Mereka yang bersama akan berpisah, sedangkan mereka yang berpisah akan bertemu kembali.
.
.
.
.
.
.
.
.Kenapa Tuhan begitu egois, disaat Niko mengetahui segalanya tentang Agatha disaat itu pula Niko pergi.
Alasan Niko pergi? Entahlah, Niko hanya mengucapkan selamat tinggal dan berkata 'mereka yang bersama akan berpisah sedangkan mereka yang berpisah akan bertemu kembali'
Agatha terus memikirkan ucapan Niko kemarin. Kemana Niko pergi? Dan, dimana Niko saat ini?
Agatha menunduk menatap ujung sepatunya, matanya mulai terasa panas dan detik kemudian air mata menetes, ia menangis.
"Lo dimana, Niko?" ucapnya parau.
Agatha terisak dalam tangisnya dan tetap menunduk, akan sangat memalukan jika ada yang melihatnya menangis sendiri di bangku taman.
"Sampai kapan lo mau menunduk terus?" Tanya seorang cowok seraya mengulurkan tisu pada Agatha yang masih menunduk.
Agatha meraih tisu itu lalu segera menghapus air matanya.
"Gue pikir lo cantik, tapi ternyata jelek ya kalau lagi nangis" Goda cowok itu.
Agatha menghela napas panjang lalu mendongak menatap cowok itu.
"Ucapan lo sedikit menghibur tapi menimbulkan amarah" sinis Agatha lalu beranjak dari duduknya tapi cowok itu dengan cepat menarik lengan Agatha.
"Lepasin gue, Bagas!!" sergahnya.
"Ada yang perlu lo tau" seru Bagas.
"Apapun itu, sumpah gue gak ingin tau" ucap Agatha lalu menepis kasar tangan Bagas dan beranjak pergi.
"Asal lo tau, bahkan orang yang sedang sekarat sekalipun masih bisa melindungi orang yang dicintanya" seru Bagas lantang.
Agatha menghentikan langkahnya lalu berbalik ke arah Bagas.
Bagas menaikkan sebelah alisnya.
"Apa lo yakin gak mau tau?" tanyanya dengan nada sinis.Agatha memutar bola mata malas.
"Maksud lo apa, Bagas?"Bagas menghela napas pelan dan menatap Agatha dengan tatapan sendu.
"Ni..ko pergi berobat, Niko saaa..kit" ucap Bagas susah payah, sedih rasanya mengucapkan kalimat ini.
"Aa...ppaaa?" Agatha menutup mulut tak percaya, ia tercengang tak percaya dengan apa yang baru saja Bagas katakan.
"Kejadian di rooftop kemarin, gue babak belur karna Niko. Niko tau semuanya tentang lo. Niko benar, apapun alasan gue, gue gak berhak nyakitin lo" jelas Bagas.
Agatha mematung, tatapannya kosong, matanya memanas dan dadanya sesak. Lagi dan lagi ia menangis.
Bagas menempelkan kedua tangannya dibahu mungil Agatha. Bagas menatap mata indah milik gadis itu yang kini dipenuhi air mata, sorot matanya sarat akan kesedihan.
"Niko baik baik aja, dia lagi jalanin pengobatan. Lo gak usah khawatir" Bagas memberi jeda ucapannya, ibu jarinya tergerak menghapus air mata gadis itu.
"Ada hal yang harus lo tau. Gue akan menyerah, karna gue gak mau kalau nantinya gue nyakitin lo sebagai tameng sandiwara gue. Gue bakal nuntun lo, sampai lo tau alur yang sesungguhnya" lanjut Bagas pada gadis dihadapannya yang nampak bingung pada apa yang sebenarnya terjadi.
"Gue gak ngerti apapun, Bagas. Jangan ngebuat gue sedih dan bingung seperti ini" seru Agatha.
"Lo akan tau setelah lo ikut gue" ucap Bagas dan tanpa ba-bi-bu ia langsung menarik Agatha menuju parkiran.
***
"Ngapain kita ke sini?" Agatha benar-benar bingung karna saat inimereka tengah berjalan diantara ribuan batu nisan, ya dimana lagi kalau bukan kuburan.
Bagas tak menghiraukan pertanyaan gadis itu, Bagas hanya terus berjalan sambil menarik Agatha seperti anjing peliharannya.
"Kita sampai" seru Bagas ketika mereka berhenti di makam dengan nisan yang bertuliskan....
"Bagas Stevano?"
Agatha melirik Bagas perlahan, apa yang terjadi? Jika nisan ini bertuliskan nama Bagas Stevano, maka siapa sebenarnya cowok yang bersama Agatha saat ini?
Bagas yang mulai melihat reaksi bingung dari Agatha pun hanya menatapnya seolah tau isi kelapa gadis itu.
"Ya, gue bukan Bagas Stevano" ucap Bagas dengan entengnya.
"Hah"
"Bagas dan gue saudara kembar. Gue Bagus Stevano, adiknya Bagas karna gue lahir tujuh menit lebih lambat dari dia. Kita sepasang kembar yang sehat dan baik-baik saja, tapi setelah Bagas berusia lima tahun dia divonis mengidap asma sejak itu Bagas selalu bergantung pada Inhaler (obat semprot asma). Selama kita bersama jarang yang namanya akur karna gue selalu iri kalau bokap nyokap lebih perhatian ke Bagas karna dia sakit-sakitan, bahkan gue pernah bilang gue benci punya kembaran seperti Bagas...)
(....gak ada hal-hal istimewa selama hidup gue dan kembaran gue, gak ada momen indah atau bahagia yang kita lalui bersama karna gue yang sibuk membenci. Gue sengaja gak mau satu sekolah sama kembaran gue karna gue tau, Bagas itu lemah. Gue gak mau jadi tameng pelindungnya Bagas seperti bokap nyokap yang tiap harinya sibuk ngurusin Bagas karna penyakitnya. Gue pikir, Bagas bahagia dengan kasih sayang penuh bokap nyokap tapi ini justru ngebuat dia tumbuh jadi anak manja dan lemah. Sampai akhirnya, hari itu gue dapet kabar Bagas meninggal" Bagus menghela napas perlahan, sesak rasanya harus bercerita tentang masa lalu yang penuh dengan penyesalan.
Agatha yang sedari tadi mendengarkan dengan mata berkaca-kac, kini air mata itu tumpah membasahi kedua pipinya.
"Kaa...lau gue boleh tau, kee..nnnapa Bagas meninggal?" tanya Agatha sedikit ragu-ragu.
Bagus menghela napas pelan dan memejamkan mata sejenak.
"Jujur gue ngerasa janggal, Bagas meninggal karna asmanya. Sedangkan gue tau percis Bagas selalu bawa Inhaler kemana-mana biasanya ada di saku atau tasnya tapi waktu kematian Bagas, gue gak nemuin Inhaler. Jadi gue curiga ada yang sengaja ngambil inhaler karna tau inhaler bisa jadi satu kelemahannya Bagas" jeda Bagus.
"Gue gak pernah melakukan apapun untuk Bagas dan gue gerasa udah jadi saudara kembar yang jahat bahkan gue harusnya melindungi Bagas yang lemah bukannya membenci atau iri sama dia. Sejak hari itu, gue mutusin untuk menjadi Bagas dan nyari tau soal kematiannya" Bagus memberi jeda ucapannya.
Agatha diam sambil menunggu Bagus melanjutkan ucapannya.
"Jadi, hari itu................................
___________________________________
Jadi, hari itu.........
Bakal ada chapter flashback khusus untuk mengulas dibalik kematian Bagas Stevano ya reader's 💕To be continued!
And to be a good reader's 💛💛
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.instagram : ldiian_
KAMU SEDANG MEMBACA
Before Hate After Love [slow update]
Teen Fiction"Kak Niko, tunggu!" teriak Agatha dengan segera berjalan mendekat, cowok itu langsung menghentikan langkahnya dan berbalik. "Kenapa?" tanya Niko dingin. "Yang waktu itu. Pas Raka nyium gue depan lo, itu-" "Cukup!" potong Niko. "Aku minta maaf kak" u...