"Kiki, balikin pulpen gue! Kebiasaan banget sih lo nyolong pulpen gue mulu." teriak Ocha saat Kiki mengambil pulpenya secara diam-diam dan langsung kabur.
"Nih, ambil sendiri." Kiki menyodorkan pulpennya ke Ocha namun, saat Ocha ingin mengambilnya dengan cepat pulpen itu Kiki masukkan kedalam mulut dan digigit-gigit ujungnya.
"KIKI! MONYET YA LO. JOROK BANGET LO!" teriakan Ocha membuat semua murid yang ada di dalam kelas menutup kupingnya termasuk Shilla yang sedang menelungkupkan wajahnya di atas meja.
"Astaga Ocha, suara lo kecilin dikit kenapa, gue mau tidur." kata Shilla yang merasa aktivitas tidurnya terganggu.
"Ih, lagian Kiki jorok banget, Shill." dengus Ocha sebal.
"Nih pulpen lo gue balikin, kasian gue sama lo." Kiki memberikan pulpen Ocha yang sudah gepeng ujungnya akibat digigit-gigit.
"Ogah! Najis gue sama cowok jorok kayak lo. Pergi sono lo! Kalo perlu mati aja sana ke laut." ketus Ocha menatap tajam Kiki.
"Yaudah, yakin nih gue disuruh mati ke laut? Nanti lo kangen lagi sama gue." ucap Kiki dengan nada menggoda sambil menaik turunkan sebelah alisnya.
Ocha memutar bola matanya malas. "Ngimpi! Malahan gue seneng lo mati. Sono lo jauh-jauh. Ilfeel gue sama cowok jorok kayak lo!" Ocha menatap tajam Kiki kemudian kembali ke tempat duduknya dengan wajah ditekuk.
Shilla yang melihat perdebatan yang sudah biasa itu hanya bisa geleng-geleng kepala. Lagi pula Shilla juga sangat malas meladeni perdebatan tidak jelas itu. Kepala Shilla yang awalnya pusing menjadi tambah berdenyut jika meladeni perdebatan yang tidak ada akhirnya.
Dava dan Bagas memasuki kelas dengan santainya, Dava langsung duduk di kursinya yang berada disamping Shilla.
"Kenapa lo Ki, ngambil pulpen Ocha lagi?" tanya Dava yang melihat Ocha memberengut sebal kearah Kiki.
"Enggak, kata Ocha dia kangen sama gue, mau manja-manjaan." jawab Kiki asal yang mendapat timpukan kertas yang sudah dibuntel-buntel oleh Ocha.
Sontak Dava dan Bagas tertawa terbahak-bahak sedangkan Kiki meringis kesakitan sambil mengusap kepalanya yang terkena timpuk.
"Sakit curut!" cetus Kiki melotot kearah Ocha yang dibalas pelototan juga oleh Ocha. Mereka berdua persis seperti adu laser dari mata.
"Eh, Revan mana?" tanya Bagas pada Kiki.
"Di suruh sama pak Zaky, nganterin Bu Ana ke dinas."
"Anjir, enak banget tuh anak kagak belajar." celetuk Dava sedikit keras yang membuat Shilla terganggu karena Dava berbicara di samping kuping Shilla.
"Dav, bisa nggak jangan teriak-teriak? Kuping gue sakit dengernya." Shilla mendongak sejenak kemudian kembali menelungkupkan wajahnya dilipatan tangannya.
"Kenapa lo, lemes banget? Biasanya juga ikutan teriak-teriakan." balas Dava menaikkan sebelah alisnya.
"Gue pusing, jangan berisik!" pesan Shilla.
Dava meletakkan tangannya di dahi Shilla, Dava dapat merasakan kening Shilla yang sangat panas dan Dava tau Shilla sedang sakit sekarang.
"Kening lo panas banget, lo sakit? Kenapa masuk sekolah kalo sakit?" tanya Dava yang dibalas gelengan kepala oleh Shilla.
"Gue anter ke UKS yuk." ajak Dava yang dibalas gelengan lagi.
"Plis Shill, kali ini jangan keras kepala. Nanti sakit lo tambah parah, ayo." ucap Dava terselip kekhawatiran dalam ucapannya, ia bangkit dari duduknya dan menarik lembut tangan Shilla agar mengikutinya ke UKS.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion
Teen FictionDandelion tidak secantik mawar, tidak seindah lili, dan tidak seabadi edelwis tetapi, Dandelion adalah bunga yg kuat. Dandelion terlihat rapuh tetapi, begitu kuat, begitu berani. Berani menentang sang angin, terbang tinggi begitu tinggi. Menjelajah...