(S) Love At First Sight

2.1K 141 5
                                    

Siang itu cuaca kota Bandung terasa sangat panas, ditambah suasana kelas tampak ribut padahal sudah waktunya untuk pulang. Tidak seperti biasanya kondisi kelas seperti itu, dimana bel pulang sudah berbunyi namun sebagian besar teman-temanku masih berada didalam kelas, termasuk aku.

Aku menatap kesekeliling kelasku, terlihat beberapa temanku ada yang sedang asyik bergosip ria bersama temannya, ada yang sedang tidur diatas kursi dengan disatukannya beberapa kursi menjadi satu, lalu ada yang memutar musik lewat handphonenya dan mereka mulai bernyanyi layaknya seperti seorang penyanyi ketika sedang perform diatas panggung megah.

Berbeda halnya denganku, maaf aku lupa saat itu aku sedang apa yang jelas aku tidak sedang dalam suasana hati yang baik-baik saja. Aku pikir cuaca panasnya Bandung saat itu membuat moodku sedikit buruk karena badanku terasa gerah, padahal aku tidak melakukan kegiatan apapun. Hingga aku memanggil salah satu temanku yang sedang mengobrol dengan temanku yang lain untuk ikut bersamaku keluar kelas.

"Panas diluar Gi, ngapain keluar?"

"Cari angin ayok!"

Lalu temanku itupun meng-iya-kan permintaanku untuk keluar kelas. Dengan langkah yang tidak bersemangat aku bersama temanku pun sampai didepan pintu kelas dan disambut oleh suara teriakan laki-laki yang meminta kepada temannya untuk mengoper bola basket kepadanya. Lalu aku pun bergeming sendiri,

"Lagi sepanas ini main basket, aneh,"

Hingga tak sadar ternyata temanku mendengar suaraku yang tadi sempat aku ucapkan dan temanku malah mengajakku untuk melihat siapa yang sedang bermain basket dilapang ketika cuaca sedang sepanas itu. Dan terlihat sangat jelas, seragam yang dikenakan beberapa laki-laki dilapang itu terlihat bukan seperti seragam dari sekolahku. Akhirnya temanku itu berjalan menuju lapang diikuti dengan langkahku dari belakang.

"Aku tunggu disini ajadeh," ucapku sambil duduk dikursi panjang yang disediakan tepat disamping lapangan

Aku melirik jam tangan yang sering aku kenakan disebelah tangan kiriku, dan jarum pendek itu tepat berada di angka 2. Pantas saja sepanas ini, ucapku dalam hati.

"Istirahat dulu bro, haus nih haus,"

"Ayo kesana neduh, biar ga panas,"

Aku refleks mendongakkan kepalaku ke sumber suara yang padahal bukan berbicara kepadaku. Seketika aku melihat laki-laki yang sedang bermain basket tadi menghampiriku, maksudku ketempat dimana aku duduk. Entah mengapa, sejak aku refleks mendongakkan kepalaku kearah sumber suara tadi, tatapanku tidak lepas dari seorang laki-laki yang sedang membersihkan kacamatanya. Dari sekitar enam orang laki-laki disana, hanya laki-laki berkacamata itu yang membuat kedua kelopak mataku tidak berkedip. Tenang saja, bibirku tidak membentuk huruf O ko.

"Heh Gi, belum pulang?"

Ternyata ada teman sekelasku yang ikut bermain basket juga, sedari tadi aku duduk dan aku tidak menyadari ada temanku juga ikut bermain basket?

"Hah? Eh? Oh belum, Hun, belum. Nunggu mataharinya pulang dulu,"

"Ohahaha, tumben,"

Aku gelagapan, aku gak karuan. Ketika aku mengembalikan pandanganku lagi ketempat awal dimana aku melihat laki-laki berkacamata itu, ternyata laki-laki itu sedang berjalan kearahku, lebih tepatnya melewatiku dan bergabung bersama teman-temannya.

Namun laki-laki itu tidak melewatiku begitu saja, aku melihat dengan sangat jelas ada sebuah tarikan dari bibirnya yang bisa di definisikan bahwa itu adalah sebuah senyuman. Dan senyuman itu disertai dengan anggukan kepalanya kearahku. Saat itu aku langsung menyadari bahwa sengatan bisa menyengat bukan hanya dari aliran listrik saja, namun dari aliran senyum seseorang juga bisa membuat kita tersengat hingga mematung. Setelah mematung beberapa detik, akupun lalu membalas senyuman dan anggukan itu dengan tersenyum kembali kearahnya.

"Ih cie, di senyumin.." ucap temanku kembali dari lapangan

"Anak mana itu?" jawabku pelan lalu menggigit bibir bagian bawahku menahan senyuman yang akan merekah dari bibirku

"Trinasakti Gi, yang di Dago ituloh,

Gi, dia duduk pinggir kamu, Gi, cepet balik badan , Gi!"

--

Sedang serius-seriusnya aku bercerita, Chanyeol malah memberhentikanku dengan tangannya yang memegang tissu mengarah pada bibirku.

"Kalau cerita tuh fokus cerita aja, jangan sambil makan juga. Jadi kemana-mana nih,"

"Hahaha, kasian kalau dianggurinkan," jawabku lalu tersenyum

"Terus gimana lanjutannya? Kamu seneng ga aku duduk pinggir kamu gitu?"

"Ya menurut kamu gimana sampe bisa aku sama kamu jadi kita kayak gini coba?" aku malah membalikkan menjadi pertanyaan lagi

Dan setelah itu aku melihat merah meronanya pada wajah pacarku, Chanyeol. Tanpa aku jawab, aku yakin dia tahu apa jawabanku, karena aku yakin apa yang aku rasakan dahulu ketika kita pertama bertemu dirasakan juga oleh dia. Aku yakin.

Dan karena dia, aku percaya (lagi); Bahwa Love at First Sight itu, ada. Bahwa Love at First Sight itu, bisa terjadi pada siapapun dan kapanpun.

HomeWhere stories live. Discover now