Chapter 16

234 19 0
                                    

       Perlahan kelopak mata gadis itu terbuka, awalnya ia hanya melihat gradasi blur tapi, lama-kelamaan matanya terbuka sempurna dan nampak dua orang yg tengah berdiri disampingnya.

       "Alhamdulillah, akhirnya lo siuman juga Shill" ucap Ocha terdengar nada khawatir didalam kalimatnya.

       "Gue kok ada disini?" tanya Shilla, suaranya terdengar pelan.

       "Tadi lo pingsan, kalo sakit kenapa harus dipaksain ikut olahraga sih?" kini Dava yg menyahut.

       "Siapa yg sakit sih? Orang tadi tiba-tiba pusing" elak Shilla.

       "Yaudah, gue anter lo pulang"

       "Gak mau, ini belum jam pulang"

       "Tadi udah gue izinin ke Pak Seno, Shill" ucap Ocha memberitahu.

       "Tapi, gue gak mau pulang. Gue juga udah baikan kok"

       "Udah baikan gimana? Itu muka lo aja masih pucet gitu"

       "Gue udah gak pa-pa Dava, gak usah cerewet deh"

       "Shill, sekali aja jangan keras kepala bisa gak? Kita semua tuh khawatir sama kondisi lo, jadi mendingan lo pulang, istirahat" titah Ocha membujuk Shilla agar mau pulang ke rumahnya.

       "Gue gak mau Ocha. Gue masih bisa sekolah!"

       "Terserah lo deh, susah ngomong sama lo, kepala batu!" sungut Ocha yg mulai kesal.

       "Terus sekarang lo mau di UKS atau ke kelas?" tanya Dava.

       "Ke kelas"

       "Yaudah ayo" Dava membantu Shilla turun dari ranjang, ia menuntun Shilla berjalan sampai ke kelas.

       Setelah sampai di kelas Shilla menelungkupkan kepalanya dilipatan tangannya. Ia berusaha untuk menghilangkan rasa sakit yg terus-menerus menyerang kepalanya.

       Dava menusuk-nusuk bahu Shilla menggunakan telunjuknya. "Shill mendingan lo pulang aja"

       "Gak mau"

       "Gue tau lo masih pusing, gue anter pulang yuk"

       Shilla mendongakan wajah menghadap Dava. "Ck, gue gak mau burik! Bolot bener dah lu"

       Dava terbelalak kaget saat melihat wajah Shilla, bukan karena wajah Shilla yg menyeramkan karna melotot kearah Dava namun, Dava melihat sedikit darah di hidung Shilla, ia menjulurkan tangannya mengusap darah yg ada di hidung Shilla.

       Shilla mengernyitkan dahi. "Kenapa sih?"

       Dava menunjukkan ibu jarinya yg terkena darah dari hidung Shilla. Mata Shilla membulat saat melihat darah itu.

       "Hidung lo berdarah, lo sakit apa sih Shill, kok sampe berdarah gini hidung lo?"

       "Gu--gue gak sakit apa-apa, ini mimisan b--biasa kok"

       "Bener? Lo gak lagi nyembunyiin sesuatu dari gue kan?" mata Dava menyipit melihat kebenaran dari wajah Shilla.

       Shilla menggeleng cepat. "Eng--enggak kok"

       Dava menghembuskan nafasnya gusar. "Hmm, yaudah"

***

       Pagi ini Shilla dan keluarganya pergi ke rumah sakit karna hari ini saatnya Shilla melakukan kemoterapi pertamanya, Shilla masih merasa takut dengan jarum suntik, ia sangat menghindari benda itu dari dulu tapi, sekarang malah ia bergantung dengan benda yg ujungnya lancip itu.

DandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang