29

304 27 3
                                    

Mata Berry benar-benar sendu ia menahan ringisan di mulutnya, "dia ... udah nggak ada."

"Lu bohong kan Ber, bohong anjing." tanpa terkendali Athea memukul pipi kanan Berry, Aldi menarik Berry mengamankannya sambil merangkulnya.

"Enggak, enggak, enggak, enggak!! Rindiaa, Rindiaa!" teriak Athea meraung-raung kalap, ia memandang wajah pucat Rindia lalu menenggelamkan wajahnya di atas dada Rindia. Ia kembali menegakkan tubuhnya, kembali menangis histeris, masih berteriak tak karuan hingga Derrel menariknya lalu memeluknya erat, sangat erat.

Athea berontak namun beberapa menit kemudian merasa lemas, ia masih menangis di dada Derrel hingga bajunya basah, tercampur darah dan air mata.

Derrel merangkul Athea sambil menatap sedih Rindia di hadapannya yang sudah tak bernyawa.

Beberapa menit kemudian ambulan datang, segera mengangkut tubuh Rindia, juga Athea yang sudah tak sadarkan diri.

***

"Gue mimpi apa? Mimpi buruk ya? Tadi mimpi buruk?" tanya Athea dalam hati, matanya terbuka perlahan terlihat langit-langit putih bersih.

Suasana hening hanya terdengar denyutan suara mesin, entah apa, juga sebuah panggilan lembut seseorang dipinggirnya, "The, lu udah sadar." ucapnya.

Athea menatap orang di sebelahnya, bayangannya belum sempurna terbentuk di mata Athea hingga beberapa detik kemudian bayangan itu menyusun sebuah sosok lelaki.

"Bastian?" tanya Rindia, matanya lalu melirik ke sekeliling terdapat Mama dan Athena diujung ranjangnya juga seorang perempuan berwajah sangat familiar tepat dipinggirnya, "Rindi," ucap Athea lemah, membuat alis Bastian dan Athena bertaut, Rindia tersenyum manis menyentuh pelan tangan Athea lalu sedetik kemudian bayangannya menghilang, entah kemana.

"Gue dimana?" tanya Athea kembali melirik Bastian.

"Lo di rumah sakit." jawab Bastian.

Athea mengangkat tangan kedua lengannya di perban penuh, begitupun kakinya, "gue, kenapa?"

"Lo tawuran." ucap Bastian yang berhasil membuat ingatan Athea kembali pulih, semua kejadian itu berputar diotaknya, tiba-tiba ia mengangkat tubuhnya, "Rindia, Rindia mana Bas, gue harus ketemu sama dia." Athea memaksa untuk berdiri hingga mendorong Bastian dan Athena yang berusaha menghalanginya. Ia berlari dengan kaki pincang ke luar ruangan, ia berjalan di lorong, mencari-cari keberadaan yang lain hingga ia menemukan Derrel, Berry dan Aldi bersama yang lain berkumpul.

Bastian dan Athena mengikutinya dari belakang.

Berry terlihat menatap kosong benda di hadapannya, Aldi mengelus punggung Berry pelan, di samping mereka terdapat Derrel yang beranjak berdiri di hadapan Athea.

"Kenapa?" tanya Athea suaranya terdengar bergetar bersiap mengeluarkan air mata.

Derrel menarik napas perlahan, sebenarnya begitu berat mengucapkan kata-kata seperti ini pada Athea yang kondisinya sangatlah buruk, "Rindia, udah nggak ada, kita terlambat nolong dia, dia kehabisan darah dan pendarahan di otak. Ini," Derrel mengambil sesuatu dari saku celana seragam abunya yang terlihat kotor dengan banyak bercak darah.

Athea menutup mulut menahan ringisannya yang akan berakhir histeris, Derrel menarik sebelah tangan Athea , dan memberikan sebuah kertas lusuh dengan tetesan darah pada pinggirannya.

sisterhoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang