10

255 31 1
                                    

Semilir angin berhembus, menghempas rambut panjang berwarna merah milik Athea. Hari ini masih seperti biasanya, hari yang membosankan di sekolah.

Athea sengaja pergi ke rooftop, ke tempat yang tak pernah di jama oleh banyak siswa, karena memang tempat ini berada di pojok namun mengarah pada pemandangan jalanan, membuat Athea merasa nyaman walaupun ia hanya sendiri di sana.

Athea masih terdiam, menikmati angin yang perlahan membelai wajah dan rambutnya. Tenang, sejenak Athea merasakan itu.

Namun beberapa menit kemudian, ia mengingat sesuatu, tak terasa sudah satu bulan ia pergi meninggalkan rumah. Hari ini adalah hari kamis tanggal tujuh belas di bulan September.

Akhir september nanti akan diselenggarakan pertemuan keluarga yang biasa di laksanakan setiap tiga tahun sekali di bulan september.

Athea benci harus berada di lingkungan keluarganya, semua mata dan pujian-pujian pasti akan terpaku pada Athena seorang, sedangkan dirinya hanya dijadikan sebuah olokan, dan hinaan keluarga yang lain.

Athea berbaring menyandarkan punggungnya pada sebuah kursi tua yang hampir hancur. Perlahan ia memejamkan mata.

"Gue cari kemana-mana, ternyata molor disini lu," sebuah suara terdengar baru saja datang, namun sengaja Athea tidak menggubrisnya dan tetap memejamkan mata.

"Kelas lagi kosong, bete, The, btw kapan lu balik ke rumah." tanya Raka sedetik setelah duduk manis di sebelah Athea.

"Nggak akan pernah, gua mau buka tabungan gue buat beli apartemen kalo uangnya gak cukup gua sewa buat setahun aja." celocos Athea santai.

"gilak, lu beneran mau pindah?" seru Raka menatap Athea dengan tatapan tak percaya.

"Kapan sih gue nggak bener kalo bikin rencana."

"kalo lo tetep bersikap kayak gini sampai kapanpun hidup lu nggak akan berubah."

"bodo amat."

"Lah ngomong sama lu mah percuma."

"Yaudah jangan ngomong apa susahnya." tukas Athea.

Suasana hening, Raka bungkam, begitupun Athea yang masih memejamkan mata mencoba untuk tidur.

Tiba-tiba suara handphone Athea berbunyi, dengan malas Athea membuka mata meraih HP di saku bajunya.

Tanpa melihat penelpon ia segera mengangkatnya.

"hallo." ucap Athea.

"the! Lu lagi dimana, kita nyari lo nggak ketemu!" teriak seseorang dibalik telpon.

"Gua lagi di atas, ada apaan?" tanya Athea malas.

"Anjing pantes, lu kemaren ngapain anak SMA Nusa? Kita lagi di serang sekarang. Lu kesini cepet di daerah warkop bu Minah." seru Aldi rusuh.

"hah, kenapa lu nggak ngasih tau gue dari tadi udin, ada berapa orang yang nyerang?" mata Athea sontak terbuka.

"sekitar lima belas orang, di sini kita cuman lima orang. Gua ini ngumpet buat nelfon lu, cepetan!" telpon berakhir, dimatikan secara sepihak.

Athea segera beranjak, "Rak, gua cabut dulu."

"Tunggu, jangan bilang lu mau tawuran atau berantem." Raka menahan Athea.

"Ah udah lah nggak ada waktu lagi, ini lagi darurat." Athea melepas cengkraman tangan Raka lalu segera berlari ke bawah.

Perlahan ia mengendap-ngendap keluar menuju gerbang belakang lalu berlari dengan cepat.

sisterhoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang