Kamu adalah kesalahan tanpa nama yang aku benarkan.
.
.
.
.
.Hari ini hujan turun seolah ikut merasakan kesedihan Agatha. Entah takdir apa yang tengah mempermainkannya kini, entah kejutan apa yang akan ia temukan di kehidupannya lagi. Begitu kejamnyakah Tuhan padanya?
Setelah setahun gadis itu mencoba bangkit dari kehidupan masa lalu yang telah merubah seluruh hidupnya dan perlahan merenggut kebahagiaannya. Kini takdir kembali mempertemukannya dengan Juan Alexander, sebuah luka yang datang kembali dan mencoba menyapa salah satu luka yang ingin melupa.
Dulu Agatha sangat mencintai Juan, bahkan ia sempat berpikir Juan adalah satu-satunya cowok baik yang bisa membuatnya bahagia dan tertawa lepas. Namun, gadis itu menyesali pernah berpikir seperti itu dan jatuh cinta pada seorang bajingan. Kini Agatha sangat membenci Juan, ia mengutuk setiap kata cinta yang pernah ia ucapkan pada cowok itu. Perasaan apapun yang pernah Agatha miliki dulu kini telah lenyap, hanya ada kebencian dan kebencian untuk seorang bajingan, Juan Alexander.
Agatha mendonggakkan kepalanya menatap langit yang mulai meredam kesedihan dan berhenti meneteskan air. Hampir satu jam gadis itu duduk di teras rumah, begitu larut dengan lamunannya tentang Juan yang datang kembali membuka luka lama yang tertutup rapat. Sudah pukul 07.50, jam pelajaran sudah dimulai 20 menit lalu. Gadis itu memutuskan untuk bolos, setidaknya untuk hari ini ia tak bertemu dengan Juan Alexander.
Agatha memilih untuk pergi ke taman, menghabiskan waktu sambil membaca novel yang dibeli Raka beberapa hari lalu untuknya. Setidaknya untuk saat ini ia harus menyibukkan diri agar pikirannya berhenti memutar kejadian di masa lalu, melihat Juan kemarin membuka luka lama yang sempat mengering.
Agatha memarkirkan mobilnya di parkiran taman kota, gadis itu ingin menghabiskan waktu di taman hari ini. Duduk di bangku besi sambil menyaksikan gerombolan anak kecil yang asyik bermain, saling melempar senyum dan tawa menikmati indahnya masa kanak-kanak. Agatha merasa sangat tenang melihat anak-anak itu, andai ia bisa merasakan lagi indahnya masa kanak-kanak yang hanya tau rasa sakit akibat lutut yang terluka karna jatuh, bukannya merasakan sakit seperti yang ia rasakan saat ini.
"Tuhan, takdir apa yang sedang mempermainkan ku sekarang?" tanya Agatha sambil menatap langit.
"Untuk apa dia datang lagi, setelah lama kita berpisah?" tanyanya lagi dengan suara parau entah pada siapa. Matanya memanas ia membendung air di pelupuk mata yang siap tumpah.
"....Juan. Kamu adalah luka, kamu adalah kesalahan tanpa nama yang selalu aku benarkan.Untuk siapa rasa benci ini? Bahkan aku gak pernah bisa membencimu, arti benci yang sesungguhnya bukan untukmu. Tapi untuk waktu, aku membenci waktu, kenapa? Karena waktu seegois ini, karna waktu menempatkan kita pada situasi yang salah" gadis itu bermonolog seraya menghapus air mata yang terus menetes.
"Ahhh, kenapa gue jadi menyedihkan gini sih" ucap Agatha pada dirinya sendiri, ia beruaha menguatkan hatinya yang sakit akibat luka lama yang kembali terbuka.
"Kakak cantik" ucap seorang anak perempuan yang kira-kira berusia 8 tahun. Anak itu berdiri di samping bangku besi sambil menggenggam dua balon helium di tangan kirinya.
Agatha menoleh, ia mengamati wajah anak itu, tidak asing baginya. "Kamu...." ucap Agatha menggantung, ia mencoba mengingat.
"Aku Keysha, adiknya Kak Raka" ucap Keysha.
"Oh iya, kakak inget sekarang" jeda Agatha. "Sini duduk di samping kakak" sambungnya, Keysha mengangguk lalu duduk di samping Agatha.
"Tadi Key liat kakak cantik nangis, kakak cantik lagi sedih ya?" tanya Keysha dengan polosnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Before Hate After Love [slow update]
Novela Juvenil"Kak Niko, tunggu!" teriak Agatha dengan segera berjalan mendekat, cowok itu langsung menghentikan langkahnya dan berbalik. "Kenapa?" tanya Niko dingin. "Yang waktu itu. Pas Raka nyium gue depan lo, itu-" "Cukup!" potong Niko. "Aku minta maaf kak" u...