 jam dia menunggu kabar baik Kimi. Sebenarnya dia mau menelpon duluan tapi dia takut mengingat tatapan tajam Kimi.
"Moshi...moshi...Yuna-chan"
"Hai, Kimi-chan"
"Bisakah kita bertemu ?"
"Tentu, di mana ?"
"Di rumah ku. Aku hanya ingin bicara denganmu"
"Apa ada Aru?"
"Tidak, tidak ada"
"Baiklah kita berdua saja berarti"

Setelah percakapan di ponsel selesai, Yuna bersenandung kecil.

"Lalala...lalala..la.la.la.."

Yuna's POV
Senangnya....akhirnya aku mendapat telpon dari Kimi-chan. Tidak baik berantem lama - lama. Sahabat tetaplah sahabat. Akhirnya aku bertemu dengan warna yang sempat hilang. Tidak lain adalah sahabatku. Tunggu aku Kimi-chan (sambil melihat fotonya dengan dia). Sahabat terlangka yang aku punya. Ga seperti kebanyakan orang. Dia satu - satunya orang yang susah diajak berfoto ria. Hanya 2 foto yang aku punya. Aku merasa seperti punya saudara. Kimi-chan....

Sementara....

Kimi's POV
Akan tiba saatnya yang tepat bagi aku untuk bermain kembali. Yeay.... Nuansa riang itu akan kembali. Aku merindukan semua itu terjadi lagi. Entah keberapa kalinya, yang jelas aku menyukainya. Aroma itu...suara itu...teriakan ga jelas itu...sampai noda itu...masih teringat jelas di benakku. Akhirnya....

Author's POV
Yuna telah bersiap untuk pergi. Ia langsung mengambil tas selempangnya dan melenggang dengan sepedanya. Baginya, bertemu sahabat dan berbaikan itu penting.  Matahari pagi begitu menghangatkan kulit. Yuna bersenandung kecil sambil tersenyum pada semua orang. Memang orang yang ramah.

"Ohayo"

Sapaan pagi darinya menjadi moodbooster bagi setiap orang. Mulai dari tukang sapu, tetangga, hingga teman sekolahnya yang sedang jalan pagi.

~"~

Rumah Yamano...
Yuna telah sampai di rumah keluarga Yamano, ya keluarga Kimi-chan. Memakirkan sepedanya dan berlompat kecil sambil berjalan.

Ting...tong...ting...tong...

Yuna menekan bel rumah. Sementara sang pemilik rumah sudah menunggu dengan hati yang riang.
"Kimi-chan", katanya sambil memeluk sahabatnya
"Yuna-chan"

"You're so pity", batin Kimi dalam hati

"Ayo, masuk"
"Ayo...."
"Ini keadaan rumah aku. Soalnya kan kamu tau sendiri kan aku tinggal sendiri"
"Oh iya. Hei, apa yang akan kita bicarakan"
"Tunggu sebentar. Aku mau mengambil cookies dan teh untuk kita ngobrol nanti"
"Baiklah"

I'm hereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang