(S) Jealous

367 40 9
                                    

I never like Sunday. Karena setelah hari Minggu adalah hari Senin, masuk kerja dengan jam yang lebih awal artinya ketika hari Senin tiba aku harus bangun lebih pagi dari hari-hari biasanya dan siapapun yang merasakan hal yang sama denganku, kita teman.

Tapi hari Minggu ini, rasa benciku rasanya berlipat-lipat. Sebenarnya sih lebih merasa kesal karena hari ini adalah jadwalku bertemu Chanyeol. Hm. Mana dia belum kelihatan, lagi. Padahal sudah hampir satu jam aku menunggunya menjemput ke rumahku. Ditelepon-telepon juga ponselnya tidak diangkat, kebiasaan nih kalau ngambek kayak gini.

Aku bukannya ingin membandingkan dia dengan pacar teman-temanku, misal pacarnya Wendy. Aku bahkan tidak peduli dengan momen-momen mereka, yang aku pikir lebih menarik dari momenku bersama Chanyeol. Namun untuk sifatnya Chanyeol yang sekarang ini, aku bingung harus bagaimana lagi.

Siang itu, aku sedang makan siang bersama salah satu rekan kerjaku, Jio namanya. Sebenarnya aku sudah mengajak Wendy untuk ikut makan siang bersama kami, namun dia menolak karna pasiennya belum selesai ia urus. Maka akhirnya hanya aku dan Jio yang pergi makan siang, tidak jauh dari lokasi tempat kerjaku.

Aku tidak tahu jika Chanyeol ada disana juga, dia memberi tahuku setelah malamnya tiba dan dia tidak mendengar lebih dulu penjelasan dariku.

'aku gasuka kamu pergi makan berdua doang sama cowok, Gi. siapapun itu.'

Ya ampun. Aku sampe berpikir apa Chanyeol sedang memata-mataiku? Atau dia mengirimku seorang paparazi?

Ah tidak. Maksudku, hubunganku dengan dia sudah terjalin bertahun-tahun. Lalu apa dia setidak percaya itu kepadaku? Selama itu aku tidak boleh berkomunikasi dengan rekan laki-laki ku? Lalu bagaimana dengan dia yang selalu pergi meeting kemanapun bahkan sampai keluar kota dengan Gysta, rekan se-divisi yang kabarnya memiliki perasaan pada Chanyeol semenjak bergabungnya Gysta bersama Team Chanyeol.

Kadang aku kesal sendiri, meskipun aku tidak melihatnya secara langsung namun aku juga bersyukur hanya mendapat kabar Chanyeol akan keluar kota bersama Gysta, sudah membuatku merasa tidak enak hati apalagi jika aku melihat mereka? Mereka lebih sering berpergian, dibanding aku dengan Gio yang bisa terhitung untuk pergi makan, makan saja.

"Ko teleponku ga di angkat?" tanyaku setelah duduk didalam mobil sembari memasangkan sabuk pengaman tepat ditubuhku

"Tanggung, lagi nyetir," jawabnya singkat

Hfffffffh.

Aku membuang nafas asal, terkadang Chanyeol semenyebalkan itu. Kalau tidak sedang membawa kendaraan, sudah aku peluk dan tidak akan aku lepas lagi.

"Sekarang kita mau kemana?"

Lagi-lagi aku yang memulai percakapan.

"Terserah,"

Hfffffffh.

Lagi-lagi aku membuang nafas asal, kali ini disertai rasa kesal.

"Bisa ga sih mengefektifkan waktu dengan ga jawab pake kata 'Terserah' ? Itu tuh bukan jawaban," ucapku dengan sedikit menaikan nada suara

"Yaudahsih gausah emosi, ini aku juga lagi mikir mau kemana,"

"Ya Tuhan, kamu sadar ga sih kamu lagi nyebelin, Yeol? Dari kemarin kamu annoying banget,"

"Terserah," balasnya

Hfffffffh.

Aku menyerah. Aku memilih untuk diam saja sampai dia yang mulai cari topik duluan untuk berbicara denganku. Aneh, umur sudah tua tapi berantem saja seperti pacaran anak SMP. Gemes-gemes menjengkelkan.

HomeWhere stories live. Discover now