Love In April

Dua Puluh Lima

Setelah kami memutuskan untuk mengakhiri hubungan kami. Aku dan Max jarang berbicara. Bukannya kami tidak akur melainkan kami membutuhkan waktu untuk sendiri.

Aku tidak sengaja menabrak Max yang sedang terburu – buru. Max langsung membantuku bangkit. "Kamu tidak apa – apa?" aku mengangguk. Kemudian dia tersenyum dan berlari menuju ke pintu.

"Kamu mau kemana?" tanyaku.

"Ada urusan penting yang harus ku selesaikan!" jawab Max sembari tersenyum, kemudian menghilang secepat kilat.

"Hati – hati!" kataku lirih. Aku tahu dia tidak mungkin mendengarnya.

Max masuk ke sebuah cafe. Menoleh ke kanan dan ke kiri. Dia sedang mencari seseorang. Saat dia telah menemukannya. Dia pun segera menghampirinya. Max bertemu dengan seorang lelaki dan berjabat tangan. Mereka terlihat sangat akrab.

"Aku ingin membicarakan tentang Dylan!" kata Max.

"Ada apa dengannya?"

"Kami berakhir!"

Lelaki yang berhadapan dengan Max pun terkejut. "Kenapa bisa begitu? Dylan mencintaimu Max!"

"Tidak. Dia mencintaimu. Aku ingin kamu menjaganya untukku. Buatlah dia selalu bahagia, karena hanya kamu yang dapat membuat dirinya bahagia"

"Seharusnya kalian tidak melakukan itu!"

"Dengar, aku tidak mau melihat Dylan sedih! Aku hanya ingin Dylan bahagia, dan dia akan bahagia bersamamu!"

"Aku tidak bisa..."

"Kamu mencintainya bukan? Katakan padanya Axe, pasti dia akan sangat bahagia!" Axe hanya terdiam. Dia merasa sangat bersalah tentang berakhirnya hubunganku dan Max.

"Berjanjilah kamu akan melakukan itu! Ini demi kebaikan Dylan... aku hanya ingin melihatnya bahagia walau bersama orang lain..." dia pasrah. Sedikit kecewa. Namun dia berusaha untuk melakukan yang terbaik.

"Baiklah. Aku berjanji akan melakukan itu! Terima kasih Max" mereka berdua tersenyum. Ternyata Axe tidak seburuk apa yang ku kira dan aku yakin bahwa dia bisa menjaga Dylan, pikir Max.