18

246 26 4
                                    

Akhirnya hari minggu pun tiba, pertunjukan akan segera dimulai setengah jam lagi, Athea masih sibuk mengatur posisi anak-anak singgah yang akan tampil, Rindia dan Derrel sudah hampir siap dengan kostum mereka.

Aldi masih dibantu Virga memakai kostum pohon, Berry sedang asik berfoto bersama Dimas dan Elgi sambil menggunakan kostum nenek sihir.

Sepuluh menit tersisa, setelah Athea siap menggunakan kostum ibu dari snow white, Athea mengintip bagian kursi-kursi dari balik tirai panggung.

Semua kursi hampir penuh, hanya tersisa bangku belakang yang masih kosong beberapa kursi. Athea melirik Luna yang sudah tak sabar menunggu, sedang duduk dikursi paling depan bersama bu Fathia, dan anak lain.

"Oke semuanya yuk kumpul dulu bentar." pekik Raka menginteruksi, semua berkumpul membentuk lingkaran.

"Oke, sekarang kita berdoa dulu untuk kelancaran acara kita saat ini, berdoa sesuai kepercayaan masing-masing, mulai." pimpin Raka, semua kepala menunduk berdoa memohon kelancaran untuk acara ini pada tuhan.

"Selesai, oke sekarang kita bakar semangat dulu, acara ini didedikasi kan buat Luna." ucap Raka kemudian mengulurkan tanganya.

"Buat Luna!" sahut Athea, meletakkan tangan diatas Raka.

"Buat Luna." timbal Derrel, diikuti dengan yang lain.

"Sukses!" pekik semua serentak.

Tirai mulai dibuka, suara Dini, moderator dadakan yang di rekrut Raka tadi pagi terdengar syahdu, membawakan pembukaan cerita. Semua lampu mati, hanya menyisakan lampu panggung, Rindia mulai memasuki panggung, menari-menari diiringi lagu.

Luna terlihat begitu bahagia, terlukis dari raut wajahnya yang begitu ceria dibalik wajah pucatnya.

Drama pun hampir selesai, bagian terakhir pun tiba, dimana sang putri dan pangeran menikah dan hidup bahagia selamanya.

Tirai perlahan menutup setelah drama selesai. Lampu kembali menyala. Semua orang beranjak dari kursi dan keluar dari aula.

Tanpa mengganti baju dan menghapus riasan, Athea segera menghampiri Luna yang masih terduduk di bangkunya.

"Luna," sapa Athea.

"Kak Thea, drama nya seru." Pekik Luna riang.

"Makasih sayang, gimana kamu mau foto sama putri dan pangeran?" tawar Athea.

"Iya, mauuu."

Athea menuntun Luna menuju belakang panggung, menghampiri Rindia dan Derrel yang masih sibuk berfoto.

"Rin, Der, sini tuan putri kita mau difoto." ucap Athea.

Rindia dan Derrel menurut lalu menghampiri Luna, berfoto lalu mengobrol bersama Luna.

"Al, bener apa kata Rindi, Athea itu beda banget sikapnya kalau di rumah singgah, gua gak nyangka Athea segitu baek nya ama anak-anak kanker." ucap Berry menghampiri Aldi dan berbasa-basi.

"Dih, lu kenal sama Rindi? Iya sih ya Athea itu baek sebenernya cuman kitanya aja yang selalu berengsek sama dia jadi dianya gitu sama kita ." jawab Aldi.

"Iya, gua minta id line nya waktu pertama ketemu, lumayan kan Rindia cantik abis itu pinter." ucap Berry memandang Rindia dari kejauhan sambil berseri-seri.

"Idih, nyolong start, asal lo tau ya, gua juga suka chat an sama dia lewat bbm, enak aja lo mau rebut dia dari gue, nggak bisa." cerocos Aldi.

"Idih, siapa cepat dia yang dapat lah orang gua yang duluan." sahut Berry tak mau kalah.

"Heh Rindia mana mau sama lo, muke lu udah nyeremin gitu, kemana-mana juga diamah bakal milih gua, orang gua cakep." ucap Aldi so kegantengan.

sisterhoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang