46

201 22 0
                                    

Athena menatap langit-langit kamar yang begitu gelap, sambil merenung, "Udah lama, aku pengen banget tidur sama kak Thea, dan ternyata itu tercapai juga, hari ini, aku seneng banget, bisa belanja, ngobrol bareng, ketawa bareng, masak bareng, semua kayak mimpi, mimpi yang tentunya jadi nyata buat aku, ini indah, sangat indah tapi menjadi buruk ketika, aku sadar bahwa kamu bukan kak Thea, melainkan Yasmine, susah untuk percaya kalau Yasmine bukanlah kak Thea, tapi mau itu benar ataupun salah, aku harus menerima, yang aku mau dari kak Thea cuman satu, kembali jadi kakak aku yang dulu, kak Thea, kalau kamu bener kak Thea, dan denger ini semua, aku cuman mau bilang, maaf sebesar-besarnya, tapi kayaknya semua kata maaf gak sebanding sama apa yang kak Thea lakukan buat aku waktu itu, aku sayang kak Thea, mama juga papa, semuanya sayang kak Thea, apalagi kak Thea adalah satu-satunya keluarga sedarah yang aku punya, gak ada lagi yang lain, oleh karena itu, rasa sayang aku sama kak Thea lebih besar dari siapapun." ungkap Athena berbicara sendirian, berharap mendapat respon dari seseorang di sampingnya, namun ternyata nihil tak ada jawaban sama sekali dari sana.

Hati Athena sedikit kecewa, berarti semua ini benar, dia bukanlah Athea, dia Yasmine pikir Athena.

Athena kembali menarik selimutnya lalu membalikkan badan ke arah kanan, membelakangi tubuh Yasmine, ia mencoba memejamkan mata, hingga sebuah suara terdengar di sisinya, berbalik lalu memeluk tubuh Athena dari belakang.

Athena sedikit terkejut, lalu ia menoleh ke belakang, dan mendapati Yasmine yang tengah menangis dengan mata terbuka.

Athena menyalakan lampu, memandang bingung Yasmine yang kini sedang menutupi wajahnya.

"Kak Thea?" panggil Athena.

Yasmine membuka wajahnya yang ia tutupi memakai selimut, lalu bangkit dan duduk, memandang Athena dan tersenyum.

"Kak Thea?" panggil Athena lagi lirih sambil menangis deras.

Yasmine kembali tersenyum lalu mengangguk, melihat itu, Athena langsung menyambar tubuh Yasmine, memeluknya erat sambil menangis sesenggukan di dalam pelukannya.

"Ternyata insting aku bener, ini kak Thea, kak- aku kangen kakak, maafin aku." ucap Athena di sela-sela tangisannya.

Yasmine menegakkan tubuh Athena, menghapus air matanya yang kini membasahi pipi mulusnya.

"Gue yang harusnya minta maaf, maafin gue, Then," ucap Athea dengan suara rendah.

"Kak Thea nggak salah, ini semua salah aku, aku jahat, aku yang salah, semuanya gara-gara aku." Athena menyalahkan dirinya sendiri sambil masih menangis.

"Gue yang egois, gue yang gak pernah hargain perjuangan orang ini semua salah gue, maafin gue udah bohongin lo Then," aku Athea.

"Tapi kenapa kak Thea lakuin ini?" tanya Athena meminta penjelasan.

Athea memperbaiki posisi duduknya lalu menghirup napas memulai ceritanya dari awal.

"Waktu itu, ketika gue koma, sebenarnya gue udah sadar di hari ke tiga, hari itu, oma yang nemuin gue sadar, tapi gue mencegah oma buat bilang ke dokter." Athea menerawang sejenak mengingat kembali kejadian waktu itu.

Detik dan waktu masih berjalan, ruangan masih tetap hening, hanya terdengar suara alat pendeteksi detak jantung yang mengisi kekosongan ruangan ini.

Oma masih saja setia duduk di sebelah Athea, sudah sejak dua jam lalu ia tak beranjak dari tempatnya duduk.

"Andaikan oma langsung bawa kamu ke Amerika waktu itu The, kamu gak akan berakhir seperti ini." ucap oma lirih, lalu meraih tangan Athea yang terbalut perban dan alat infus.

Detik itu juga, setelah oma berbicara, jari Athea bergerak, matanya terbuka perlahan, masih mengumpulkan nyawa untuk melihat bayangan objek dengan sempurna, setelah penglihatannya jelas, ia mencoba menggerakkan tangan kirinya, menyentuh kepala oma yang tertunduk lesu.

Oma sontak menegak, lalu terperangah memandang Athea yang sudah siuman.

"Oh god, Athea udah sadar, Athea sayang, akhirnya kamu sadar nak, oma panggil dulu dokter ya," oma berdiri namun dengan cepat Athea menahan lengan oma yang hendak beranjak.

"Tunggu oma," sela Athea, suaranya tertahankan karna masker oksigen yang ia kenakan.

Oma kembali duduk mendengarkan ucapan Athea yang sedikit tercekat-cekat, "Bawa aku, bawa aku ke Amerika oma," oma masih setia mendengarkan.

"Biarin, Athea- mati di sini, bawa kehidupan Athea ke Amerika, Athea mau menata ulang lagi- hidup Athea dari awal, tolongin Athea oma, Athea cape ngejalanin hidup yang sekarang." tutur Athea sambil berlinang air mata.

Oma menatap sendu Athea sambil mengusap air mata yang akan jatuh dari matanya, "Iya, apapun keputusan kamu, akan oma dukung, oma akan nolongin kamu, tapi sebelumnya oma mau mengurus kematian kamu dulu disini, serahin semua sama oma." ucap oma meyakinkan Athea.

"Makasih oma, oma satu-satunya harapan- aku, saat ini." jawab Athea lalu kembali menutup mata.

"Iya sayang, iya."

"Setelah itu, hari dimana Raka jenguk gue di rumah sakit, oma menjalankan rencananya, ketika Raka mau keluar dari ruangan, oma mencabut alat pendeteksi detak jantung yang tertempel di dada gue, membuat suara denyutan hilang, dan garis di monitor horisontal, Raka manggil dokter, dan dokter itu pula yang udah oma perintah buat merahasiakan kematian gue, gak ada yang di perbolehkan mendekati tubuh gue waktu itu, dan akhirnya gue dinyatakan meninggal, dan hari itu pula gue di bawa ke Amerika, papa dan mama udah tau rencana ini, mereka nganterin gue ke bandara sebentar terus mengambil alih proses pemakaman dan yang lainnya." jelas Athea kembali bercerita.

"Dan setelah itu, gue masih harus menjalani perawatan di Amerika, hampir 3 bulan gue nggak bisa jalan, Keenan dan Gwen juga oma lah yang udah bantu gue untuk kembali sehat, dan selalu dukung gue, akhirnya gue mengganti identitas gue, dan inilah sekarang, gue Yasmine Wilderman." lanjut Athea.

Athena kembali menangis mendengar tuturan cerita Athea dan malam itu, semua rahasia terbongkar, tidak ada lagi sandiwara dan kebohongan di antara mereka.

***

Raka terdiam, setelah mendengar tuturan cerita Athea sejak awal, ia tidak menyangkanya, ternyata semua yang ia jalani selama ini adalah palsu.

"Gue bersyukur akhirnya lo bisa move on juga dari gue, gue seneng sekarang lo bisa pacaran sama Athena." ucap Athea setelah beberapa menit terdiam.

Raka melirik Athea di pinggirnya, "Lo tau perasaan gue sama lo kan The?"

Athea tersenyum sejenak ke arah Raka, "iya."

"Gue nggak bisa lupain lo gitu aja, di hati gue masih ada lo, gue nggak tau harus gimana." ucap Raka.

"Rak, kita udah sahabatan lama, gue tau semua tentang lo, lo tau semua tentang gue, gue tau perasaan lo dari dulu, tapi gue nggak mau merubah status kita lebih dari sahabat, gue sayang sama lo, sayang banget, gue gak mau kehilangan sosok lo sebagai sahabat gue," jelas Athea meyakinkan Raka.

Raka masih terdiam menunduk.

"Lo udah punya Athena, lo harus sadar itu, jangan pernah sia-sia in perasaan seseorang hanya buat cinta yang gak jelas. Jangan sakitin dia Rak, gue percaya sama lo," Athea mengelus bahu Raka pelan.

Raka menelan ludah, menghembuskan napas kasar, lalu memandang Athea lekat.

Ia mengangguk kemudian, mengiyakan ucapan Athea, Athea pun tersenyum lalu merangkul Raka, memeluknya erat.

sisterhoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang