Chapter 4

353 30 0
                                    

       Seorang gadis sedang menatap langit malam yang penuh dengan cahaya bintang, ia berdiri di balkon kamarnya sambil menatap langit yang sangat cerah. Semilir angin menerpa wajah cantiknya, membuat rambutnya yang terurai terkibas ke samping.

Ia merasa bahwa dirinya sudah begitu bahagia dari hari-hari yang lalu. Ia merasa bahwa ia sudah sangat beruntung memiliki keluarga yang sangat menyayanginya, memiliki sahabat yang selalu ada disampingnya, dan memiliki kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya.

Shilla sangat suka memandangi langit malam yang penuh dengan bintang bertaburan diatasnya, membuat langit menjadi indah dan terang dengan cahaya bintang.

"Adel, Dava ganteng in here!" teriak Dava sambil menepuk pundak Shilla.

Shilla sontak terkejut lalu, ia menatap Dava jengkel dan berniat memaki laki-laki yang ada disampingnya saat ini.

"Kurang kerjaan banget sih Dav. Kaget tau." dengus Shilla berdecak sebal.

"Sorry deh, lagian lo tumbenan amat ngelamun."

"Suka-suka gue lah."

"Lo bisa nggak sih dibilangin? Harus berapa kali sih Dav gue bilangin elo 'jangan loncat ke balkon kamar gue'. Itu bahaya, nanti kalo lo jatoh gimana?" omelnya yang hanya dibalas delikan bahu acuh oleh Dava.

"Lebih bahaya lagi kalo gue nggak loncat ke balkon lo, Shill." Shilla mengeryitkan dahi.

"Kok gitu?" Shilla menautkan alisnya bingung.

"Iyalah, sehari aja gue gak loncat ke balkon lo, gue bisa kangen sama lo karena gak bisa jahilin lo. Kalo gue kangen nanti tumbuh jerawat di muka gue terus kalo tumbuh jerawat nanti muka gue nggak ganteng lagi. Kan lebih bahaya itu, bisa-bisa fans gue pada kabur." celoteh Dava panjang lebar, yang pada dasarnya ocehan Dava itu sangat tidak penting.

Shilla menaikkan sebelah alisnya. "Ck, bisa gak, sehari aja lo gak nyebut diri lo ganteng?"

"Enggak! Karena kenyataannya gue emang ganteng." Dava menyengir tanpa dosa membuat Shilla memutar bola matanya malas.

"Ganteng dari mananya sih Dav? Lo kalo di bandingin sama Shawn Mendes juga gantengan Shawn Mendes kemana-mana."

"Lo tuh ya, kenapa sih gengsi banget ngakuin kalo gue ini emang ganteng? Cuma tinggal bilang; iya Dav, lo ganteng banget. Kayaknya susah banget ya?" dumel Dava sedangkan Shilla terkekeh geli melihat ekspresi Dava yang sedang merajuk.

"Mm, sorry ya Dav, kayaknya tenggorokan gue keselek biji duren jadi susah buat bilang lo ganteng."

"Lebay nyet!" Dava menyentil kening Shilla membuat gadis itu mengaduh kesakitan

"Tai." balas Shilla sambil meninju lengan Dava.

Beberapa menit suasana hening menyerang mereka berdua sampai suara Dava memecah keheningan suasana.

"Shill?"

"Hm?"

"Kalo lo disuruh milih, lo lebih milih mana? bintang atau bulan?" tanya Dava tatapannya masih mengarah kearah langit hitam diatas sana.

"Bintang." jawab Shilla cepat.

Dava menoleh kearah Shilla yang masih menatap langit. "Kenapa?"

"Karena cahaya bintang lebih terang dari pada bulan, bintang juga nggak sendiri. Meskipun bintang kecil, tapi dia mempunyai banyak teman disekitarnya. Kalo bulan dia juga indah dan sama seperti bintang mempunyai cahaya cuma, meskipun bulan besar dia sendirian nggak kayak bintang yang bertaburan dengan bintang lainnya." jelas Shilla sambil mengembangkan senyum tipisnya.

DandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang