Chapter 24

227 17 0
                                    

       Waktu bergulir memang semakin cepat pergerakannya tanpa disadari mampu membuat semua orang tertipu oleh waktu. Semakin berjalannya waktu, semakin sedikit pula kesempatan untuk hidup di dunia. Tidak ada yg tahu, kita akan hidup berapa lama, akan bertahan seberapa kuat? Kita hanya bisa menjalaninya dengan lapang dada. Hidup ataupun mati hanya bisa kita terima.

       Tidak terasa sudah 3 hari lamanya gadis itu tidak sadarkan diri. Ia masih setia berbaring diatas ranjang rumah sakit. Wajah cantiknya kini telah berubah menjadi pucat pasi, bibirnya yg biasanya merah kini putih bagaikan kapas, tubuhnya semakin hari semakin kurus, rambutnya yg panjang dan tebal akan menipis seiring berjalannya waktu. Bahkan rambut indahnya bisa botak sewaktu-waktu.

       Laki-laki tampan memasuki kamar rawatnya selama gadis itu tak sadarkan diri laki-laki itu selalu setia menunggunya bangun, setiap hari laki-laki itu selalu datang dan tak lupa mengganti bunga mawar putih yg selalu ia bawa jika ingin menjenguk gadis itu.

       Ia duduk disamping ranjang gadis yg sedang terbaring diatasnya. Ia tersenyum kearah gadis itu, diusapnya lembut puncak kepala gadis yg ia cintai.

       "Hai Shill, gue dateng lagi dan lo masih tetap tidur. Gak capek apa tiduran mulu, bangun dong gue kangen nih" ucapnya pada gadis yg tak lain adalah Shilla.

       "Kenapa lo gak bilang sih kalo lo punya penyakit parah? Gue ini sahabat lo Shill dan gue gak mau kehilangan orang yg gue sayang" ya, Dava telah mengetahui penyakit Shilla, saat ia mengantarkan Shilla ke rumah sakit tiga hari yg lalu, ia telah mengetahui Shilla mengidap penyakit Leukimia. Tidak sengaja ia mendengar percakapan Eva dengan Dokter Indra yg membicarakan tentang penyakit yg Shilla derita. Alhasil Dava terkejut dengan penuturan Dokter Indra.

       Dava kira ia hanya salah mendengar ucapan Dokter itu namun, tidak. Ia sedang berada dialam bawah sadar bukan mimpi tengah malam. Ia benar-benar mendengar jelas tentang penyakit yg Shilla derita. Penyakit yg sewaktu-waktu bisa merenggut Shilla dari dunia dan membawanya ke dimensi yg berbeda.

       "Kenapa lo gak pernah cerita tentang masalah lo? Lo seolah-olah bisa menghadapinya sendiri. Gue tau lo cewek kuat, tapi gak kayak gini!"

       "Plis bangun Shill, gue pengen denger suara lo, pengen berantem lagi sama lo, gue kesepian gak ada lo Shill. Jangan pernah tinggalin gue!" Dava menggenggam erat tangan Shilla dikecupnya punggung tangan gadis itu.

       Matanya sudah berair, Dava bukanlah cowok yg mudah mengeluarkan air matanya bahkan saat Papanya meninggal ia tidak menangis lalu, mengapa sekarang ia menjadi sosok yg sangat cengeng.

       Tangan Shilla perlahan bergerak-gerak, kelopak matanya membuka perlahan. Dava sontak terkejut saat melihat mata Shilla terbuka sempurna.

        "Da-va" lirih Shilla dengan suara parau.

       "Iya, Shill ini gue, lo udah sadar? Ada yg sakit Shill? Mana yg sakit bilang ke gue" tanya Dava dengan nada khawatir.

       Shilla menggeleng lemah, ia tersenyum kearah Dava. "Gue baik-baik aja"

       "Bandel banget sih, udah bikin gue khawatir. Lo tau gak? Lo tuh udah tidur selama 3 hari, gue takut lo gak bangun"

       Shilla terkekeh pelan. "Lebay, gak ada gue juga lo pasti bahagia" celetuknya yg membuat Dava mendelik tajam kearah Shilla.

       "Kata siapa gue bahagia gak ada lo? Lo gak tau kan setiap hari gue nunggu lo sadar? Lo gak tau kan gue berubah jadi cowok cengeng cuma karna lo? Bahkan saat lo gak ada mungkin aja gue bisa mati!" ucap Dava meninggikan suaranya.

       "Lo anggap gue itu apa sih? Kenapa lo punya penyakit separah itu gak pernah cerita ke gue? Gue selalu ngebagi masalah gue ke lo, tapi lo gak pernah sedikitpun bagi masalah lo ke gue. Kita itu sahabatan Shill, gue berhak tau semua tentang lo"

       Perlahan air mata Shilla kembali jatuh, Dava benar, Shilla terlalu egois, ia hanya memikirkan dirinya sendiri. Seharusnya dari awal ia cerita tentang masalah kehidupannya bukannya memedamnya sendiri. Ia pikir dirinya cukup kuat untuk menahan semua beban yg ia pikul? Salah, dirinya sangatlah rapuh untuk memikul beban itu. Ketegarannya hanyalah gimik semata agar semua orang yg berada di dekatnya tidak terbebani dengan masalahnya.

       "Jadi, lo udah tau tentang penyakit gue?"

       "Gue penyakitan Dav, gue gak mau lo tau soal penyakit gue karna gue gak mau lo terbebani dengan masalah gue"

       Tangan Dava terulur untuk menghapus air mata gadis yg berada dihadapannya, ibu jarinya mengusap lembut sudut mata gadis itu hingga air matanya sudah tidak tersisa sedikitpun dimatanya.

       "Lo tau gunanya sahabat? Gue disini sebagai sahabat lo, apapun masalah lo gue berhak tau dan lo boleh cerita. Kita sahabatan udah lama Shill, bukan sehari atau dua hari gue kenal lo. Tapi 4 tahun. 4 tahun kita bareng-bareng apa itu belum cukup buat kata persahabatan?" Shilla tercengang dengan penuturan Dava. Ia menatap mata Dava dalam dapat Shilla lihat sorot mata Dava menyiratkan tatapan terluka.

       Bukan terluka karna ia dibohongi melainkan, terluka karna ia mencintai gadis yg entah cepat atau lambat akan meninggalkannya. Ia belum siap jika harus kehilangan Shilla, ia masih ingin bersama gadis itu, ia masih ingin merasakan kehangatan pelukan gadis itu, nyaman bersamanya. Hanya Shilla-lah perempuan yg mampu mengisi kekosongan hati Dava saat dirinya gundah, hanya Shilla-lah bintang yg mampu menerangin hati Dava yg dulunya gelap gulita, lalu jika bintang itu mati. Apa jadinya malam yg kehilangan cahaya terang galaksi bintang? Mungkin jika hanya sinar bintang yg lain hilang tak apa, namun jika cahaya bintang sirius yg hilang malam akan terasa lebih gelap karna cahaya sirius lah yg paling berpijar terang diantara bintang-bintang lainnya.

       "Maaf" lirih Shilla menundukkan wajahnya.

       Dava mengangkat dagu Shilla agar kembali menatap matanya yg kini menatapnya dengan lembut namun, masih dapat terlihat sendu.

       "Never leave me, because lost you I can be destroyed. Stay with me here." ucap Dava lembut sambil mengecup punggung tangan Shilla yg ia genggam erat.
.
.
.
Maaf kalo banyak typo✌
Mohon vote and comment ya!

DandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang