00; prologue.

8.3K 735 31
                                    

"Yer,"

Perempuan cantik yang dipanggil sedang mengemasi barang-barangnya, bersiap-siap untuk pulang kerumah.

Perempuan itu yang memiliki nama asli, Kim Yerim atau biasa lebih akrab dipanggil Yeri itu menoleh.

"Kenapa, Bantete-ku?"

"Sumpah, pas gue ceritain, lo jangan ngedown ya, jangan berubah, jangan ngamuk, jangan nangis. Kalo lo ngelakuin itu, sumpah, gue bingung mau ngapain." Jelas Yoojung panjang lebar membuat Yeri bingung.

"Kenapa, sih, nggak biasanya?" Tanya Yeri penasaran kepada teman sebantetnya itu, Yoojung.

Perasaannya sudah nggak enak.

"Mark," Yoojung terlihat gelisah, antara mau bilang ke Yeri atau tidak.

Sedangkan Yeri udah gemas sendiri nungguin Yoojung yang ngomongnya tersendat-sendat gini.

"Mark? Kenapa sama Mark?" Yeri udah benar-benar gemas sama Yoojung. Sekarang udah sore, dia nggak dibolehin pulang sore, karena bisa-bisa dipites sama Mamanya.

Yoojung menghembuskan nafasnya, "Mark,"














"Mark, pacaran sama Koeun. Tadi, dijam istirahat."

Nafas Yeri tercekat seketika, tiba-tiba sekujur tubuhnya lemas. Buku yang sempet dia tenteng udah jatuh kelantai. Lalu dia ngeblank tiba-tiba.

"Ah, Mark Tuan, kan? Kakak kelas kita yang ganteng itu? Hahaha." Yeri tersenyum hambar. Dia yakin, yang Yoojung maksud itu Mark Tuan, wakil ketua osis disekolahnya.

Yoojung menggigit bibirnya, lalu menunduk sambil memainkan jari-jarinya, "Bukan Mark Tuan, Yer."

"Mark Lee, cowok yang udah lo taksir sejak jaman kelas 2 SMP." Lanjut Yoojung sambil mencengkram tas selempangnya.

Dada Yeri seperti tercabuk-cabuk, cowok yang dia taksir selama 3 tahun, udah pacaran sama orang lain, mantan sahabatnya. Dia berusaha keras untuk menahan tangisnya agar tidak pecah.

Lagi-lagi Yeri tertawa hambar, "Ah, ngaco deh lo,"

Yoojung terlihat makin gelisah, lalu Ia menepuk pelan bahu Yeri yang terlihat bergetar, "Yer, gue, serius...."

Air mata yang Yeri tahan sudah nggak bisa dibendung lagi. Dia menangis keras, untung kelas sudah lumayan sepi. Isinya cuma Yeri dan Yoojung saja.

"Ternyata ya.... Cowok itu buaya, dia... Deketin gue buat apasih?" Ujar Yeri disela isakan tangisnya.

Yoojung yang melihat itu nggak tega. Ia langsung memeluk perempuan yang hampir mempunyai sama tinggi dengannya.

"Maafin gue, Yer. Seharusnya gue nggak kasih tau elo,"

Isakan Yeri makin keras. Membuat Yoojung makin merasa bersalah.

Yoojung terus menepuk pundak Yeri, "Udah, Yer, jangan nangis lagi.... Gue minta maaf, sumpah.... Kembali dong, jadi Yeri yang selalu bahagia dimata gue,"

Yeri terus terisak, sampai akhirnya isakan tangisnya sudah mereda.

Ia melepas pelukan Yoojung pelan, lalu menghapus jejak airmata yang berjatuhan dipipinya.

"Anjir, Yer! Beler banget muka lo, makin jelek." Pekik Yoojung, berusaha mengganti topik dan membuat Yeri tertawa, tapi kayanya percuma.

Yeri tersenyum tipis.

"Choi Yoojung,"

"Hm,"

"Janji lo yang nyuruh gue buat jangan galau, jangan ngedown, dan lain-lain,"

















"Gue nggak janji buat nepatinnya."

Mágoa [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang