3

385 55 18
                                    

Pletakk...

Sebuah kerikil berukuran kecil, terlempar tepat mengenai jendela kamar Raka.

Seketika Raka berhenti bermain playstation ketika sadar jendelanya kini tengah dilempari batu sejak tadi. Raka mem-pause game lalu segera beranjak dan menyibakkan gorden untuk memeriksa keadaan luar.

Mata Raka membulat saat mendapati seseorang tengah berdiri di dekat pohon cemara belakang rumahnya.

"Sstt ... Bukain jendela cepet!", teriak Athea merendahkan suara, sambil melihat sekeliling memastikan keadaan tetap aman.

Dengan segera Raka membuka kunci jendela kamar nya yang berukuran besar itu. Tanpa aba-aba Athea langsung berlari dan menyambar masuk ke dalam, hingga ia jatuh menubruk Raka.

Athea segera berdiri dari atas tubuh Raka yang ia tindih lalu menutup jendela dan menutup gorden kembali.

"Anjir, lu apaan sih pake loncat, terus nubruk gue segala, ck, pinggang gue sakit kan jadinya." Raka bersungut-sungut marah sambil mencoba bangkit.

Athea nyengir tak berdosa, menampakkan deretan gigi putih rapinya, "Hehe, biar keliatannya kek film action aja, biar dramatis. Gimana? Gue panteskan kalo main film action?"

"Action endasmu! Liat nih gue jadi sakit pinggang pe'a! " ketus Raka sambil mendelik tajam.

"Yaelah gitu doang, tulang lu rapuh banget si, kayak kakek-kakek jompo yang udah punya cucu segudang. " ucap Athea sambil melangkah menuju belakang tubuh Raka dan tanpa babibu ia menarik punggung Raka hingga terdengar suara tulang bergeser.

"Bangsaaatt!" pekik Raka, meringis kesakitan.

"Gimana kakek? Udah mendingan punggungnya?" Athea memajukan kepal bertanya dengan suara yang dilembut-lembutkan.

Mata Raka berair, ia masih memegang pinggangnya yang terasa sakit, namun beberapa detik kemudian kembali pulih, "Eh kampret, lu kalau mau ngelakuin sesuatu ngomong dulu kek, anjir ini sakit banget tau."

"Lebay ah, yang penting lu nggak sakit lagi. Udah ah gue mau bobo cantik. Hayati udah lelah banget." Athea melengos melangkah menuju ranjang minimalis Raka dan merebahkan diri di atasnya.

"Eh apaan lu main tidur sembarangan. Kenapa lu kesini huh? Pasti ini lu kabur kan?" tanya Raka sambil memandang Athea dengan tatapan mengintimidasi.

"Eh panci bocor, ya mana ada gue mau nginep di rumah lu pake izin dulu sama nyokap. Ya nggak lah. Ya ... lu ngerti lah, gue kesini kenapa 'kan?" Athea mengangkat tubuhnya lalu duduk bersila.

"Kenapa? Nyokap lu salah apa lagi? Apa Athena? Bokap?" tanya Raka menyebut satu persatu anggota keluarga Athea.

"Semuanya. Cihh, udah lah gua males bahasnya juga. Gua pengen istirahat ." ujar Athea sambil menekan kata pertama.

"Eh apaan, yang bolehin lu tidur di kasur siapa? Gue udah cukup menderita, kerokan, karna masuk angin gara-gara tidur di bawah selama tiga hari yang lalu. Sekarang lu yang tidur di bawah. Udah sono." Raka menarik Athea yang meringis tak mau pindah.

"Ya alloh, lu gitu amat si ama tamu, dimana-mana tuh ya, tamu adalah raja. Nggak ada pasalnya tamu dihinakan kek gitu."

"Apaan tamu, lu mah tamu tak diundang, udah kek jelangkung aja lu. Dateng tak dijemput pulang tak diantar. Udah sono ah." Raka kembali menarik Athea hingga ia berdiri, lalu Raka menghempaskan tangan Athea begitu saja dan loncat ke atas kasur.

"Abang jaat!" pekik Athena merajuk lalu beranjak dan mengambil kasur lipat.

"Itu resiko, suruh siapa kabur dari istana." ucap Raka sambil mengatur-atur posisi bantal.

sisterhoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang