6

281 37 7
                                    

Athea memasuki pekarangan sebuah kost-an besar khusus putra, ia segera masuk ke dalam, berlari menuju lantai dua dan berakhir di sebuah pintu dengan nomor kamar dua puluh lima.

"bang Fariz, bang Fariz buka pintunya, bang... " teriak Athea sambil menggedor pintu. Tanpa sadar air matanya berjatuhan.

"Bang Fariz!" teriak Athea lirih sambil menangis sesenggukan.

Akhirnya suara kunci terbuka terdengar, pintu terbuka, menampakan wajah layu Fariz dengan rambut acak-acakkan.

Begitu dilihatnya Fariz muncul, Athea menyambar Fariz memeluknya erat hingga badan Fariz hampir terjungkal.

"Huuuhuuhuu bang Fariz mah lama bu-bukain pintunya." rengek Athea sambil menangis sesenggukan.

"Ya tuhan, Athea lu kenapa? " tanya Fariz langsung tersadar sambil mengelus rambut Athea pelan.

"Kakak lu bener-bener anjing, bang." Athea melepaskan pelukannya dan mengumpat.

Dahi Fariz mengkerut mendengar ucapan Athea, "Bang Dani? Papa lu apain lagi elu? Yaudah sini duduk dulu, gue ambilin dulu minum biar lu tenang." Fariz mengantar Athea duduk di kursi sofa kecilnya lalu keluar untuk membuat segelas teh hangat.

Beberapa menit kemudian Fariz kembali datang lalu menyerahkan segelas teh hangat, "Noh, minum dulu, biar lo tenang." sambil menyeka air matanya yang berjatuhan Athea memgulurkan tangannya meraih gelas berukuran sedang di hadapannya.

"Kalau lu udah tenang baru ceritain, lu bikin gue sawan aje, gue capek banget tadi abis ngerjain tugas kampus, jadi ketiduran untung aja gue denger lu gedorin pintu." jelas Fariz.

Athea diam sejenak, menghirup napas dalam-dalam lalu mulai bercerita panjang lebar.

***

Athea masih terdiam sambil melihat handphone nya yang tergeletak mati di hadapannya.

Selama 3 hari ini, ia belum pernah membuka hpnya. Perlahan Athea meraih hpnya, jarinya mulai meraba sebuah tombol kecil di bagian pinggir hp, ia pun menekan tombol itu hingga layar hp menyala, menampakan nama merk hp tersebut.

Seketika pesan masuk, masuk berbondong-bondong, ada sekitar tujuh puluh lima pesan masuk dari Raka, Athena, Dimas, bang Adit dan operator yang selalu setia mengabari keadaan kuotanya yang hampir habis.

Athea membuka kontak, mencari nama Raka lalu menelfonnya.

Tak lama menunggu, akhirnya telepon tersambung.

"Athea! Kampret, kemana aja lu, lu dimana sekarang, lu kenapa sih? Kok nggak bilang gue kalo ada masalah?" seru Raka langsung membanjiri Athea dengan pertanyaan.

"Gue kabur bego, ya ada lah lu nggak usah tau, gue males cerita." ucap Athea santai.

"The, kemarin bokap lu dateng ke sekolah, dan minta sama bu Retno ngurangin waktu skors lu, dan akhirnya waktu skors lu dikurangin jadi tiga hari, besok lu harus sekolah." ucap Raka memberi tahu.

"Bodo." sahut Athea tak peduli.

Raka berdecak sebal di balik telepon, "Ck, ini nih yang gue nggak suka dari lo, The, bokap lu dateng ke sekolah minta waktu skors dikurangin, bokap lu udah care sama lu. Tapi lu nya nggak mau tau, sebenernya hati lu terbuat dari apa sih? The, coba lu sekali aja hargain usaha bokap lu."

"Lah bawel, lu ngomong gitu karna lu nggak tau maksud dia gimana, udah deh, gue jadi bete ngomong sama lu." ucap Athea langsung mengakhiri sambungan telepon secara sepihak.

sisterhoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang