Chapter 13

111 19 3
                                    

"Hubungan apapun itu, gue ga peduli. Yang gue tau, you're mine"

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Hubungan apa yang mau lo sembunyiin lagi?Sekarang apa bedanya, justru lo bilang ke semua orang kalo gue cewek lo" omel Agatha, kini mereka ada di mobil Agas.

"Gu--"

"Ga ada yg boleh tau tentang hubungan kita sebenarnya, tapi apa yg lo lakuin? Lo malah mempersulit keadaan dengan nyium gue di depan umum tadi" potong Agatha.

"Gue ga suka lo deket sama Raka! Gue sama dia ga bertemen baik, dan lo tau itu kan. Gue cuma berusaha ngebuat Raka ngejauhin lo" jelas Agas.

"Tapi cara lo salah! Apa yg mereka semua pikir tentang gue? Cara lo ngelindungin gue tad--"

"Lo tau kan hidup gue udah berantakan, gue anak brandalan yang punya musuh sana sini. Gue sayang sama lo dan gue ga mau, kalo mereka bakal jadiin lo satu kelemahan untuk gue" potong Agas. Ia menatap lembut mata Agatha yg kini terlihat sembab, Agatha menangis.

"Apa bedanya, Agas? Lo nutupin hubungan kita dan lo bilang kalo gue cewek lo. Keduanya sama-sama berisiko untuk gue kan?" ucapnya parau, tubuhnya bergetar ia menunduk dan menangis menjadi-jadi.

Agas menarik dagu Agatha agar ia bisa menatapnya. Agas menyentuh pipi Agatha yang dibanjiri air mata, lalu menghapusnya dengan lembut.

"Gue takut" ucap Agatha sendu.

"Ga ada yang perlu lo takutin. Gue bisa putusin lo sebagai pacar lo kan, Gath" ucap Agas, ia mengelus pucuk kepala gadis itu.

"Gue ga pernah ngerti sama jalan pikiran dan alur hidup lo. Lo adalah bagian dari hidup gue, tapi gue sendiri sama sekali ga mengenal lo dengan baik" ucap Agatha sambil memeluk Agas.

"Jangan mengenal gue dengan baik, karna lo bisa benci gue nantinya" ucap Agas, ia menguraikan pelukan gadis itu lalu mencium keningnya.

"Yang gue takutin sekarang bukan tentang lo, Agas" ucap Agatha pada Agas yng mulai menghidupkan mesin mobilnya.

"Kenapa? Lo takut jadi incaran musuh-musuh gue? Ga perlu takut, kita bakal putus" ucap Agas dengan entengnya. Lalu melajukan mobil itu keluar gebang gedung SMA itu.

"Bukan" Agatha menggeleng pelan. Agas hanya diam menunggu gadis itu melanjutkan ucapannya.

"Gue yakin sahabat-sahabat gue pasti ngeliat kejadian tadi"

"Lalu" ucap Agas dengan pandangan lurus ke depan.

"Apa yang bakal gue jelasin ke mereka?" Agatha bertanya sambil menatap Agas yg sibuk menyetir.

"Lo tinggal bilang lo pacar gue dan kita akan segera putus" jawab Agas santai seolah pertanyaan Agatha itu hanya pertanyaan lelucon.

"Mereka pasti bakal benci gue" ucap Agatha sendu, ia menangis lagi.

"Kenapa?"

"Karna Bianca udah lama suka sama lo" ucap Agatha.

"Apa!" ucap Agas tak percaya, ia mengerem mendadak.

***

Agatha berjalan menuju balkon, ia berdiri dan memandang indah langit senja sore itu. Pikirannya sudah melayang jauh entah kemana, memikirkan semua masalah yang muncul hari ini karena emosi Agas yg tak terkendali.

"Kenapa lo nyium gue tadi? Kenapa lo begitu bodoh, Agas!" ucap Agatha entah pada siapa.

'Tok...tok..tok...' Terdengar suara ketukan pintu, lalu gadis itu segera berjalan menuju pintu dan membukanya.

"Bik Emi" ucap gadis itu.

"Di bawah ada tamu sudah nunggu Non" ucap Bik Emi.

"Siapa bik?"

"Den Raka, bibik mau ke dapur buatkan minum ya non. Non cepetin turun kasian tamunya nunggu lama" jelas Bik Emi lalu berlalu pergi meninggalkan gadis itu yg sibuk dengan pikirannya.

"Ngapain Raka ke sini?" Agatha bermonolog seraya menuruni anak tangga menuju ruang tamu.

Di ruang tamu, Raka menunggu sambil memainkan ponselnya.

"Lo udh lama?" tanya Agatha seraga berjalan mendekati Raka yg duduk di sofa.

"Baru aja" jawab Raka.

"Apa lo dateng untuk ngajarin gue karna ini h-1 ulangan itu?" tanya Agatha, ia menatap Raka dengan tatapan sendu seolah berharap cowok itu datang karna alasan lain.

"hm" gumam cowok itu.

Agatha menunduk, begitu bodoh jika ia berpikir Raka datang hanya untuk menemuinya atau bertanya soal kejadian sepulang sekolah tadi.

"Apa ini hari terakhir lo jadi partner belajar gue?" tanya Agatha sambil menatap Raka yg sibuk bermain dengan ponselnya.

"Lo bisa panggil gue kapan pun lo butuh gue" ucap Raka seraya memasukan ponselnya ke dalam saku celana ripper jeansnya.

Agatha berkutat dengan pikirannya, ia bingung. Apa ia harus menjelaskan pada Raka kejadian sepulang sekolah tadi atau tidak? Hatinya berkata ia harus menjelaskan pada Raka, namun pikirannya berkata untuk apa menjelaskan semua pada Raka toh Raka bukan siapa-siapa baginya.

"Oh ya, masalah Agas nyium gue tadi itu lo salah paham. Gue ga ada hubungan apa-apa sama dia, gue sama dia udah sahabatan dari kecil dan dia pikir lo punya niat jahat ke gue makanya dia bersikap kayak tadi supaya lo menghindar dan ngejauhin gue. Agas ga pernah ngerti padahal gue udh bilang kalo kita itu partner" jelas Agatha panjang lebar.

Raka menaikkan sebelah alisnya sambil menatap lekat manik mata gadis yg duduk di hadapannya itu.

"Kenapa lo natap gue gitu?" ucap Agatha. Ia menelan ludah susah payah, merasa terbakar dengan tatapan Raka.

Raka hanya diam, ia tak menjawab gadis itu. Raka mendekatkan wajahnya dengan gadis itu, hingga ia bisa merasakan hembusan napas Agatha yg berlalu lalang di wajah tampannya.

"Lo mau ngap--" ucapan Agatha terhenti karna Raka tiba-tiba menciumnya.

Entah apa yang membuat Raka selalu ingin mencium gadis itu, yang Raka tau bibir gadis itu bagaikan nikotin baginya. Agatha membalas ciuman Raka, ia mulai menikmati ciuman lembut cowok itu.

Raka melepas ciumannya dan memberi kesempatan gadis itu bernapas.

"Apapun hubungan lo sama Agas, gue ga peduli. Yang gue tau, you're mine" ucap Raka sambil menatap Agatha dengan tatapan serius.

____________________________________
.
.
.
.
.
yuhu.... readers akhirnya kita ketemu di chapter 13, gimana chapter ini? ngegantung ya?
pasti ada yg mikir "kenapa sih author yg 1 ini kok doyan banget gantungin cerita?"

yahhh, ga enak banget rasanya digantungin. author tau kok, cuma yg sabar ya. 'dont boring to wait anything'

SAMPAI KETEMU DI CHAPTER 14
TO BE CONTINUED💘



instagram : ldiian_

Before Hate After Love [slow update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang