Seperti Dandelion yg melayang jauh terbang tinggi menuju angkasa hingga ia terjatuh disuatu tempat untuk memulai kehidupannya yg baru. Dandelion mengajarkan betapa pentingnya arti hidup. Ia mengajarkan bagaimana caranya kuat untuk beradaptasi dengan kehidupannya. Ia hanya setangkai bunga kecil yg mudah rapuh jika tertiup angin namun, ia tidak benar-benar rapuh melainkan ia berusaha kuat untuk menerima kenyataan bahwa ia tidak bisa beradaptasi hanya disatu tempat saja. Ia butuh tempat lainnya untuk berkembang biak menjadi bunga-bunga yg sangat indah nantinya.
Kini Raka Dan Shilla sedang berada disuatu taman yg penuh dengan bunga Dandelion. Taman yg indah dengan sejuta bunga bahkan bermilyar-milyar bunga sudah tertanam ditaman yg sangat luas itu.
Shilla mengembangkan senyum saat ia melihat bunga kesukaannya yaitu, bunga Dandelion. Ia sangat menyukai bunga itu, bunga yg sudah sangat langka ditemukan.
"Kok, lo bisa tau taman bunga sebagus ini sih? Sumpah ini bunga favorit gue, ya ampun senengnya bisa ketemu sama bunga ini" pekik Shilla kegirangan.
"Lo suka bunga Dandelion?" Shilla mengangguk antusias.
"Sama, gue juga suka"
Raka mengajak Shilla untuk duduk lesehan diatas rumput-rumput hijau yg berada disekitar taman itu.
"Lo mirip banget sama adik gue, dia juga suka sama bunga Dandelion dan kalo dia ketemu bunga itu dia bakalan jingkrak-jingkrak kegirangan kayak lo tadi"
"Oh ya? Terus adik lo mana? Kenapa gak lo ajak kesini? Pasti dia seneng kalo lo ajak kesini juga" Raka tersenyum miris mendengar perkataan Shilla. Tatapanya berubah menjadi sendu.
"Eh, lo kenapa? Kok sedih?" tanya Shilla yg memyadari raut wajah Raka berubah.
"Adik gue udah meninggal" lirihnya.
"Inalillahi wainalillahi rojiun, aduh maafin gue yak, gue gak tau kalo adik lo udah--"
"Iya gak pa-pa kok, lagian ini emang udah takdir"
"Lo gak usah sedih, gue yakin pasti adik lo udah bahagia disana. Pasti dia juga bangga punya abang kayak lo, yg udah jagain dia dan yg menyayangi dia" ucap Shilla tulus sambil mengusap punggung Raka.
"Ya, walaupun kadang lo nyebelin sih, tapi gue akuin lo baik dan pantas menjadi sosok seorang kakak"
"Gue belum pantas jadi seorang kakak, karna gue gak bisa jagain adik gue dengan benar"
"Kok gitu?" Shilla mengernyitkan dahi pertanda tak mengerti.
"Adik gue meninggal gara-gara diperkosa dan dibunuh sama preman brengsek itu" tatapan mata Raka berubah menjadi tatapan tajam saat menerawang ke masa lalunya.
Shilla terbelalak kaget saat mendengar penjelasan Raka tentang kematian mengenaskan adiknya. Jadi, sekarang Shilla tahu apa penyebab Raka menjadi sosok yg dingin karna ia mempunyai masa lalu yg kelam dalam hidupnya.
Shilla baru sadar bahwa masalah kehidupannya tidak begitu rumit jika dibandingkan dengan kehidupan Raka yg harus ia jalani dengan sendiri. Shilla masih bisa merasakan bahagia dengan orang-orang yg berada disampingnya, dengan orang-orang yg peduli dan sayang kepadanya, sedangkan Raka, ia harus hidup sendiri tanpa dorongan dari keluarga atau teman-temannya. Ia harus membahagiakan diri sendiri tanpa ada yg menghibur dirinya.
Shilla tersenyum hangat. "Gue yakin lo pasti kuat sama seperti bunga Dandelion ini"
Raka menatap manik mata Shilla dalam. "Gue belajar dari bunga kecil ini. Meskipun kehidupan dia rumit tapi, dia selalu kuat menjalani kehidupannya walaupun ia harus terpisah dengan bunga-bunga lainnya" tutur Shilla.
"Kayaknya hidup lo bahagia banget ya? Lo dikelilingi dengan orang-orang yg sayang dan peduli dengan lo, gak kayak gue yg justru dijauhin seakan-akan gue itu cuma benalu yg mengganggu hidup mereka" Raka tersenyum getir menatap lurus kedapan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion
Fiksi RemajaDandelion tidak secantik mawar, tidak seindah lili, dan tidak seabadi edelwis tetapi, Dandelion adalah bunga yg kuat. Dandelion terlihat rapuh tetapi, begitu kuat, begitu berani. Berani menentang sang angin, terbang tinggi begitu tinggi. Menjelajah...