Shilla menelungkupkan kepalanya dilipatan tangannya di atas meja. Ia sangat malas mendengarkan penjelasan guru botak di depannya.
Menurut Shilla pelajaran Fisika sangat membosankan sama seperti gurunya yang mengajar saat ini, membosankan! Lebih baik gadis itu tidur daripada mendengarkan penjelasan guru berkepala plontos itu.
"Sstt, sstt..." seseorang di samping Shilla sedari tadi mencolek-colek bahunya, tapi tak digubris oleh gadis itu.
"Sstt," desisnya lagi.
"Shill, jangan pura-pura tidur. Gue tau lo masih melek," ucapnya yang tak dihiraukan oleh Shilla.
Intinya Shilla masih melancarkan aksi ngambeknya dengan cowok yang duduk di sampingnya ini.
"Shill, nanti pulang sekolah ke McD yuk! Beli ice cream McFlurry." Dava mencoba membuat Shilla tergiur dengan tawarannya.
Shilla sudah mulai tergoda dengan tawaran Dava, namun ia tetap berpura-pura tidak tertarik padahal dalam hati sih sudah ingin langsung menarik Dava ke McD.
Gadis itu tetap diam saja, namun telinganya mendengarkan apa yang Dava ucapkan, hanya saja ia tetap memilih egonya untuk tetap bertahan dalam kebisuan.
"Shill, mau gak? Apa kita mau ke nasi padang aja? Beli ayam bakar sama ikan gurame?" tawar Dava lagi masih terus mencoba menggoda Shilla dengan tawaran makanan-makanan favorit gadis itu.
Sumpah demi apapun tawaran Dava menggoda iman Shilla. Perut Shilla sudah kruyuk-kruyuk minta diisi dengan asupan makanan yang Dava tawarkan. Tapi, Shilla tetap pada pendiriannya sampai Dava mengajukan tawaran yang benar-benar membuat Shilla tidak bisa menolak.
Dava mengembuskan napasnya lelah, kemudian memutar otak dan berpikir cara apa yang dapat membuat Shilla tergoda. Kemudian satu ide cemerlang muncul diotak Dava dan dapat dipastikan Shilla langsung mau berbicara padanya.
"Oke ini yang terakhir! Kita pulang sekolah ke Restoran Perancis, gimana?"
Benar saja, Shilla langsung mendongak dengan tatapan berbinar. Mungkin hari ini Dava harus sukarela menghabiskan uangnya untuk mentraktir Shilla ke Restoran Perancis yang sangat mahal harga makanannya.
"Oke, I'm agree," jawab Shilla antusias dan tersenyum sumringah.
Sedangkan Dava, ia tampak frustasi dengan idenya barusan yang tentu saja akan menghabiskan uangnya dalam satu hari.
Jika sudah berhubungan dengan makanan Perancis, Shilla tidak akan membantah lagi karena memang itulah moodboosternya selain ice cream dan masakan Padang.
Setelah menghabiskan dua jam pelajaran pak botak itu, akhirnya yang ditunggu-tunggu pun datang juga. Bel istirahat menggema di seluruh penjuru sekolah, membuat para murid kelas 12 MIPA 2 berhore ria begitupun dengan Shilla yang sudah sangat jenuh sedari tadi.
Shilla mengemasi buku-bukunya, memasukkan ke dalam tas dengan terburu-buru. Bersamaan dengan selesainya ia memberesi buku, seorang gadis menghampiri meja Shilla dan Dava.
"Woy Shill, Dav, kantin kuy!" ajak Ocha, sahabat Shilla dan Dava juga.
"Yuk!" Shilla merangkul pundak Ocha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion
Teen FictionDandelion tidak secantik mawar, tidak seindah lili, dan tidak seabadi edelwis tetapi, Dandelion adalah bunga yg kuat. Dandelion terlihat rapuh tetapi, begitu kuat, begitu berani. Berani menentang sang angin, terbang tinggi begitu tinggi. Menjelajah...