Chapter 11

138 24 5
                                    

Ada saatnya kita berbohong demi kebahagiaan orang lain.

.
.
.
.
.
.

Hari ini Agatha sengaja tidak mengikuti pelajaran seperti biasa alias membolos karena otaknya malas berhadapan dengan soal-soal fisika dari Bu Retri, guru fisika terkiler di SMA itu. Agatha terus berjalan menyusuri koridor hingga ia menemui beberapa anak tangga yang mengantarkan menuju tempat ternyaman di sekolah itu. Iya dimana lagi kalau bukan di rooftop.

Agatha duduk sambil menikmati semilir angin yang berhembus pelan menerpa wajah cantiknya. Ia sangat menyukai tempat ini, salah satu tempat favoritnya disaat merasa suntuk.

"Makasih. Karna kedatangan lo kemarin, kondisi tante Lin mulai membaik" ucap Raka yg tiba-tiba datang entah dari mana.

"Mulai membaik walaupun gue bohong karena dia nganggep gue sebagai Clarissa" Agatha memalingkan wajahnya menatap Raka dengan tatapan bersalah.

"Kebohongan lo kemarin itu gak salah, ada saatnya kita berbohong demi kebahagiaan orang lain" ucap Raka seraya duduk di samping gadis itu.

"Untuk saat ini? Iya tante Lin bahagia. Tapi gimana kalo besok dia tau, gue bukan Clarissa?" Agatha mengalihkan pandangannya menatap Raka.

Raka menghela napas pelan "Setelah dia sembuh nanti, pasti dia bisa nerima kenyataan kalo Clarissa udah gak ada. Tapi untuk saat ini, dia butuh lo" ucap Raka.

"Gue?" Agatha mengerutkan dahi sambil megarahkan telunjuk di depan wajahnya. "Tap--"

"Sekarang lo udah ngerti?" potong Raka, mengalihkan pembicaraan. Raka tau jika ia terus melanjutkan perbincangan tadi, pasti Agatha akan banyak bertanya tentang hal-hal yg tidak penting.

"Maksud lo? Ngerti apa?"

"Lo udah ngerti semua materi untuk ulangan lo?"

"Udah. Bahkan gue rasa gue udah menguasai dengan baik materi ini" ucapnya sambil terus memandang indahnya langit biru siang ini di rooftop sekolah. "Makasi" sambungnya.

Raka menaikkan sebelah alisnya "Buat?"

Agatha mengalihkan pandangannya yg kini menatap Raka, ia  menyentuh bahu Raka. "Makasi lo udah mau jadi partner gue"

Raka menghela napas perlahan "Lo tau?"

"Apa?"

"Dulu gue juga sama kayak lo, bahkan gue jauh lebih bego dan bad dibandingkan lo" jelas Raka

"Jadi apa yg ngebuat lo berubah jadi pintar dan sejenius ini?" Tanya Agatha penasaran.

"Usaha gue belajar"

Agatha mengerutkan dahinya "Usaha lo belajar?"

Raka hanya diam dan menggangguk sebagai jawaban 'iya'

"Apa motivasi belajar lo?"

"Motivasi gue..." ucap Raka menggantung. "Gak penting lo tau" sambungnya ketus.

"Uuhh dasar senior pelit info lo" omel Agatha.

Raka terkekeh mendengar omelan gadis itu. Kini Raka mendekatkan wajahnya dengan Agatha, ia menatap mata indah gadis itu. Sorot mata Agatha menggambarkan suasana hatinya yg begitu senang hari ini. Deg!' Jantung Agatha berdetak tak beraturan, tatapan Raka seakan menghipnotisnya.

Raka tersenyum simpul. "Gue suka lo"

Blushh!
Pipi Agatha memerah seperti kepiting rebus, ia tak percaya dengan kalimat yg ia dengar barusan. Raka mengatakan bahwa ia menyukai Agatha? Apakah ini mimpi? Jika ia, Agatha berharap jangan bangunkan dia.

Jantung Agatha berdebar hebat. Bahagia rasanya mendengar Raka mengatakan kalimat itu. Agatha menelan ludah susah payah. "Lo serius?"

Raka menghela napas perlahan, ekspresi wajah Agatha kali ini belum pernah ia lihat. Mata Agatha berbinar menandakan gadis itu sangat bahagia hanya karna Raka mengucap kalimat itu.

"Gue suka lo jadi temen gue" ucapnya sambil mengelus pucuk kepala Agatha.

Mata Agatha yg tadinya berbinar berubah menjadi sendu, raut wajahnya berubah seketika. Hiks.. Sakit rasanya, Agatha terlalu berharap lebih. Ahh sungguh bodoh baginya memikirkan jika Raka benar benar menyukainya.

"Lo kenapa?" tanya Raka bingung melihat raut wajah Agatha yg berubah murung.

Agatha tersenyum kecut "Gue baik baik aja"

"Nanti lo pulang bareng gue, ya!" titah Raka mengelus pucuk kepala gadis itu dan berlalu pergi.

****

Sudah hampir 3 jam Agatha menghabiskan waktunya di rooftop. Ia memutuskan untuk pergi ke kantin karna panggilan perutnya yang sudah meronta-ronta sedari tdi meminta jatah makan.

Agatha duduk sambil asyik menggerakkan tangannya memutar garpu pada semangkuk mie ayam favoritnya dan memasukkannya ke mulut. Suasana kantin begitu sepi dan tenang karna ini bukan jam istirahat.

"Hm.."
"Boleh gue duduk di sini?" Tanya seorang cowok.

Agatha mengalihkan pandangannya menatap cowok itu. "Niko" ucapnya tersenyum.

"Kok lo di sini? Inikan jam pelajaran" tanya Niko yg heran melihat kehadiran gadis itu di kantin.

"Gue laper, males belajar fisika. Trus lo ngapain?"

"Gue tadi ada ulangan sejarah dan kebetulan gue selesai lebih awal jadi bisa istirahat" jelas Niko.

Agatha hanya mengangguk sebagai jawaban 'iya'. Gadis itu terus terfokus pada mangkuk di depannya itu.

"Kok lo gak pernah bales chat line gue dik?" Tanya Niko.

"Sorry line gue error"

"Sayang banget padahal gue sering chat lo tiap hari" ucap Niko sedikit kecewa.

"Andai line gue gak error, pasti bakal gue bales"

"Lo makannya jorok ah, bulepotan sana sini" Niko terkekeh kecil, ia mengambil tisu dan membersihkan sisa makanan disudut bibir gadis itu.

"Makasi Kak" ucapnya tersenyum simpul. Agatha melanjutkan makannya, tiba-tiba seseorang datang dan mencekal lengan Agatha dengan kasar.

"Aww" peliknya menahan sakit.

"Raka lo bisa gak kasarkan ke cewek!!" Ucap Niko geram.

"Bukan urusan lo!!" Sahut Raka ketus.

"Jelas ini jadi urusan gue karna dia cewek gue!" Ucap Niko dan menarik Agatha dalam pelukannya.

"Dia cewek lo" ucap Raka dingin.

"Iya" ucap Niko antusias.

Raka menaikkan sebelah alisnya "Buktiin dong kalo dia cewek lo"

Kalimat itu, kalimat itu mampu membuat Niko bungkam, apa dengan memeluk Agatha belum cukup sebagai bukti bahwa gadis itu miliknya?

"Cium dia, kalo dia cewek lo" titah Raka.

'Oh shit! Perintah macam apa itu Raka? Mana mungkin goodboy kayak Niko mau nyium gue demi nolong gue dari sikap kasar lo' batin Agatha.

Raka berjalan selangkah mendekatkan lalu menarik paksa Agatha ke dalam pelukannya.
'Cupp' Raka mencium singkat bibir Agatha.

"Is mine" ucap Raka tersenyum penuh kemenangan karna mampu membuat Niko mematung. Lalu Raka menarik tangan gadis itu dan pergi meninggal Niko yang masih mematung seperti orang bodoh.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
To be continued!! 💕💕🎈

Before Hate After Love [slow update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang