Hari ini genap seminggu Shilla dirawat di rumah sakit, dokter belum mengizinkannya untuk pulang karna kondisi Shilla masih belum stabil. Ocha dan ketiga teman Dava hari ini juga menjenguk Shilla, keempatnya pun juga sudah tahu tentang penyakit yg diderita oleh Shilla.
"Miss you Shill, lo tega banget sih, biarin sahabat lo yg cantik ini sendirian di kelas. Kenapa juga lo gak cerita kalo lo sakit?" ucap Ocha yg langsung memeluk Shilla.
"Me too Cha, sorry gue gak mau bikin kalian khawatir"
"Cepet sembuh ya Shill, kita kangen ngejahilin lo di kelas" celetuk Kiki.
"Yee, jadi kalian semua doain gue cepet sembuh supaya bisa kalian jahilin gitu? Kalo gitu mendingan gue gak usah sembuh deh" rajuknya memalingkan wajah dari ketiga teman Dava.
"Eh, apaan sih, lo harus sembuh. Masa gak mau sembuh sih? Lo bertiga kalo sampe ngejahilin Shilla di kelas, gue patahin kepala lo!" ancam Dava yg membuat ketiga temannya bergidik ngeri sedangkan Shilla cekikikan.
"Yaudah sana kalian pada pulang, Shilla mau istirahat lagi" usir Dava yg langsung mendapat tatapan tajam dari keempatnya.
"Ye, lo aja sono yg pulang. Gue masih mau nemenin sahabat gue disini" tolak Ocha sewot.
"Tau, lo aja sana yg pulang, kita bisa kok jagain Shilla" timpal Revan yg dianggukin Ocha, Kiki, dan Bagas.
"Tampang kayak kalian ngejagain Shilla? Yg ada Shilla tambah sakit ada kalian disini"
"Kenapa pada ribut sih, udah Dav, biarin aja mereka disini lagian gue baru istirahat kok tadi"
"Tuh dengerin" kata Bagas.
"Bilang aja lo mau modus berduaan sama Shilla" sungut Kiki.
"Bodo. Sirik aja lo semua" sengitnya sambil mendelik tajam kearah ketiga sahabatnya.
***
Udara pagi hari sangat bagus untuk kesehatan apalagi matahari pagi, maka dari itu Dava mengajak Shilla berjalan-jalan disekitar taman rumah sakit. Dava mendorong kursi roda yg diduduki oleh Shilla, sebenarnya Shilla meminta untuk berjalan saja namun, Dava melarangnya karna tubuh Shilla belum benar-benar stabil.
Dava menghentikan kursi roda Shilla di dekat pohon rindang disekitar taman rumah sakit itu. Ia berjongkok dihadapan gadis yg sedang duduk dikursi roda.
"Dav, jangan jongkok, ini ada kursi kenapa gak duduk disini?" alih-alih menjawab pertanyaan Shilla, Dava justru menggenggam kedua tangan Shilla dengan sangat erat, membuat Shilla mengkerutkan kening menatap Dava bingung.
Dava menatap mata Shilla lekat, seolah menyalurkan perasaan yg kini sedang ia rasakan, perasaan yg membuat hati dan raganya tak tenang. Shilla membalas tatapan mata Dava seolah tatapan teduh itu mampu membuat hatinya menghangat serta getaran jantungnya yg berdetak dua kali lebih cepat.
Susah payah Dava menelan ludahnya, ia menarik nafas sebelum berbicara dan menghembuskan nafasnya berat.
"Shill, kali ini biarin gue ungkapin semua perasaan yg gue pendam selama ini ya, plis jawab yg jujur dari hati lo yg paling dalam, dan gue bakalan terima dengan lapang dada apapun jawaban dari lo" ucapnya dalam satu tarikan nafas. Shilla hanya mengangguk, membiarkan Dava mengungkapkan apa yg ingin ia utarakan.
"Bener ya kata pepatah, gak ada persahabatan antara cewek dan cowok yg gak terlibat cinta, pasti salah satunya akan ngerasain hal yg namanya cinta. Dan gue percaya sama kata-kata itu. Itu bukan sekedar kata-kata kebohongan tapi emang fakta dan nyatanya gue yg ngerasain itu sendiri. Mungkin lo enggak"
"Dan apa salah kalo gue punya perasaan lebih ke lo, Shill? Gue cinta sama lo, dan terserah jawaban lo apa gue bakalan terima. Will you be mine?" ucap Dava lembut sambil menundukkan wajahnya, ia terlalu takut mendengar jawaban yg terlotar dari mulut gadis dihadapannya. Ia takut gadis itu akan menjauh darinya, tapi Dava sudah membulatkan tekatnya apapun jawaban dari Shilla ia akan menerimanya. So, menjadi sahabat lebih baik bukan? Tidak harus terikat dalam satu hubungan yg akan berbelit dengan masalah nantinya dan berujung dengan kata perpisahan.
Tidak tahu sudah berapa tetes bulir air mata yg jatuh dari pelupuk matanya, yg jelas sudah sedari tadi mata coklat gadis itu memanas saat Dava mengungkapkan semua isi hatinya. Ingin rasanya gadis itu berteriak bahwa ia juga mencintai sosok laki-laki yg berada dihadapannya kini. Ia juga cinta namun, apakah harus terhalang oleh penyakitnya?
"Gu--gue, j--juga cin-ta sama lo Dav, tapi gue penyakitan dan gak akan mungkin bisa bersama dengan lo selamanya"
Dava mengangkat wajahnya yg sedari tadi menunduk, apa telinganya tidak salah dengar? Apa gadis itu membalas perasaannya? Jika iya Dava sangat senang, tidak peduli gadis itu sakit atau apa, yg jelas Dava sangat cinta oleh Shilla dan ingin memilikinya seutuhnya.
"L-lo serius Shill? Lo juga cinta sama gue?" Shilla mengangguk dengan kepala yg masih ditundukan.
Tangan Dava terulur mengangkat dagu Shilla, diusapnya air mata yg membasahi pipinya, bagi Dava, Shilla tidak pantas menangis wajahnya terlalu indah untuk ditumpahi oleh air mata. Lebih baik Shilla tersenyum dengan begitu wajahnya akan bersinar oleh senyumannya.
"Gue gak peduli lo penyakitan atau apapun itu, yg jelas gue cinta sama lo dan gue mau lo selalu ada di dekat gue sampai nanti maut yg memisahkan kita. Will you my be mine?" tanya Dava sekali lagi untuk mengetahui jawaban yg terlontar langsung dari bibir mungil milik Shilla.
"Yes, I will" jawabnya mantap yg langsung disambut oleh tatapan berbinar serta senyum mengembang dibibir Dava. Dava bahagia ia bisa memiliki gadis yg dulu berstatus sebagai sahabatnya dan kini menjadi kekasihnya. Ia sangat bahagia sampai tidak bisa berkutik.
Ia merengkuh tubuh kekasihnya, menyalurkan rasa bahagia yg mereka rasakan berdua, dikecupnya kening gadisnya itu.
Shilla tidak peduli dengan apa yg terjadi kedepannya yg jelas ia bahagia bisa menjadi kekasih seorang Dava, yg dulu adalah sahabatnya. Untuk sekali saja Shilla egois, mementingkan kebahagiannya dan melupakan penyakitnya. Ia ingin merasakan dicintai dan mencintai, ia ingin merasakan kebahagian sebelum akhir hidupnya. Dan yg terpenting ia ingin bahagia bersama dengan sosok laki-laki yg sangat ia cintai kemarin, hari ini, besok, dan selamanya.
"I Love You Shilla Adelia" bisik Dava lembut tepat ditelinga Shilla.
"I Love You More Dava Aldrian" balasnya yg kembali memeluk cowok dihadapannya.
Tidak ada hal yg akan menyulitkan seseorang, meski orang itu diterjam badai sekalipun akan ada satu celah yg dapat menyelamatkannya dari badai itu. Ia kan menembusnya dengan melalui banyak rintangan yg menghadang meskipun akan ada kata perpisahan nantinya.
Seperti Dandelion ia bunga yg sangat tegar, ia terbang tinggi terbawa angin yg sangat kencang meniupnya hingga ia terpisah dengan bunga lainnya namun, ia tidak menyerah menerjang angin itu, ia tetap mengikuti kemana angin akan membawanya karna ia tahu ia akan singgah disuatu tempat tujuannya, ditempat yg baru dan akan membangun kembali kebahagiannya sebagai bunga yg mekar abadi.
Dandelion mengajarkan sesuatu hal yg kecil, meskipun kecil tetapi sangat berharga untuk kepribadianmu kelak so, lihatlah bunga Dandelion jika dirimu selalu diterpa oleh berbagai macam masalah. Lihatlah bunga itu yg selalu tegar meski bunga itu hanyalah seuntai ilalang yg kecil tanpa mahkota seperti bunga sepatu dan yg tidak wangi seperti bunga mawar tetapi, Dandelion akan tumbuh menjadi bunga yg indah.
<=========THE END=========>
YEAY AKHIRNYA CERITA DANDELION TAMAT! TERIMA KASIH YG SUDAH NGEVOTE AND COMMENT DAN TERIMA KASIH JUGA YG SUDAH BACA CERITAKU INI. MAAF BILA ADA TYPO ATAU GIMANA YG JELAS AKU NGUCAPIN BANYAK-BANYAK MAKASIH KE KALIAN SEMUA. THX U READERS💋❤😉 AKU SAYANG KALIAN SEMUA. DAVA&SHILLA JUGA SAYANG SAMA KALIAN LOVE YOU😘
Tungguin epilognya ya okey😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion
Teen FictionDandelion tidak secantik mawar, tidak seindah lili, dan tidak seabadi edelwis tetapi, Dandelion adalah bunga yg kuat. Dandelion terlihat rapuh tetapi, begitu kuat, begitu berani. Berani menentang sang angin, terbang tinggi begitu tinggi. Menjelajah...