Dava membuka album foto yang sudah lama tersimpan dan tidak pernah ia buka, album foto itu berisi foto-foto dirinya saat masih kecil dan foto-foto dirinya bersama dengan kedua orangtuanya.
Dava tersenyum saat menemukan foto dirinya tengah bersama dengan seorang gadis. Di foto itu ia sedang merangkul bahu si gadis itu dan gadis yang berada disampingnya tengah tersenyum memperlihatkan deretan giginya yang rapih dan bersih.
Fikiran Dava menerawang saat dirinya pertama kali bertemu dengan seorang gadis yang ada di foto itu. Ia saat ingat bagaimana gadis itu menghiburnya hingga dirinya bisa tegar seperti sekarang.
Flashback On
Seorang anak laki-laki berusia 14 tahun sedang duduk di bangku halaman rumahnya. Semenjak ayahnya meninggal dunia dua minggu yang lalu, ia menjadi sosok laki-laki yang pemurung dan lebih sering melamun serta menyendiri seperti sekarang ini.
Ia seperti benda mati yang bernyawa hanya raganya saja hidup, tetapi pikirannya melayang-layang bagaikan daun terbawa angin.
Sudah hampir 3 jam ia melamun seperti itu, ibunya sudah membujuknya agar ia menjadi sosok yang kuat, tetapi ia tetap tidak mendengarkan. Ia merasa sangat kehilangan karena sosok ayahnya lah yang menjadi semangat serta motivasi dirinya dan sekarang sosok itu telah menghilang.
Seorang anak gadis yang usianya sama seperti anak laki-laki itu tiba-tiba menghampiri anak laki-laki itu. Ia duduk disamping anak laki-laki itu.
"Ekhem" gadis itu berdehem namun, laki-laki itu sama sekali tidak peduli atau menoleh kearahnya.
"Hai, kok lo sendirian sih?" tanyanya yang tidak mendapat jawaban.
Gadis itu tetap tidak menyerah dan mencobanya kembali.
"Lo kok diam aja, lo bisu ya? Atau lo gagu, atau lo tu---" laki-laki itu menoleh kearah gadis itu dan menatapnya tajam.
Namun, gadis itu malah menunjukkan cengirannya dan menutup mulutnya dengan telapak tangannya. "Ups, gue salah ngomong ya? Sorry deh kalo gitu, lagi lo gak nyaut-nyaut sih gue ajak ngomong jadi, gue berpikiran kalo lo itu bisu" jelasnya panjang lebar.
"Lo siapa sih?" ketus laki-laki itu dan menatapnya datar.
Gadis itu menjulurkan tangannya kearah laki-laki itu yang dibalas kerutan dahi oleh laki-laki yang ada didepannya. Gadis itu menarik tangan laki-laki itu agar menjabat tangannya.
"Kenalin nama gue Shilla Adelia, lo bisa panggil gue Shilla dan gue tetangga baru lo. Rumah gue disamping rumah lo" Shilla menunjukkan rumahnya yang berada disamping rumah lelaki itu.
"Nama lo siapa?"
"Dava" jawab Dava singkat dan menarik tangannya kembali.
"Oh Dava, terus lo kenapa disini sendirian? Ngelamun pula?"
Dava menghembuskan napasnya gusar, kemudian ia bersuara. "Gue kangen sama Papa, biasanya kita sering ngabisin waktu disini"
"Emang Papa lo kemana?"
"Papa udah meninggal dua minggu yang lalu"
"Eh, sorry ya, aduh gue jadi gak enak udah bikin lo sedih" ucap Shilla merasa bersalah.
Dava menggeleng. "Enggak"
"Lo gak usah sedih lagi, sekarang pasti Papa lo udah tenang diatas sana" Shilla menunjuk kearah langit yang sangat cerah, Dava pun mengikuti arah telunjuk Shilla.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion
Novela JuvenilDandelion tidak secantik mawar, tidak seindah lili, dan tidak seabadi edelwis tetapi, Dandelion adalah bunga yg kuat. Dandelion terlihat rapuh tetapi, begitu kuat, begitu berani. Berani menentang sang angin, terbang tinggi begitu tinggi. Menjelajah...