Chapter 3

268 66 49
                                    

Ketika Tuhan mempertemukan dua insan yang berbeda, akan ada cerita 'kita' disetiap dentingan waktu.

.
.
.
.

Hembusan angin malam leluasa masuk melalui jendela kamar Agatha. Ia menepuk-menepuk keningnya, otaknya mulai mumet menghafal rumus-rumus matematika untuk ulangan besok.

"Sin, cos, ta.. Aduhh sumpah pala gue mau pecah" rengek Agatha.

Sudah hampir 1 jam ia menghafal, tapi tak satu pun rumus yang melekat di otaknya.

"Kalo gue bawa contekan, pasti buk Lia bakal tau. Gue harus cari cara buat besok" pikir Agatha.

Ia beranjak dari meja belajarnya. Ia menghempaskan tubuh mungilnya di atas kasur, gadis itu memandang langit-langit kamarnya. Agatha memejamkan mata dan membayangkan sosok wanita yg ia rindukan ada di sampingnya, mencium keningnya dan mengucapkan 'good night Thatha'

Agatha menyusuri koridor rumah sakit. Ia terhenti di ruang ICU, gadis itu terdiam melihat seorang wanita yg tengah terbaring lemas. Monitor jantung wanita itu memberi gambaran rekam jantung berupa irama vertikal fibrilasi , dokter segera memberi alat defibrilator (alat pemacu jantung) pada wanita itu. Kejutan pertama tak memengaruhi kinerja jantung wanita itu, kejutan jantung ke-2 pun sama. Hingga kejutan jantung ke-3 monitor jantung itu memberi gambaran garis lurus, yg artinya jantung wanita itu sudah tidak bekerja, wanita itu telah tiada.

"Mama" teriak Agatha, tubuhnya terguncang hebat menahan sesak di dadanya. Ia bermimpi kehilangan wanita yg paling ia cintai.

"Demi Tuhan, Agatha mohon jangan ambil mama. Hiks..hiks.." Tangis Agatha.

Kriinggg...kkkriiinggg... Suara jam beker memecah tangis Agatha. Gadis itu melirik jam beker yg sudah menunjukkan pukul 7.00 pagi.

"Aaa gila telat lagi dehh" ucap Agatha sambil menepuk keningnya.

***

"Aduhh Pak Dudun liat ni Gatha telat lagi! Pak Dudun nyetirnya lelet sih!!" Ucap Agatha kesal.

"Ya ampun non, ini kan karna non Gatha bangun siang. Kok malah sal--" ucap Pak Dudun terhenti, Agatha membuka pintu mobil dan menutupnya dengan keras, menandakan bahwa gadis itu sangat kesal saat ini.

Agatha bergegas menuju gerbang sekolah yg kini telah tertutup rapat.

"Udah bangun siang, terus telat, udah gitu gak bisa ikut ulangan buk Lia" keluh gadis itu.

Agatha merasakan kehadiran seseorang di sampingnya. Ia menoleh dan mendapati senior itu--Raka, berada tepat di sampingnya.

"Lo telat juga" tanya Agatha.

Raka hanya menjawab dengan anggukan tanpa menoleh pada gadis itu.

"Gimana caranya ya biar gue bisa masuk" pikir Agatha.

Raka berbalik badan dan beranjak pergi.

"Ehh tunggu!!" Ucap Agatha menghentikan langkah Raka.

Raka terhenti dan menoleh, kini dua pasang mata itu saling bertemu. Agatha terpesona memandang wajah senior cogan itu. Ganteng, cuma kata itu yg terlintas di pikirannya kini.

"Hey sakit jiwat!" udah puas mandangin muka gue" ucap Raka, membuyarkan pikiran Agatha.

"Lo manggil gue sakit jiwa?" Gue punya nama ya!"

Before Hate After Love [slow update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang