(S) Kamu dan Phobiaku

353 51 1
                                        

Jika hari ini adalah dihari satu bulan yang lalu berarti aku sedang mengantarkan kamu ke bandara Husein untuk menuju ke Singapore. Tepatnya adalah ketika malam hari, malam dimana kota Bandung tercinta ini sedang diguyur hujan yang tidak kunjung henti sejak sore hari.

'Kalau suatu hari nanti aku bakal terus bulak-balik Bandung-Luar Negri, kamu gak papa kan Gi?'

Suara tersebut terdengar jelas dari ponsel disebrang sana ketika sehari sebelum keberangkatan menuju Singapore. Sesungguhnya, tidak ada manusia yang perasaannya biasa-biasa saja ketika akan ditinggalkan oleh seseorang yang dicintainya, entah itu jarak yang hanya beda kota, pulau, ataupun negara. Itu yang aku rasakaan dihari itu, Yeol.

Kamu tahu aku takut ketinggian, Yeol. Kamu juga tahu alasan mengapa aku takut ketinggian, maka dari itu ketika kamu memberitahuku bahwa kamu ditugaskan pergi ke Luar Negri untuk bertemu client disana wajahku langsung pucat pasi. Aku yakin kamu menyadari wajahku yang sudah pucat pasi meskipun kamu tidak sedang bersamaku dihari itu.

"Everythings gonna be ok, Gi. Ko kayak lama gitu jawabnya, kamukan udah sering aku tinggal ke luar kota. Sekarang bedanya Negri, dan gak bakal jauh beda. Aku bakal kontak kamu terus kalau udah sampe sana, aku juga bakal balik lagi dengan keadaan yang semakin tampan, Gi."

Kamutuh senang kalau ditugaskan keluar Kota bahkan sekarang mulai jauh menjadi ke luar Negri. Kamu senang liburan, aku tahu. Meskipun kamu ditugaskan untuk bekerja bukan liburan, aku juga yakin kamu pasti sempat-sempatkan untuk mengelilingi daerah dimana kamu ditugaskan. Apalagi sekarang ke luar Negri, mana mungkin kamu menghabiskan waktu dikantor client dan berdiam diri dikamar hotel saja. Dari dulu sama sekarang hobby kamu gak berubah, suka main.

"Kamu tau aku larang kamu pun kamu pasti tetap bakalan pergi, ya kan?" jawabku

Iya, bagaimanapun aku melarangnya kamu pasti akan tetap pergi karena ini sebuah tugas yang diamanatkan oleh atasan kamu, kesempatan emas tidak akan datang dua kali, alasannya pasti begitu. Dan aku juga tidak bisa menahan kamu karena alasan phobiaku karena takut ketinggian, sangat konyol jika aku mengutarakannya meskipun mungkin kamu memang berfikir seperti itu.

Kebayang gak sih kalau tiba-tiba cuacanya jadi mendung terus pesawatnya gimana? Kebayang gak sih kalau tiba-tiba jatuh dan jatuhnya dilaut? Kebayang gak sih.... ya gitu sih maksud dari ketakutanku ini. Jangan dipikir aku takut tanpa pernah merasakannya, jelas aku sudah pernah merasakan bagaimana rasanya naik pesawat. Meskipun hanya menuju Yogyakarta, tetap saja rasanya ketika aku didalam pesawat itu sama lamanya seperti aku menuju Yogyakarta menggunakan bis. Apalagi ketika pesawat akan Landing. Im so sorry, word can't describe this.

"Lha emang kamu kapan larang aku pergi, Gi? Kamu selalu bolehin aku kan? Kalau kamu gak izinin, aku gak bakal pergi, aku tinggal bilang passportku masih proses pembuatan. Ya kan?"

Ya iya aku selalu mengizinkan karena jaraknya hanya beda kota, dan yang utama itu karena kamu tidak perlu menggunakan transportasi udara. But now? Beda Negara, Yeol. Awal Singapore, besok-besok kemana? Amerika? Korea? Meskipun 'Oppa-ku' diKorea sana, aku tidak berniat untuk mengunjunginya, Yeol. Kecuali jika menggunakan kendaraan darat menuju Korea, Yuk aku mau. (ya kali)

"Kamu jangan gitu dong, akukan belum jadi istri kamu. Jadi semua keputusan jangan menurut aku. Lagian inikan tuntutan pekerjaan kamu, masa aku larang-larang. Gak usah dipikirin tentang phobiaku, Yeol."

Dan kamu menjawab,

"Suatu hari nanti aku bakal ilangin phobia kamu itu, Gi. Aku janji."

--

Lalu ketika waktu sudah menunjukan pukul 20:30.

"Gi, gue tunggu dimobil ya. Bro, semoga sampai dan balik dengan selamat. Pesanan gue jangan lupa, tiati, Bro" ucap Senna sambil menepuk lengan kamu

HomeWhere stories live. Discover now