Seperti yg sudah direncanakan Dava dan Ocha bahwa pulang sekolah mereka akan menjenguk Shilla, tapi mereka tidak hanya berdua melainkan berlima karena teman-teman Dava juga ingin ikut menjenguk Shilla.
Dava mengetuk pintu rumah Shilla, setelah beberapa detik pintu itu terbuka menampakkan sesosok wanita paruh baya yg tak lain adalah Eva--Mama Shilla.
"Assalamualaikum Tante" seru mereka berlima secara bersamaan.
"Wa'alaikumsalam, eh--kalian, pada mau jengukin Shilla ya?" tanya Eva ramah sambil tersenyum hangat.
"Iya Tante, Shilla-nya sakit ya?" tanya Revan sok polos.
"Iya, yaudah yuk masuk dulu" Eva mempersilahkan mereka semua masuk kedalam rumah.
"Mau minum apa?" tanya Eva saat sudah berada di ruang tamu.
"Nanti aja Tan, Dava mau liat Shilla dulu" ucap Dava.
"Oh yaudah, kalian ke kamar Shilla aja, dia lagi tidur di kamar" mereka semua mengangguk lalu, menaiki anak tangga menuju kamar Shilla yg berada di lantai 2.
Tok... Tok... Tok...
Tidak ada sahutan dari dalam kamar, akhirnya Dava memutuskan untuk membuka knop pintunya yg kebetulan tidak di kunci.
"Shill, gue masuk ya" izin Dava sebelum masuk lalu, membuka pintunya.
Terlihat seorang gadis sedang terbaring didalam selimut tebal yg menutupi bagian tubuhnya dari ujung kaki hingga ke leher. Sangat terlihat jelas bagaimana kondisinya sekarang. Wajahnya tampak pucat pasih, bibirnya yg biasanya merah kini terlihat putih pucat, dan pipinya yg biasanya chubby kini terlihat agak tirus.
Dava mendekati Shilla yg sedang tertidur, sedangkan teman-temannya mengekor dibelakang punggung Dava. Dava mendaratkan bokongnya disamping Shilla, dengan hati-hati ia menempelkan punggung tangannya ke dahi Shilla.
Dava dapat merasakan bahwa demam Shilla sangat tinggi, pantas saja ia tidak masuk sekolah.
"Dav, gimana? Panas?" tanya Ocha penasaran.
"Banget, demamnya tinggi"
"Mukanya pucet banget, jadi gak tega ngeliat Shilla kayak gini. Mendingan ngeliat dia ngamuk-ngamuk di kelas dah daripada lemes banget kek gini" celoteh Kiki.
"Iya, jadi kangen sama cecan Shilla" ucap Revan mendramatis sambil berpura-pura mengusap air mata palsunya.
"Kok Shilla bisa sakit gini sih?" tanya Bagas yg mendapat balasan gelengan kepala oleh temen-temannya.
"Dari kemarin emang dia udah sakit, cuma gak mau dibawa ke dokter" jelas Ocha yg diangguki oleh Bagas.
Merasa berisik dengan obrolan orang-orang yg ada di dekat Shilla, ia terbangun dan terkejut dengan keberadaan teman-temannya yg ada di kamarnya. Bahkan, Shilla tidak tahu kapan mereka masuk ke dalam kamarnya.
"Hei, lo udah bangun?" tanya Dava lembut sambil mengusap kening Shilla.
"Lo semua sejak kapan masuk ke kamar gue?" bukannya menjawab pertanyaan Dava justru ia malah melontarkan pertanyaan balik.
"Baru kok Shill, kita juga udah izin sama nyokap lo" balas Ocha.
Shilla mengangguk mengerti. "Kalian mau ngapain kesini?"
"Mau jengukin lo" sahut Bagas.
"Lo udah periksa ke dokter?" tanya Dava yg dibalas gelengan oleh Shilla.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion
Teen FictionDandelion tidak secantik mawar, tidak seindah lili, dan tidak seabadi edelwis tetapi, Dandelion adalah bunga yg kuat. Dandelion terlihat rapuh tetapi, begitu kuat, begitu berani. Berani menentang sang angin, terbang tinggi begitu tinggi. Menjelajah...