Seakan terhambat oleh dimensi yg mengikiskan hati didalam satu ruangan menjadi gelap tiada penerangan, jika cahaya mampu membuat terang mengapa masih ada sedikit ruang yg begitu hampa sehingga mampu membuat celah-celah hati tergores oleh luka.
Sedari tadi gadis itu masih memikirkan tentang kejadian beberapa jam yg lalu, saat dirinya hampir tertabrak oleh motor akibat kecerobohannya sendiri. Ia merasa bahwa dirinya selalu menyusahkan orang disekitarnya hingga semua orang yg berada di dekatnya selalu mencoba menjaga dirinya dengan sebaik-baiknya.
Mungkin jika ia tidak terlalu ceroboh orang yg berada di dekatnya tidak akan merasa terbebani dengan keadaan dirinya yg selalu menyusahkan. Ya, itulah Shilla gadis ceroboh yg hanya bisa bergantung dengan orang yg ada di sekitarnya.
Tiba-tiba pintu balkon kamarnya terbuka dan menunjukkan sesosok orang yg selalu membuatnya jengkel tetapi, selalu bisa juga membuatnya bahagia. Itulah Dava Aldrian sahabatnya yg selalu menjaganya dari segala tingkah ceroboh yg dilakukan oleh Shilla Adelia.
"Gimana keadaan lo? Udah baikan?" tanya Dava yg tiba-tiba sudah duduk diatas ranjang kasur Shilla.
"Udah kok, thanks ya, maaf kalo gue selama ini selalu nyusahin lo" Shilla tersenyum pada Dava.
"Makanya jadi orang jangan ceroboh! Bandel sih gak mau nurut kalo dibilangin" ceramah Dava yg seperti ibu-ibu yg sedang mengomeli anaknya.
"Kok lo jadi, kayak ibu-ibu sih Dav?"
"Kok ibu-ibu sih? Kenapa gak bapak-bapak aja?"
"Kok nawar?"
"Karna kalo bapak-bapak kan biar bisa jadi bapak buat anak-anak kita" gombal Dava sambil terkekeh kecil.
"Receh!" Shilla ikut tertawa kecil melihat Dava yg juga sedang tertawa.
"Gak pa-pa receh, yg penting ganteng"
"Dih pd banget ya mas!" cibir Shilla.
"Iyalah orang ganteng harus pd" Dava menepuk-nepuk dada bidangnya membanggakan diri.
Shilla hanya memutar kedua bola matanya jengah mendengar kalimat yg setiap saat Shilla dengar dari mulut Dava, entah, Dava jenis makhluk apa yg jelas percaya dirinya sungguh kelewat batas rata-rata.
***
Dentuman musik klasik mengalun dipenjuru ruangan bernuansa klasik yg di dominasi dengan desain-desain interior yang lebih chic dan girlie, ruangan itu bernuansa vintage dengan kursi serta meja yg terlihat kuno.
Dava, Shilla, dan Ocha tengah menghabiskan waktu di Le Bistro--restoran perancis favorit Shilla. Restoran itu adalah restoran nonformal jadi, siapa saja bisa berkunjung ke restoran itu tanpa harus menggunakan pakaian formal seperti orang kantoran dan harganya pun terjangkau tidak terlalu menguras uang.
Tidak seperti biasanya jika ada makanan kesukaannya Shilla selalu heboh dengan makanannya dan selalu lahap menghabiskan tiga piring makanan perancis itu namun, gadis itu kini tengah mengaduk-aduk makanannya seperti tidak nafsu dengan makanan yg telah tersaji dihadapannya.
Ocha yg lebih dulu menyadari tingkah laku sahabatnya yg begitu aneh mulai membuka suara untuk bertanya.
"Shill, makanannya jangan diliatin aja, dimakan kali. Biasanya juga lo udah abis tiga piring"
Shilla menoleh kearah Ocha. "Gak tau kenapa, gue lagi gak nafsu makan, rasanya perut gue sakit banget deh dari kemarin" ucap Shilla berkata jujur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion
Fiksi RemajaDandelion tidak secantik mawar, tidak seindah lili, dan tidak seabadi edelwis tetapi, Dandelion adalah bunga yg kuat. Dandelion terlihat rapuh tetapi, begitu kuat, begitu berani. Berani menentang sang angin, terbang tinggi begitu tinggi. Menjelajah...