Chapter 15

262 20 0
                                    

       Sehabis dari kedai ice cream Dava mengajak Shilla ke suatu tempat yg sama sekali belum pernah Shilla kunjungi. Tempat itu lumayan jauh dari rumahnya, mungkin sudah sekitar satu jam setengah mereka berdua dalam perjalanan bahkan, Shilla sampai tertidur di motor.

       Dava memberhentikan motornya disebuah tempat yg seperti bukit, disana sangat sepi hanya ada beberapa orang saja karna memang tempat itu belum banyak pengunjung.

       "Shill, bangun! Udah sampe" Dava mengguncang-guncangkan tubuh Shilla agar ia terbangun.

       "Mm, kita dimana?" gumam Shilla yg masih mengerjap-ngerjapkan mata.

       "Ayo turun!"

       Shilla turun dari motor Dava dan memperhatikan sekelilingnya. Awan sudah mulai menggelap, tetapi lampu hias yg melekat pada pepohonan diperbukitan itu membuat malam yg gelap menjadi terang bercahaya, tempat itu menjadi terlihat lebih indah dan menawan dilihat oleh kasat mata.

       Shilla berdecak kagum dengan tempat ini, sangat indah dan udaranya juga sejuk. "Dav, tempatnya bagus" puji Shilla dengan tatapan berbinar.

       "Iya dong, siapa dulu yg ngajak. Dava Aldrian" katanya berbangga diri.

       Shilla lupa bahwa cowok yg sedang berada dihadapannya kini adalah cowok yg percaya dirinya melebihi batas jadi, lebih baik Shilla tidak memujinya agar cowok itu tidak tambah besar kepala.

       "Yaudah yuk, kesana" baru Shilla ingin melangkahkan kakinya masuk kedalam tempat itu namun, pergelangan tangannya dicekal oleh Dava.

       "Apalagi?"

       Dava melepaskan jaketnya dan memberinya kepada Shilla. "Nih, pake biar gak masuk angin. Disana udaranya dingin"

       "Gak ah, nanti lo gimana kalo gue pake jaket lo?"

       "Gue gampang, yg penting itu kesehatan lo. Lo kan baru sembuh jadi, biar gak sakit lagi pake jaket gue"

       "Gak mau" Shilla menggelengkan kepalanya.

       "Ck, keras kepala banget sih" tanpa peduli protesan dari Shilla Dava langsung menyampiri jaketnya kepundak Shilla.

       Baru Shilla ingin melepas jaket Dava, ia sudah menciut dengan ancaman dari Dava. "Kalo jaketnya lo buka, kita pulang!" alhasil Shilla terpaksa pasrah.

       Mereka berdua masuk kedalam bukit itu setelah membeli tiket masuk, mereka berdua berjalan sambil melihat-lihat pemandangan yg sangat indah dibukit tersebut, tanpa Shilla sadari Dava sedari tadi memotretnya. Ia sangat suka melihat senyum dan tawa yg tercetak dibibir mungil milik Shilla.

       "Dav, fotoin gue dong" Shilla sudah mengambil pose dengan senyuman yg memperlihatkan deretan gigi rapihnya, tangannya ia rentangkan seolah-olah ia sedang menghirup udara diperbukitan itu.

       "Kita foto berdua yuk Dav" ajak Shilla yg langsung menarik tangan Dava.

       Shilla meminta seseorang yg ada didekatnya untuk mengambil gambar mereka berdua, hanya tiga kali pose.
"Mas, boleh tolong fotoin kita berdua?" pinta Shilla yg dibalas anggukan setuju oleh orang itu.

       Shilla mengajarkan Dava berbagai pose agar gaya mereka samaan. Pose pertama, Dava merangkul bahu Shilla, sedangkan Shilla seperti sedang tertawa bahagia. Pose kedua, Dava mencubit pipi Shilla dan Shilla mencubit pipi Dava. Pose ketiga, Dava menggendong Shilla kepunggungnya dan mereka menunjukkan senyuman manisnya.

       Setelah usai foto, Shilla mengambil hp Dava dan mengucapkan terima kasih kepada seseorang yg sudah mempotretnya tadi.

       "Ih, keren Dav, tapi lo-nya jelek" canda Shilla, padahal Dava terlihat ganteng difoto itu.

DandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang