Chapter 17

118 15 0
                                    

Jangan dateng dan pergi seenak jidat! Lo pikir hati gue tempat umum yang bebas didatengin dan lo pergi gitu aja?

.
.
.
.

"Nih" ucap Galih sambil menyerahkan tumpukan dokumen yang berisi biodata siswa di SMA itu.

"Thank's"  ucap Juan seraya membuka satu persatu dokumen itu.

"Kenapa sih diantara Nantha, Rayn, Raka, selalu gue yg ditunjuk kalo udah masalah informasi?" tanya Galih.

"... lagian siapa sih yang lo cari? Gak bisa apa lo kasi tau namanya dari pada lo nyuruh gue mati-matian berjuang demi setumpuk dokumen ini" keluhh Galih pada Juan.

Namun cowok itu tidak peduli, ia malah sibuk mengotak-atik dokumen itu mencari-cari nama seseorang.

"Emng siapa sih yg lo cari?" tanya Galih untuk yg kesekian kalinya.

"Someone" jawab Juan singkat.

"Yes, I know" ucap Galih memutar bola mata malas. "Maksud gue, namanya siapa?" sambungnya.

"Thatha" ucap Juan, Galih hanya diam menunggu Juan melanjutkan ucapannya.

"Gue gak yakin kalau itu dia, tapi pendengaran gue gak mungkin salah" ucap Juan masih sibuk dengan dokumen itu.

Tangan Juan terhenti pada sebuah dokumen yg tertera nama seorang gadis yg selama ini dicarinya. Matanya memanas, dadanya terasa sesak, setelah setahun lebih akhirnya Juan menemukannya.

Bahakan gadis itu selama ini ada disekitarnya, bagaimana mungkin Juan telat menyadari? Seketika ingatannya memutar kejadian di masa lalu, apakah gadis itu akan memaafkannya?

Tanpa disadari Juan meneteskan air mata, ia selalu lemah jika mengingat gadis itu. Galih yg menyadari perubahan raut wajah Juan pun heran.

"Lo nangis bro?" tanya Galih tak percaya. Juan tak menjawab, ia beranjak dri duduknya.

"Mau kemana lo?" tanya Galih lagi.

"Minta maaf" jawab Juan kemudian melenggang pergi, Galih hanya diam menatap punggung Juan yg kian menghilang.

Juan terus berjalan, melangkahkan kaki entah kemana untuk mencari gadis itu. Di kelas, kantin, perpustakaan hingga halaman belakang, sudah hampir seluruh penjuru di sekolah ini ia datangi namun tak kunjung menemukan gadis itu.

Juan menyerah, ia memilih untuk pergi ke rooftop menenangkan diri dan menikmati hembusan angin. Ketika di rooftop samar-samar Juan mendengar suara seseorang.

"Sekarang gue bener-bener sendiri" ucap seorang gadis dengan parau, ia menangis.

"Kenapa, Tuhan?" tanya gadis itu sambil menatap langit.

"Thatha" panggil Juan pada gadis itu yg tak lain adalah Agatha.

Agatha terdiam, tubuhnya menegang mendengar suara yang memanggilnya dengan sebutan Thatha, hanya mama dan cowok di masa lalunya yang memanggilnya dengan sebutan itu.

Gadis itu berbalik, Juan langsung memeluknya erat. Di sisi lain tanpa mereka sadari, Mila berdiri melihat betapa mesranya pelukan itu. Mila mengepalkan tangannya kuat-kuat lalu melenggang pergi, ia semakin membenci Agatha karna gadis itu kini tengah berpelukan dengan Prince Ju, cowok yang Mila suka.

Agatha sempat meluluh dalam pelukan Juan, gadis itu tak bisa memendam kerinduannya dengan cowok itu. Tubuh Agatha bergetar, matanya memanas, dadanya terasa sesak mengingat kejadian di masa lalu yang begitu melukai hatinya. Kini Agatha sadar, tak ada kerinduan lagi yang tersisa saat ini hanyalah kebencian dan rasa cinta yang telah lama mati.

Agatha menguraikan pelukan cowok itu dan

P L A K!!!! satu tamparan melayang tepat di pipi kiri Juan.

"Bajingan ya lo!!" ucap Agatha penuh emosi.

"Tha--"

P L A K..!!!! satu tamparan lagi mendarat di pipi kanan Juan, cowok itu mengerjap-ngerjapkan matanya menahan sakit dan perihnya tamparan gadis itu.

"Gue gak mau denger apapun dari lo!" ucap Agatha lalu beranjak pergi, namun cowok itu berhasil mencekal lengannya.

"Tha selama ini gue pergi dan sekarang gue dateng untuk memperbaiki semuanya" jelas Juan.

"Terus apa? Setelah memperbaiki semuanya, lo akan pergi lagi heh?" ucap Agatha, cowok itu hanya diam menunggu Agatha melanjutkan ucapannya.

Agatha diam sejenak, ia menatap lekat manik mata cowok di hadapannya. Juan pun menatap gadis itu, sorot matanya jelas menggambarkan kekecewaan, kesedihan dan amarah yang hanya mampu dilihat dengan air mata yang kini mulai menetes membanjiri pipinya.

" jangan dateng dan pergi seenak jidat! Lo pikir hati gue tempat umum yang bebas didatengin dan lo pergi gitu aja?!" sambung gadis itu.

Juan langsung menarik gadis itu dalam pelukannya, ia memeluknya erat seolah itu pelukan perpisahan.

"Maafin gue" ucap Juan tulus, gadis itu makin terisak dalam pelukan Juan.

Saat ini rasanya Agatha ingin menghilang dari muka bumi, memori otaknya kembali memutar kejadian di masa lalu yang kini telah merubah seluruh hidupnya. Gadis itu sangat membenci Juan Alexsander tapi seketika dinding kebencian itu runtuh hanya karna pelukan cowok itu.

"Berhenti meluk gue, Ju. Lo ngebuat gue terlihat lemah di depan lo" pinta Agatha.

Juan melepaskan pelukannya dan kini menatap gadis itu. Tangannya tergerak untuk menghapus air mata di wajah cantik Agatha, namun gadis itu segera memalingkan wajahnya. Juan menarik lembut dagu Agatha agar ia bisa menatapnya, lalu Juan mencium air mata yang mengalir di pipi gadis itu.

P L A K..!!! Agatha menampar cowok itu untuk yang kesekian kalinya, cowok itu menyentuh pipinya yang terasa begitu perih.

"Cukup Juan! Udah terlalu jauh gue melangkan tanpa lo dan sekarang lo dateng lagi, gue belum bisa maafin lo sampe kapan pun. Jadi tolong, pergi dari hidup gue!" ucap Agatha emosi.

"Beri gue kesempatan untuk memperbaiki semuanya, gue sayang sama lo Tha. Gue ga mau kehilangan lo lagi" ucap Juan tulus.

"Tapi rasa sayang gue ke lo udah mati satu tahun yang lalu" ucap Agatha, lalu beranjak pergi meninggalkan Juan yang masih mematung.


_____________


Yuhuuu.... say hello dulu ya (:
Gimana chapter 17 nya?

Okay always keep silent readers ga apa kali ya, sebagai author aku lebih suka mereka yg jd pembaca gelap. Gak kenapa pembaca gelap setidakny mereka jdi penikmat karya bukan sekedar aja ya.

Udah segitu aja dulu, sampai ketemu di chapter 18. Bhayyy 😘😘
.
.
.
.
.
.
TO BE CONTINUED 💘




instagram : ldiian_

Before Hate After Love [slow update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang