21

216 25 0
                                    

"Bastian" bisik Raka pelan.

Mata Athea membulat, entah mengapa kini dadanya terasa sesak, ketika mendengar nama itu.

Oksigen seperti menghilang dari bumi, Athea seperti ikan yang keluar dari air, ia terperengah, mulutnya sedikit menganga.

Ia memandang Raka dengan tatapan yang tak bisa diartikan.

"Lo udah lama gak nemuin dia, dia baru aja pulang buat liburan dari London." jelas Raka.

Athea menggigit bibir bagian dalamnya, kakinya seperti berubah menjadi patung, tak bisa ia gerakan.

"Gue temenin." ucap Raka sambil menggenggam tangan Athea erat.

Rindia mengerutkan dahi melihat perubahan ekspresi Athea yang menegang.

Akhirnya ia mengikuti langkah Raka dan Athea dari belakang menyusul mereka dari jarak beberapa meter.

Langkah Athea seperti mengambang, ia tak merasakan kakinya menginjak bumi, yang hanya ia rasakan hanyalah genggaman tangan Raka yang menyeretnya untuk menghadapi sebuah kepedihan yang ia pikir akan terulang kembali.

Dari kejauhan bisa ia lihat sesosok lelaki jangkung dengan rambut potongan rapi dan maskulin berwarna coklat terang. Berwajah tirus dengan kulit putih dan hidung bangir, tampan.

Ia tak banyak berubah dari dulu, style nya tetap saja seperti itu simpel namun begitu menarik dimata perempuan mana pun.

Ia bersender ke jok motor ninja berwarna hitamnya, matanya lurus memandang ke samping entah apa yang sedang ia tatap, yang jelas ia sedang melamun, memikirkan sesuatu.

"Tian!" pekik Raka dari jarak beberapa meter.

Kepala Bastian menoleh, ia berdiri tegak lalu tersenyum dan melambaikan tangan ke arah Raka dan Athea.

Senyuman itu, begitu manis, senyuman yang sangat Athea suka dari diri Bastian.

Raka melepas genggaman tangannya lalu mendekati Bastian dan bersalaman.

"Wiih, makin keren aja lu Bas, gimana kabar lo sehat dan bahagia di London?" sapa Raka akrab pada sepupunya itu.

"Alah lu mah Rak, gua emang udah keren dari brojol, gue sehat, bahagia lumayan. Elo gimana, eh Athea mana?" tanya Bastian celingukan sambil mencari Athea di sisi samping.

"Gua baek lah, lah elu nyari Athea kesamping, noh Athea di belakang." ucap Raka sambil menunjuk kebelakang.

Athea masih terdiam saat Raka melambai mengisyaratkan untuk menghampirinya.

Bastian masih menatap Athea sambil tersenyum, hingga akhirnya ia melangkah mendekati Athea yang tak mau mendekatinya.

Athea masih menatap kosong lelaki yang sedang berjalan di hadapannya, lelaki itu semakin mendekat, sangat dekat, dan tiba-tiba sebuah pelukan terasa begitu erat.

Bastian memeluk Athea erat, "The, gue kangen sama lo, lo apa kabar," bisik Bastian di telinga Athea.

Athea masih tak berkutik ketika Bastian melepaskan pelukannya.

Bastian menjajarkan posisi tubuhnya berhadapan dengan Athea, ia masih memegang bahunya, sedikit membungkuk untuk memandang langsung manik mata Athea.

"Lo banyak berubah yah, penampilan lo sekarang gak kayak dulu, tapi mata tajem ini nih, masih sama aja kayak dulu, nggak berubah." ucap Bastian sambil mengulum senyum.

"Mau apa lo kesini?" tanya Athea kemudian, memberanikan diri untuk bertanya, intonasinya begitu datar dan dingin.

"Gue mau ketemu lo lah, udah tiga tahun kita nggak ketemu, gue kangen tau, emang lo nggak kangen sama gue?" tanya Bastian dengan nada merajuk.

"Nggak." ucap Athea masih sedatar tadi.

Bastian memasang ekspresi cemberut ketika Athea berkata tidak, "Dih gitu banget Thea, biarin lo nggak kangen, yang penting gue kangen dan sekarang rasa kangen itu terobati saat gue liat lo." ucap Bastian lalu mengacak-acak rambut Athea sambil tersenyum senang.

Dalam hati Athea bertanya pada dirinya sendiri, bagaimana bisa, dia tersenyum begitu senang ketika hati Athea malah merasa sebaliknya, bagaimana bisa Bastian melupakan segala luka yang telah ia torehkan di masa lalu padanya, mengapa bisa secepat itu ia berlagak akrab, seperti telah melupakan kesakitan Athea, bagaimana bisa?

"Gue mau pulang." ujar Athea lalu segera berbalik menarik Rindia menuju parkiran.

"Thea bentar," sebuah tangan menghentikannya.

"Apaan?" ketus Athea.

"Biar gue yang nganterin lo pulang." ucap Bastian dengan nada sungguh-sungguh.

"Nggak usah, gue bawa motor sendiri." Athea melepaskan genggaman tangan Bastian lalu kembali berjalan menghampiri motornya.

Athea memasukan kunci dan menyalakan mesin, ia bersiap telah menaiki motornya, namun tiba-tiba Bastian mencabut kunci motor Athea dan memasukannya pada saku jaket.

Mata Athea terbelalak kaget dengan perlakuan Bastian yang tiba-tiba, "Lo apa apaan sih." pekik Athea sebal.

Bastian menatap Athea santai, "Gue kan udah bilang biar gue yang nganterin lo. Dan gue nggak nerima penolakan." ucap Bastian dengan nada mengintimidasi.

"Gue kan udah bilang nggak." ucap Athea sambil menekan kata 'enggak'.

Bastian tersenyum, "Gua gak nerima penolakan pokoknya harus gue yang nganterin lo pulang." balas Bastian sama keras kepalanya.

Rindia dan Raka hanya terdiam cengo menatap kelakuan kedua orang dihadapannya yang sama-sama keras kepala.

"Rese banget si jadi orang." sungut Athea kesal.

"Bodo, yang penting gue nganterin lo pulang."

"Ada maksud apa lo nganterin gue pulang? Mau ketemu Athena lo?" tanya Athea sarkastik.

"Dih so tau banget jadi orang, gue nggak ada maksud lah ngapain juga gue ketemu Athena orang gue pengen ketemu lo doang ke indonesia." ucap Bastian, memandang sebal Athea yang ia pikir hanya mengungkit masa lalunya bersama Athena.

"Taik banget, bullshit kok gak mikir-mikir."

"Enak aja dibilang bullshit, yaudah terserah lo, gue cuman mau nganter lo pulang, titik." Bastian menekan kata akhirnya, ia tak mau mengalah.

"Nggak mau, gue dari tadi bilang nggak mau kan." pekik Athea tak kalah.

"Kalo lo gak mau pulang sama gue, gue bakalan cium lo." ancam Bastian sambil mencondongkan wajah hampir mengenai wajah Athea jika saja ia tidak memundurkan kepalanya ke belakang.

Athea terperangah, "sialan!" gerutu Athea dalam hati.

"Gimana? setuju nggak, lo tau kan gue itu jago banget soal nyuri ciuman, jadi nggak usah nolak permintaan gue kali ini, kalo nggak lu bakalan gue cium lama banget!" ancam Bastian sambil tersenyum jahat ke arah Athea.

"Kalo lo berani nyentuh gue, gue pukul lo." tukas Athea tak kalah.

"Idih balik ngancem, lu bisa apa emang?" tantang Bastian.

Athea geram, dengan sekali tendangan Bastian terjatuh sambil meringis kesakitan.

Athea tersenyum menang, "Apa kata gue, jangan macem-macem lo." Athea beranjak dari motor lalu mengambil kunci motor dari saku jaket Bastian yang masih meringis kesakitan.

"Udah deh jangan lebay, ditendang dikit doang juga." ucap Athea santai.

Athea menoleh ke belakang menatap Rindia dan mengajaknya pulang, "Udah yuk Rin, kita pulang ayo cepetan naik." Rindia mengangguk lalu segera naik ke motor Athea, dengan cepat Athea segera keluar dari halaman sekolah dan menjalankan motor dengan kecepatan sedang ke jalanan.

"Aduh, bro, sorry, si Athea emang suka brengsek gitu." ucap Raka sambil membantu Bastian berdiri.

"Haha nggak papa kok, gue cuman pura-pura kalah aja, biar entar gua bisa cium dia." ucap Bastian sambil tertawa renyah.

"Elu, dari dulu nggak berubah kalo ngibulin cewek." sahut Raka sambil menggeleng takjub.

__________________________________

sisterhoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang