48

230 20 0
                                    

Pesawat sudah mendarat di bandara soekarno-hatta sejak tiga puluh menit lalu, Derrel dan Athea sedang sibuk memainkan hp mencoba menghubungi Raka yang sudah berjanji untuk menjemput mereka di sana.

"Ni anak, gak di bales-bales," keluh Derrel yang masih sibuk men-spam Raka.

"Yaudah kita naik taksi aja yuk," saran Athea.

Derrel melirik Athea lalu mengangguk setuju, mereka segera melangkah pergi, Derrel mendorong trolly berisikan dua koper milik Athea dan miliknya.

Tepat ketika mereka baru saja menstopkan sebuah taksi di depan, sebuah suara memanggilnya "Derrel! Athea!" spontan Derrel dan Athea berbalik bersamaan, wajah mereka cengo ketika memandang Raka sedang berlari tergopoh-gopoh ke arah mereka, hanya mengenakan kaos oblong bertuliskan Malioboro beserta sebuah jeans pendek lusuh dan sendal jepit.

"Eh, sorry gue telat, gue baru bangun anjir," ucap Raka bersusah payah berbicara dengan napas tersengal-sengal.

Derrel berdecak sebal, "pantesan gua telponin kaga diangkat-angkat,"

"Hooh hp gue juga mati, lobet, gua tadi ngebut banget kesini ampir aja ditilang polisi, pas gue masuk gue liat kalian, untung aja ketemu, kalau enggak kek orang gila gue pake baju ginian nyari-nyari kalian." jelas Raka.

"Yaudah, yuk, Mama dari tadi udah nanyain gue lagi dimana," ajak Athea diangguki Derrel dan Raka.

Derrel membawa koper milik Athea, Raka membantu membawa koper milik Derrel, menuju mobilnya yang terparkir di parkiran.

Mobil terdengar ramai dengan cerita Raka tentang genk Dimas cs, sepanjang perjalanan diisi gelak tawa Athea, Derrel juga Raka.

"Gue pun gak nyangka, niat banget tuh si Aldi deketin Sesya, udah tau si Sesya tuh doyan nya cowo yang berstandar tinggi, masih keukeuh aja dia, tapi ya akhirnya si Sesya kepincut juga sama si Aldi, walaupun kalau mereka jalan bareng tuh ya, kek anak dan ibu, tingginya beda." tawa Raka menyindir Aldi, mengingat tubuh Aldi yang tak terlalu tinggi.

"Terus si Berry gimana sekarang?" tanya Athea.

"Si Berry sekarang kerja di gallery, gue nggak tau kalo dia jago gambar, lukisannya bagus banget dia, kemaren aja lukisannya di lelang kalo gak salah seratus juta entah berapa, penampilannya udah beda banget, lebih amburadul dari dulu, ya lu tau kan kalo seniman pasti rambutnya gondrong." tutur Raka.

"Iya, dia emang jago gambar, gue pun pernah di gambar sama dia, si Virga juga jago gambar, tapi dia jagonya bikin anime gitu," ungkap Derrel.

"Terus, terus, si Elgi, Virga juga, oh iya Dimas." ucap Athea penasaran.

"Si Elgi tuh kan emang complicated banget kan ya hidupnya dari dulu, bokap nyokapnya pisah dari dia kelas sepuluh, abis itu pas dia lulus bokapnya maksa dia kuliah di jurusan ekonomi gitu, sedangkan mamanya nyuruh dia kuliah di kedokteran, karna dia nggak mau dua-duanya akhirnya dia ngambil kuliah sastra, setahun lagi dia di wisuda." jelas Raka.

"Lagian anak yang bodoh di matematika kek gitu disuruh kuliah jurusan itu, gue jadi kangen makan jengkol sepiring berdua sama dia." ucap Athea sambil terkekeh pelan.

"Kalo Virga, dia kuliah jurusan multimedia pertelevisian gitu, waktu itu dia dapet kontrak dari jepang, bikin anime disana."

Athea berdecak kagum mendengar tuturan cerita Raka, "Terus Dimas?"

"Dia kuliah di jogja The, akhir-akhir ini gue lost contact sama dia, terakhir kali sih dia mau masuk kuliah gitu, tapi nggak tau deh jurusan apa." Athea mengangguk-ngangguk mengerti.

sisterhoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang