Sebelas

134 11 1
                                    

Aku mengucek – ucek mata. Merenggangkan pinggang. Serta menguap. Ku kuatkan diri untuk bangkit dan menuruni anak tangga dengan sangat berhati – hati. Ibu terlihat sibuk memasak sarapan di dapur, aku segera menghampirinya.

"Selamat pagi sayang!" sapanya yang mengetahui kehadiranku. Aku duduk di kursi lalu kembali tidur. Ibu yang melihatnya langsung tertawa. "Kamu yakin tidak mau membuka mata?" tanya ibu, aku tidak menggubrisnya. "Ada paket untukmu dari Indonesia!" mataku langsung membelalak, dan beranjak dari tempat duduk.

"Dimana?" tanyaku.

"Di ruang keluarga dekat perapian!" jawabnya sembari tertawa. Aku yang masih menggunakan piyama itu berlari ke ruang keluarga dengan tergesa – gesa seperti di kejar pemburu.

Kotak berukuran sedang yang berbalut kertas berwarna coklat itu berada di dekat perapian. Ku lihat nama pengirimnya Lucy Derista. Aku menyobek rapi bungkusan tersebut. Di dalamnya terdapat sebuah kotak musik yang indah dan juga sepucuk surat.

Dear Dylan,

Apa kabar? Kakak harap kamu baik – baik saja.

Kabar kakak sangat baik dan ada kabar baik juga,

Kak Lucy akan memiliki buah hati. Kakak senang

Sekali! Kakak harap dia perempuan dan jika besar

Akan tumbuh sepertimu menjadi gadis yang menawan.

Oh ya, kakak mengirim sebuah kotak musik untukmu

Tapi ketahuilah itu bukan dari kak Lucy melainkan

Kak Devan. Kakak menemukan ini dikamarnya saat

Mengemasi barang – barang dirumah. Dibawah

Kotak musik itu ada tulisannya. Kamu bisa melihatnya!

Dia menyayangimu Dylan! Kami semua menyayangimu...

Jagalah dirimu baik – baik disana dan sampaikan pesan

Kakak pada orang tuamu sertakan juga terima kasihku pada

Mereka.

Salam hangat,

Kak Lucy

Untuk Dylan tulisan itu tertera di bawah kotak musik tersebut. Ternyata benar kak Devan menyayangiku, dia tidak ingin aku mengetahuinya. Tapi kenapa begitu? Bukankah seharusnya dia mengatakan yang sebenarnya padaku? Aku pasti akan sangat bahagia.

Aku juga menemukan sebuah foto di amplop surat kak Lucy. Itu adalah foto bersama kami dua tahun yang lalu, aku semakin percaya dan yakin bahwa kak Devan benar – benar menyayangiku sebab aku melihat foto kak Devan yang berada di sebelahku itu merangkul pundakku sembari tersenyum. Air mataku berjatuhan, aku sangat senang melihat kak Devan tersenyum padaku di foto tersebut hanya saja aku tidak mengetahuinya tapi yang pasti itu akan menjadi kenangan terakhir yang indah dalam hidupku. Aku merindukanmu, kak.

Love In AprilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang