Get Sick-2

271 46 7
                                    

Chanyeol

Mendapat kabar dari Wendy bahwa kamu sakit, Gi, aku sepulang dari Jakarta bergegas menuju rumah kamu setelah aku membersihkan diri dirumah terlebih dahulu. Berkunjung dengan kecepatan yang bisa dibilang super karena aku mengunjungi sebuah mini market dan barang yang aku ambil adalah barang yang aku lihat. Jadi, otomatis ketika aku melihat sebuah snack atau makanan lainpun langsung saja aku ambil dan segera aku menuju kasir untuk kubayar.

Aku melihat wajah tenang kamu ketika kamu sedang tidur, membuatku lebih tenang juga. Setelah beberapa hari aku tidak melihat kamu secara langsung, akhirnya sore ini aku bisa melihat kamu meskipun kamu saat ini sedang sakit. Ketika aku datang, kudapati Wendy sedang merias wajahnya dan tidak lama ketika aku masuk kedalam kamar kamu pun Wendy pamit pulang karena ia harus bekerja. Hingga akhirnya gantian aku yang menunggu kamu. Hingga kamu terbangun dan langsung menanyakan makanan.

"Nadia siapa, Yeol?"

Aku masih sadar ketika kamu meminjam ponselku untuk membuka instagram kamu di ponselku. Aku pun tidak merasakan akan sesuatu yang akan terjadi pada ponselku. Namun ketika kamu bertanya seperti itu, aku sedikit panik.

"Hah? Nadia? Oh, kenapa dia chat?" jawabku memasang wajah santai padahal jantungku sedang berdegup kencang

"Iya, dia siapa?" jawab kamu lagi

Tadinya aku berfikir untuk tidak mengatakan apapun tentang rekan kerjaku itu, Nadia. Tapi kadang aku juga berfikir untuk mengatakannya karena bagaimanapun aku harus terbuka kepada calon istriku, iya kan? Iyalah, Seulgi kan sudah menjadi tunanganku.

Namun takdir berkata lain, sore ini bukan rezekiku untuk temu rindu bersama kamu, Gi.

Seperti yang sudah aku katakan sebelumnya, Nadia adalah rekan kerjaku. Rekan kerjaku sewaktu aku dipekerjakan didaerah kota Bogor. Untuk status asmara pun, dia sama sepertiku sudah mempunyai tunangan. Mungkin bedanya Nadia kurang lebih dua bulan lagi ia akan menikah.

Ada dua cerita yang belum aku ceritakan kepada kamu Gi, mungkin untuk yang pertama ini tentang sebuah kesalahan atas kelalaianku terhadap pekerjaan sewaktu aku ditugaskan di kota Bogor. Kesalahan itu dilihat oleh Nadia, karena pada saat itu pekerjaan yang sudah kuselesaikan harus diberikan kepada Nadia dan aku juga sedikit lega karena ia mampu melihat kesalahan terkecil yang dampaknya akn besar apabila ketahuan oleh atasanku.

Namun sayang, kejadian ini mungkin dimaafkan secara terang-terangan oleh Nadia. Ia meminta aku untuk menjadi teman chatnya, Gi. Aku tahu ini permintaan yang konyol, namun karena permintaan yang sederhana ini maka aku setujui. Dia bilang anggap saja sebagai tanda terimakasih. Chatpun tidak macam-macam, hanya saja setiap pagi Nadia selalu memberikan aku kata 'good morning'. Untuk dua minggu pertama aku biasa saja karena disitupun aku merasa bersalah atas pekerjaanku yang akan fatal, namun aku juga akhirnya risih akan segala isi chat Nadia yang ia kirimkan kepadaku. Terlebih aku juga merasa berdosa kepada kamu Gi. Aku juga bingung aku harus mengatakannya dari mana?

Aku pikir selesainya aku ditugaskan bekerja di Bogor, berakhir pula hubunganku dengan Nadia. Namun sayangnya tidak, ia terus mengirimiku beberapa pesan disetiap harinya. Memang tidak setiap waktu, namun setiap harinya pasti ada saja pesan yang ia kirim masuk kedalam notifikasi pada ponselku. Aku juga tidak bisa untuk menghapus nomer ponselnya atau memblokirnya, karena suatu waktu aku akan butuh karena perkerjaanku dengan pekerjaannya saling berhubungan.

"Kenapa kamu ga bilang sama aku, Yeol?" ucap seulgi memotong ceritaku dengan air mata yang sudah berada diujung matanya

"Iya maaf, tapi ini aku bilang dari a-z Gi,

Dia mengirimiku pesan lagi karena sebelum kerumah kamu, aku menyempatkan diri untuk mengirimi beberapa pesan kepada Nadia supaya ia tidak mengganggu waktuku untuk bertemu kamu, Gi. Tetapi ia malah mengirimiku pesan, lagi. Pada pesan tersebut Nadia mengatakan bahwa aku akan sebentar menemui kamu, karena memang tadinya akan seperti itu karena Wendy pada saat ditelfon pun mengatakan bahwa orangtua kamu akan segera pulang.

Oke,Gi aku minta maaf. Lagi pula aku balas chatnya ga kayak aku kekamu, Gi. Ya mana mungki juga aku suka sama tunangan orang yang bentar lagi nikah, kan Gi?" ceritaku lagi sembari meyakinkan Seulgi yang sudah menangis tersedu-sedu

Aku tidak tahu keadaan akan seburuk ini, bahkan ketika Seulgi sedang sakit seperti sekarang ini. Aku tidak tega untuk meneruskan cerita yang akhir-akhir ini aku tutupi padanya. Aku mencoba untu meredakan sedikit tangisannya dengan aku menarik kedua tangannya untuk dapat ku rengkuh badannya. Namun Seulgi menepiskan dengan tangannya secara keras, kamu marah sama aku Gi, kamu nolak pelukan aku.

"Aku gaakan kayak gini kalau kamu bilang dari awal, Yeol. Kamu bukan anak sekolah lagi untuk harus aku tanya 'kamu lagi ngumpetin sesuatu ga?' atau 'kamu lagi bohong ga?' kamu gaperlu nunggu aku harus bertanya kayak gitu lagi," ucap kamu dengan menggerak-gerakkan tangan kamu mengarah kepada dada kamu yang mungkin menandakan 'aku sakit'

"Sayang, iya aku minta maaf, ak....."

"Aku bosen kamu berurusan sama cewek terus. Chanyeol aku capek, aku lagi ga baik-baik aja sekarang ditambah sama cerita kamu itu, kamu mending sekarang pulang aja kamu juga harus istirahat," ujar kamu mengusirku namun aku tetap pada posisi dimana aku sedang duduk disamping kamu sekarang

"Gi, aku ga punya hubungan apa-apa selain rekan kerja Gi. Aku juga gapunya niat untuk sama cewe lain itu aku ga ada dan gapunya niat sedikitpun. Gi, kamu masih percaya aku kan?" ucapku mungkin sedikit bodoh akan pertanyaan tersebut

"Harusnya aku yang nanya, kamu masih percaya aku ga? Kalau kamu masih percaya, terus kenapa ga bilang sama aku? kenapa kamu ga cerita sama aku?"

SUDAH TERDUGA. Selamat Chanyeol, selamat menjawab juga selamat menikmati hasil pengumpatan sebuah cerita yang kamu simpan dan tutupi rapat-rapat kini akan segera berakhir dengan akhir yang belum terlihat bagaimana ujungnya.

"Sayang, aku cuma balas budi sama Nadia. Aku sama dia gapernah ketemu, gapernah telfon atau bahkan video call aku gapernah. Aku ga sampai sejauh itu, aku juga inget kamu, aku inget aku udah punya tunangan. Bilang sama aku, aku harus gimana? Kamu mau aku gimana sekarang, Gi?"

"Ya kamu bilang dari awal dong, jangan udah sejauh ini dan kamu baru bilang. Kayaknya kalau aku ga pinjem HP kamu sekarang kamu juga bakalan tetap ga cerita sama aku, iya kan?"

Mau bagaimana lagi, seberapapun saya membela diri tidak akan membuat semuanya akan seperti sedia kala. Malah mungkin akan terlihat semakin salah karena terlalu membela diri sendiri, tidak apa-apa. Bahkan mungkin semuanya memang sudah full kesalahanku sehingga bagaimanapun pembelaan aku akan tetap salah dimata kamu.

Dengan sekuat tenaga, aku menarik tubuh Seulgi kedalam rengkuhanku untuk ku peluk. Ku usap kepala bagian belakangnya, kutepuk-tepuk punggungnya mengartikan supaya tangisannya mereda, namun ternyata tangisannya semakin kencang ya mungkin karena efek sedang sakit juga ditambah melihat chat Nadia. Maaf ya, Gi..

"Udah Gi, nanti obatnya lama bereaksi. Aku minta maaf yah," ucapku masih memeluk kamu

"Temuin aku sama dia, Yeol," jawab kamu

Ini nih, kamu selalu ingin tahu siapa orang yang menjadi masalah pada hubungan kita. Maksudnya, ya untuk apa ditemui? Toh aku juga tidak pernah menemuinya, malah aku tidak mau.

"Mau ngapain sih? Udah lebih cantik kamu ko, jauh lebih cantik malah. Udah ya nangisnya, nanti kalau ada chat lagi aku kasih tau kamu yah, aku janji,"

Tidak menjawab namun begitu terasa pada bagian dadaku kamu menganggukan kepala, lantas dapatkah aku menyimpulkan bahwa kamu sudah memaafkan aku kan, Gi?

Makasih ya, Gi, kamu sudah banyak sabar untuk aku. Susah memang punya cowok yang jadi idaman para wanita, Gi, hehehe. Terlebih aku juga pernah ada diposisi kamu sekarang, susah punya cewek yang banyak 'disayang' orang-orang kayak kamu. Mungkin kita terlalu baik sama orang ya, Gi?

"Gi, aku sayang kamu, hehehe"

"Iya, aku juga, hehehe"

Kesempatan tidak datang dua kali, kupeluk dengan erat begitu kamu akan melepas pelukanku ketika kamu menjawab pernyataanku. Aku rindu, Gi.

Heheheh.


HomeWhere stories live. Discover now