Chapter 2

478 36 0
                                    

       Shilla dan Dava baru saja mempijakan diri di parkiran sekolahnya dan seperti biasanya mereka berdua selalu menjadi pusat perhatian para siswi di SMA Cahaya. Terkadang Shilla terlihat cuek dan tidak peduli dengan tatapan sinis mereka, tetapi pasti semua orang akan risih juga jika ditatap seperti itu setiap hari.

Shilla berdecak dalam hati dengan tatapan membunuh dari fans-fans Dava.

"Dav, sumpah ya, gue benci banget sama fans-fans alay lo itu. Ngeliatinnya biasa aja kali nggak usah sampe mau keluar juga tuh bola mata." bisik Shilla tepat ditelinga Dava karena mereka berdua belum turun dari motor ninja hitam milik Dava.

"Ya udah sih biarin aja, biasanya juga lo cuek bebek." balas Dava sambil melepaskan helm dikepalanya.

"Tapi risih tau diliatin gitu. Ya gue tau sih gue cantik, tapi gak usah gitu juga kale ngeliatin guenya." sambil turun dari boncengan Dava, gadis itu tidak berhenti menggerutu.

"Ge-er lo, fans gue itu ngeliatin lo karena mereka jealous lo bisa diboncengin sama orang ganteng kayak gue." Dava merangkul bahu Shilla dan berjalan meninggalkan parkiran.

Shilla mencubit pinggang Dava. "Lo yang ke pedean." Shilla berjalan mendahului Dava yang masih meringis kesakitan akibat cubitan maut dari Shilla.

Dava mengejar Shilla dan merangkulnya lagi. "Sakit tau, jadi cewek galak bener dah yak." kata Dava sambil mengapit leher Shilla dengan gemas membuat Shilla memekik karena sulit bernapas.

Sedangkan fans-fans Dava yang sedang melihat adegan mesra-mesraan Dava dan Shilla menjerit histeris saat Dava merangkul Shilla possesiv—seperti menunjukkan ke semua orang bahwa Shilla miliknya padahal mereka hanya sebatas sahabat tidak lebih.

Aaaa, Dava gue mau juga dong dirangkul-rangkul manja kayak Shilla.

Shilla beruntung banget sih bisa deket sama cogan SMA Cahaya.

Heh, Shilla cabe enak aja lo ngerebut cowok gue!

Anjir Dava jahat, menduakan aku.

Shilla yang mendengar celotehan-celotehan yang tidak bermutu itu hanya bisa memutar bola matanya malas. Sedangkan Dava sudah tersenyum kemenangan. Jelas saja, namanya sedari tadi dibangga-banggakan bagaimana tidak tambah besar kepala itu anak.

"Seharusnya lo bersyukur Shill, bisa deket sama cogan kayak gue. Banyak yang mau deket sama gue cuma gue milih elo." Dava mengerlingkan sebelah matanya genit. Bukannya membuat Shilla terpesona justru Shilla malah memasang ekspresi pura-pura muntah.

"Najis Dav." Shilla memasang wajah jijiknya menatap Dava.

Baru Dava dan Shilla ingin melangkahkan kakinya masuk kedalam kelas, ketiga teman Dava sudah menghadang jalannya.

"Selamat pagi cecan kuh." kata Revan sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Ini lagi, nggak bosnya nggak kacungnya sama aja gilanya." cetus Shilla memutar bola matanya jengah.

"Anjir kacung. Songong lu Shill, untung cantik kalo kagak udah gua pites kali." ucap Kiki tidak terima.

"Udah ah awas barbie mau lewat, para kurcaci mohon minggir ya! Hus hus." usir Shilla dengan tangannya memperagakan seolah sedang mengusir kucing.

"Lah? Ngaca mbak yang pendek siapa?" kata Bagas.

"Heh gue nggak pendek ya, cuma kurang tinggi!" Shilla menatap tajam Bagas lalu, masuk kedalam kelas.

Ketiga teman Dava tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi Shilla. "Galak banget Dav cewek lo." celetuk Kiki.

"Nggak pa-pa yang penting sayang." Dava menyentil kening Kiki lalu, menyusul Shilla masuk ke dalam kelas. Sedangkan Kiki menyumpah serapahi Dava sambil mengusap dahinya yang sakit akibat sentilan Dava.

DandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang