39

198 23 0
                                    

Hari ke tiga, masih sama seperti biasanya, Athea masih berada di ruang ICU, Raka datang ke rumah sakit pagi-pagi. Membawa beberapa tangkai bunga mawar putih.

Raka masuk kedalam ruangan, penjagaan tak seketat kemarin, Raka meletakan bunga di vas atas laci lalu duduk di sebelah Athea.

"The, gua gak nyangka lo sebaik ini, gua salut sama lo The, bangku sepi kaga ada lo The, entah berapa kali lagi gue harus nyebutin kata 'The' , jangan ninggalin gue ya, gue sayang sama lo lebih dari sekedar sahabat." ungkap Raka sambil mengelus tangan Athea lembut lalu menciumnya.

Dari balik kaca ICU, Derrel memandang kejadian itu dengan wajah sendu, perkiraannya dahulu memang terbukti Raka memiliki perasaan khusus lebih dari sekedar sahabat pada Athea.

Ia berbalik melangkah pergi, namun langkahnya terhenti ketika matanya menangkap bayangan Athena yang tengah berdiri tepat dihadapannya.

"Hari ini, Oma sama Bastian lagi dipesawat menuju Jakarta." ucap Athena setelah terdiam beberapa detik di kursi taman rumah sakit.

"Oma?" ulang Derrel.

"Oma, dulu yang milih Athea sebagai cucunya, sebenarnya kami adalah saudara kandung, Mama dan Papa adalah orang tua tiri kami, kenyataan memang bisa saja terbalik. Oma sayang banget sama kak Thea, dari dulu oma selalu pingin bawa Athea ke Amerika, rumahnya. Tapi kak Thea menolak, katanya dia nggak mau ninggalin papa, mama dan aku. Tapi, kali ini Athea bisa nolak sama tuhan nggak ya, buat gak ninggalin kita." jelas Athena lirih.

"Yang namanya takdir mana bisa disangkal, kita serahin semuanya sama tuhan, kali aja takdir Athea bukan ini, semoga." ucap Derrel sambil mengelus tangan Athena.

Athena tersenyum miris lalu menyandarkan kepalanya pada bahu Derrel, menutup mata sejenak. Mencoba menenangkan diri.

***

Oma berjalan rusuh bersama Riana dibelakangnya, tak henti-henti Oma mengucap doa dalam hati untuk cucu tersayangnya, Athea.

Oma masuk kedalam ruang ICU lalu mendekati tubuh Athea yang terbaring lemas dengan alat-alat rumah sakit yang kini menjadi penopang hidupnya.

"Cucuku, astaga." Oma memekik pelan, menahan ringisannya melihat kondisi Athea yang terlihat parah.

Tangan oma menyentuh tangan Athea pelan, lalu membelai pipinya halus. Ia tak bisa berkata-kata lagi, semuanya terlalu cepat terjadi.

Oma lalu mencium kening dan pipi Athea sambil meneteskan air matanya perlahan.

Oma kembali keluar ruangan tak tahan berlama-lama di dalam ruangan.

Riana dan Oma duduk di kursi ruang tunggu, Riana menceritakan kronologis ceritanya dari awal, beserta segala perubahan sikap dan penampilan Athea juga kejadian-kejadian lainnya.

Oma terperengah tak percaya, cucunya yang paling ia sayangi, juga terlihat pendiam, pemalu dan manis itu berubah menjadi anak nakal juga pemakai narkoba. Oma kembali menangis, andaikan saja waktu itu ia membawanya langsung ke Amerika, semua ini tak akan terjadi.

***

"Pak, tolong cepet pak." desak Bastian pada supir taksi.

"Iya mas sabar, Jakarta macet." sahut Pak supir.

"Duhh." Bastian menghela napas dengan perasaan risau.

Akhirnya setelah hampir satu jam perjalanan dari bandara menuju rumah sakit, Bastian segera memasuki gedung rumah sakit, menanyakan ruangan rawat Athea pada suster yang berjaga.

Setelah diberi tahu, Bastian langsung melesat pergi ke ruangan yang disebutkan.

Dari kejauhan terlihat Derrel dan Athena yang sedang berdiri di luar, memandang di balik kaca ICU.

"Athena!" pekik Bastian.

Athena menoleh dan mendapati Bastian yang sedang berlari kecil menghampirinya.

"Gimana kondisi Athea?" tanya Bastian risau.

Athena menatap Bastian lirih lalu menunjuk sesuatu di balik kaca besar pembatas ruangan tersebut.

Bastian mendekat, matanya mengikuti arah mata Athena, Bastian sedikit terperengah memandang Athea yang sedang terbaring tak berkutik di dalam ruangan.

Bastian menahan tangis, tenggorokannya terasa terhalangi sesuatu sehingga udara terasa tak ia hirup.

Bastian memasuki ruangan, menatap kosong tubuh lemah di hadapannya. Ia mengusap wajah lalu memegangi kepala frustrasi.

"Andai aja gue nggak pergi The, gue pasti akan lindungin lo." gumam Bastian lirih, lalu mencondongkan wajah, mencium lama kening Athea hingga air matanya meleleh.

"Gue sayang sama lo The, sayang banget. Jangan tinggalin gue, gue nggak bisa." sebuah suara terdengar samar di telinga Athea, samar-samar ia bisa merasakan pergerakan manusia di sekelilingnya, juga bisa merasakan sentuhan hangat mereka.

"Apa, aku akan mati?" tanya Athea lirih dalam hati.

___________________________________

sisterhoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang