8

252 32 2
                                    

"Heh Raka, gue nggak mau tau ya, pokoknya hari ini lu harus sebangku sama gue, awas aja lu kalo duduk sama si tokek belang itu lagi." cetus Athea sambil mengumpat, saat sedang berjalan di koridor sekolah bersama Raka.

Raka melirik Athea sejenak lalu menguap, "Elah, bukan gua kali yang mau, orang dianya yang nyamperin gue." balas Raka malas menanggapi Athea.

"Iya sama aja lah, orang lu nya juga nggak belain gue buat duduk sama lo." tukas Athea menyalahkan Raka.

"Kali-kali kita pisah kenapa si The, lagian lu kan juga harus bersosialisasi sama orang lain, jangan banyak bergantung sama satu orang." terang Raka.

"Bahh, nggak usah nasihatin gue, gue males dengernya, buat apa bersosialisasi kalau kelompok sosial itu nggak pernah nerima kita buat masuk. Gua gak pernah bergantung sama orang lain ya, enak aja." sergah Athea lalu menatap sebal Raka yang terlihat memasang wajah super malas.

"Yaudah lah terserah lo, gue mau ke ruang osis dulu, lu duluan masuk kelas sana jangan pergi ke tempat laen." ujar Raka sambil berlalu dari hadapan Athea.

Athea tersenyum miring, perkataan Raka seakan memberi ilham kepadanya untuk pergi ke kantin. Athea membelokkan langkah, dan berlari kecil menuju kantin.

Kantin terlihat ramai, banyak siswa yang sedang membeli makanan untuk sarapan atau sekedar duduk untuk mengerjakan tugas.

Athea menghampiri bangku Dimas dan lainnya di meja paling pojok. Meja itu terlihat ramai dengan gema tawa gerombolan itu yang sudah terbiasa mendapat pusat perhatian siswa-siswa di kantin.

"Athea, wiih kemana aja lo, kemaren nggak ikut nongkrong, si Aldi galau noh tanpa kehadiran lu." sapa Berry saat Athea baru saja duduk di sebelahnya.

Aldi membulatkan mata mendengar ucapan Berry, "Eh apaan bawa-bawa gue, bukannya lu yang kemaren bilang kangen Thea?" balas Aldi.

"Dihh apaan sih kalian rebutin gue, sorry aja ya kalian bukan kriteria gue." sela Athea sambil meraih gelas berisi kopi milik Berry.

"Idihh pede siapa lagi yang mau sama lu, ini lagi enak aja maen seruput, sekali seruput bayar goceng ah." ucap Berry memandang gerak gerik Athea yang sedang meniupi kopi panas miliknya.

Athea memajukan bibir, sebal dengan watak Berry yang pelit minta ampun, "Pelit amat lu Ber, kuburan lu entar sempi loh. Apalagi TPU sekarang penuh, lu mau dikubur di gorong-gorong?" tanya Athea.

"Anjir, tega banget lu doain gue kek begitu The." ucap Berry sambil memasang ekspresi sedih dan ngeri .

"Ya makanya jangan pelit-pelit lu."

"Ck, iya, iya gue nggak akan pelit." ucap Berry berkata dengan enggan.

"Nah gitu dong." ucap Athea sambil meneguk habis kopi moccacino Berry.

"Geblek Athea, lu abisin semua. Modus lu anjing." seru Berry sambil memandang sedih gelas kosong di hadapannya.

"Ett, gue bilang jangan pelit, sesama teman harus saling memberi, makanya ngaji sono lo, biar tau ngasih makanan ke temen tuh pahalanya gede," terang Athea sok menasehati.

"Taik!" umpat Berry, tepat di depan wajah Athea, membuatnya terkekeh puas.

"Hei bro," sapa Dimas pada seseorang yang baru saja tiba di meja.

"Hei, gimana kabar lu Dim," sahutnya.

Athea melirik Dimas, matanya membulat saat melihat siapa orang yang sedang mengobrol dengan Dimas.

"Ayo duduk, Der, gabung." timpal Aldi mempersilahkan Derrel duduk pas di hadapan Athea.

Sejenak tatapan Derrel terpaku pada Athea yang sedang memandanginya.

sisterhoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang