Chapter 21

218 20 1
                                    

Dava baru saja keluar dari sebuah toko kue yg berada didalam Mall. Ia tadi disuruh oleh Renata untuk mengambil kue pesanan Mamanya yg sudah 2 hari kemarin dipesan oleh Mamanya. Karna Renata tidak sempat mengambil jadi, ia meminta tolong kepada Dava untuk mengambilnya.

Baru saja Dava ingin melangkah keluar dari dalam Mall itu, pandangannya menangkap sosok sepasang remaja yg sangat ia kenal. Shilla dan Raka. Namun, bukan mereka berdua yg menarik perhatiannya tapi, tangan Raka yg sedang merangkul pundak Shilla.

Hati Dava mencelos, tubuhnya menegang ditempat. Ia merasakan sesak diulu hatinya, seperti sulit bernafas melihat adegan itu didepan mata.

Bukan Raka yg merangkul Shilla, seharusnya ia sendiri yg berada disamping gadis itu.

Hanya Dava yg boleh merangkul bahu gadis itu, bukan cowok lain.

Ia tahu, ia egois tapi, Dava merasakan sesak jika melihat Shilla bersama dengan cowok lain.

Dava sadar ia hanya sebatas sahabat gadis itu, namun ia tidak sadar bahwa ia telah jatuh cinta kepada sahabatnya sendiri. Ingin rasanya Dava menghampiri dua remaja itu dan menarik Shilla pulang bersama dengannya, tapi itu tidak mungkin ia lakukan, ia sadar posisinya bukan siapa-siapa. Hanya sebatas SAHABAT! Tidak lebih.

***

Shilla memang sedang pergi bersama Raka, ia sengaja meminta menemani Raka ke toko buku karna Raka gemar membaca buku fiksi jadi, Shilla mengajak Raka untuk mencarikan buku fiksi yg bagus untuknya.

Awalnya Shilla dan Raka ingin ke tempat makan, tetapi dipertengah perjalanan kepala Shilla kembali merasakan pusing, tubuhnya hampir saja ambruk kebawah lantai kalau Raka tidak langsung merangkul bahunya. Raka memegangi bahu Shilla agar tubuh gadis itu tidak terjatuh.

"Shill, lo kenapa?" tanya Raka panik.

"Biasa, kepala gue berefek" ucap Shilla dengan nada lemas. Wajahnya pucat, keringat dingin bercucuran didahinya.

Raka membulatkan matanya saat melihat darah yg mengalir di hidung Shilla. "Ya ampun, Shill, hidung lo berdarah"

Shilla mengusap darah yg berada di hidungnya dengan tangannya. Dengan cepat Raka mengeluarkan sapu tangan yg berada disaku celananya dan menyeka darah yg masih mengalir di hidung Shilla.

"Jangan pake tangan, sini gue bersihin" Raka sangat telaten membersihkan hidung Shilla yg berdarah.

"Kita pulang aja yuk" ajak Raka setelah darah di hidung Shilla sudah bersih.

Shilla mengangguk pelan dan membiarkan Raka menggandeng tangannya hingga keluar dari Mall.

***

Sedari pulang dari toko kue tadi, Dava tidak bisa melupakan kejadian yg ia lihat saat di Mall, semakin ia mengingat itu rasa sakit yg menohok hatinya semakin menjadi-jadi. Sesak yg ia rasakan setiap kali mengingat Shilla dirangkul oleh cowok lain dan gadis itu tidak menepis tangan sang cowok.

"Apa Shilla suka sama Raka?" tanyanya kepada dirinya sendiri.

Entah, sudah keberapa kalinya pertanyaan itu selalu terngiang-ngiang dikepala Dava, sudah berulang kali Dava menepis pertanyaan itu dari fikirannya namun, Nihil. Hasilnya tetap sama, pertanyaan itulah yg mengganjal dihatinya.

DandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang