(C) Salah Tingkah

367 58 4
                                    

"Telat gak sih kita, Yeol? Sorry telat bangun abisnya," ucap kamu ketika masuk kedalam mobilku sambil mengatur nafas yang tidak teratur akibat berlari menuju mobilku

Jadwal masuk kerja aku dan kamu itu berbeda, aku masuk pukul 09:00 dan kamu pukul 08:00. Hari itu ketika aku menjemput kamu pukul 07:25 dan ditambah waktu dimana aku menunggu kamu sekitar dua puluh menit, maka kamu tahu berapa menit lagi menuju waktu masuknya kamu kerja, Gi? Tersisa lima belas menit lagi.

Aku gak ngerti mengapa perempuan itu diciptakan untuk berlama-lama dikamar mandi? Aku yakin telatnya kamu itu bukan hanya karena kamu telat bangun, tapi dikamar mandipun aku yakin kamu pasti lama padahal hari itu aku juga tidak melihat rambut kamu yang basah, lalu belum lagi kamu bedakkan, lipstickkan, sisiran, apalagi coba istilah yang selalu perempuan persiapkan ketika akan pergi kemanapun ia akan pergi?

"Aku jadi gak sempat bedakkan tau gak?" sambung kamu lagi sambil mengeluarkan alat-alat make up dari tas yang kamu pakai

"Ya ampun, Gi. Terus dari tadi ngapain aja?" tanyaku penasaran dan sekaligus memastikan jawabannya seperti apa yang aku duga atau tidak

"Aku mandi lah,"

Mandi saja hampir menghabiskan waktu setengah jam, dan itu hanya mandi biasa tanpa keramas. Aku tak berhenti menggeleng-gelengkan kepala ketika mendengar jawaban kamu seperti apa yang sudah aku duga sebelumnya, Gi. Jika kamu bisa menghabiskan tiga puluh menit untuk mandi saja, mungkin aku sekarang sudah sampai menuju kantorku, Gi, mungkin juga sekarang aku sedang menyesap kopi buatanku sendiri sambil duduk santai didepan komputer yang menjadi sahabatku ketika bekerja.

Lalu kunyalakan mesin pada mobilku, dan mulai kulajukan dengan kecepatan yang standar. Aku menganut kata-kata yang ada didalam sebuah banner berukuran sedang yang biasanya terpampang jelas dijalan yaitu 'Dahulukan keselamatan, keluargamu menunggu dirumah.' Itu good reminder sekali untuk pengendara yang waras, seperti aku. Maka setelat-telatnyapun aku akan memelajukannya dengan kecepatan yang tidak terburu-buru alias standar saja.

Keluar dari komplek rumah kamu sampai menuju lampu merah pertama didaerah dago aku gak berhenti memperhatikan kamu yang sibuk memakai segala make up pada wajah kamu. Begitu seriusnya sampai aku di acuhkan.

"Serius banget sih, Gi. Ini apa an nih?" tanyaku sambil mengambil salah satu barang ditempat alat make up milik kamu

"Don't touch it! Liptint itu, eh aduh megangnya jangan gitu, gimana kalau carirannya tumpah coba?"

Ya ampun, Gi. Kalaupun iya tumpah aku ganti, kalau perlu aku beli juga pabriknya buat kamu. Memang ya, Make up itu hartanya perempuan. Hanya memegang saja sudah seperti sedang memegang gelas kaca yang diberi tulisan 'Pecah berarti membeli'. Seberharga itu.

Belum juga aku menutup rapatnya lagi si Liptint itu, kamu sudah merebutnya dariku, Gi. Karena lampu merah di daerah Dago itu bisa menghabiskan waktu dua menit, aku yang merasa diacuhkan akhirnya terus mengambil barang make up yang berada di tas yang berukuran kecil kamu untuk aku lihat-lihat.

Kuperhatikan dengan seksama alat-alat make up kamu yang bentuk cairannya secair Liptint yang aku pegang barusan itu ternyata ada lima, Gi. Padahal warnanya sama semua, menurutku. Tidak hanya Liptint, disana juga terdapat beberapa lipstick. Jangan salah paham dulu, aku bisa bilang begitu karena aku membukanya dan bentuknya seperti stick, jadi sudah kuduga bahwa itu adalah lipstick.

Setelah mengubrak-abrik isi tas make up kamu, akhirnya aku mendapatkan salah satu Liptint yang menurutku kamu jarang sekali memakainya.

"Gi, pake yang ini dong," kataku sambil menunjukan Liptint yang aku pegang

HomeWhere stories live. Discover now